Thursday, May 31, 2012

Perbandingan teori konseling Psikoanalisa dengan Rogerians


Oleh : illa suryaningsih BK-B 2010 (101014051)


PAPER PERBANDINGAN TEORI KONSELING PSIKOANALISA DENGAN TEORI KONSELING ROGERIANS
Disusun : Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Teori-teori Konseling



captionAdd



Disusun Oleh:
ILLA SURYANINGSIH   (101014051)
BK-B 2010


Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Pendidikan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Prodi Bimbingan dan Konseling
2011
Perbandingan Teori Konseling Psikoanalisa dengan Teori Konseling Rogerian

Hal yang Dibandingkan

Teori Psikoanalisa

Teori Rogerian

Pandangan tentang sifat dasar manusia.

Dipengaruhi oleh faktor biologis, pengalaman awal khususnya pengalaman traumatik pada masa kanak-kanak, proses pemenuhan dorongan pada tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual, ketidaksadaran dan mekanisme pertahanan ego.

Memiliki kecenderungan yang inheren untuk mengarahkan dan mengaktualisasikan sikap diri. Agar dapat mengaktualisasikan dirinya, manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang empatik, autentik, dan dapat memberikan penghargaan positif tanpa syarat.

Peran konselor/ proses konseling

Mendorong transferen dan eksplorasi ketidaksadaran melalui interpretasi.

Membangun iklim hubungan      yang hangat dengan mengkomunikasikan empati, keautentikan, dan penerimaan.

Tujuan Konseling

Membantu konseli menyadari material-material yang tidak disadari dengan menangani fiksasi tahapan-tahapan perkembangan dan merekontruksikan kepribadian.

Membantu konseli memahami diri, menerima diri, dan merealisasikan semua potensi yang dimilikinya.

Teknik Konseling

Asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis transferen dan analisis resistensi interpretasi

Pengkomunikasian tiga kondisi fasilitatif, yakni fasilitatif, empati, ketulusan dan penghargaan  tanpa syarat melalui keterampilan attending dan listening.


A.           Pandangan Sifat Dasar Manusia1.      Menurut Teori Konseling PsikoanalisaMenurut pandangan teori konseling psikoanalisa Perilaku dan perkembangan manusia bersifat deterministik, yakni sangat dipengaruhi oleh faktor genetik (biologis) dan berbagai peristiwa pada masa kanak-kanak, khususnya pengalaman traumatik pada masa kanak-kanak. Misalnya seseorang yang pada masa kecilnya pernah dilecehkan secara seksual, dan ia mengalami traumatik. Hal itu akan sangat mempengaruhi perkembangan dan perilakunya nanti.Contoh lain misalnya seseorang yang pada masa kecilnya sering dipukuli ayahnya dan ia mengalami trauma yang berkepanjangan, sehingga hal ini juga akan mempengaruhi perkembangan dan perilakunya dikemudian hari. Selain itu psikoanalisa juga mengakui pentingnya peran konteks sosial khususnya lingkungan keluarga dalam mempengaruhi perkembangan.

Analisis Kasus Menggunakan Konseptualisasi Model ABC


Oleh : illa suryaningsih BK-B 2010 (101014051)

Analisis masalah

Nona Tian  akhir-akhir ini merasa sangat gundah dengan keadaan yang dialaminya saat ini. Dia merasa tidak siap dengan perubahan situasi keluarganya khususnya masalah ekonomi. Kehidupan keluarga yang dulunya serba kecukupan berubah menjadi serba kekurangan, untungnya keluarga Tian mendapat bantuan dari kakaknya yang sudah mapan secara ekonomi. Ia meberontak dengan keadaan ini, ia menyalahkan kedua orang tuanya. Mengapa hal ini bisa terjadi.
Pernah suatu waktu Tian memarahi orang tuanya dan berkata kurang sopan. Ia merasa bahwa hidupya sangat sengsara. Ditambah lagi teman-teman mainya dulu yang biasanya jalan-jalan ke mall satu persatu mulai meninggalkannya. Ia dianggap miskin sekarang, jadi tidak bisa diajak jalan-jalan lagi. Hal ini membuat Tian lebih tertekan lagi, hingga ia sempat mencoba bunuh diri.
Tian merasa iri dengan teman-temannya yang serba kecukupan. Tinggal minta, langsung dipenuhi keinginan mereka.  Tian kadang berpikir Mungkin dia adalah manusia yang tidak pernah bersyukur atas semua yang telah dimilikinya sampai sekarang ini. Kemudian Ketika dia melihat ke bawah, banyak orang yang lebih kurang beruntung darinya.
Tian sadar bahwa kehidupannya telah berubah, tak seperti waktu ia kecil dan tak seharusnya ia menyalahkan keadaan ini. Beberapa hari yang lalu kakak Tian memberitahu  “ayah  merasa kasian pada ibu karena uang yang diberikan untuk kebutuhan sehari-hari tidak cukup, sedangkan kamu tidak mau uang jajanmu dikurangi”. Setelah mendengar itu hati Tian menjadi tergerak untuk menerima keadaan ini dengan lapang. Ia tidak punya pilihan lain untuk menolaknya.
Ibu juga pernah bilang ke Tian, “kamu kuliah buat cari ilmu dan kamu disana tidak boleh senang-senang tapi juga harus tirakat”.
Seminggu yang lalu, tian minta uang ke ibunya tapi dia bilang kalau tidak punya uang sama sekali bahkan di dompetnya pun tak ada. Tian begitu sedih mendengar hal tersebut, pengen menjerit sekeras-kerasnya. Tian berpikir “ kenapa aku selalu menyusahkan orang tuaku”. Sempat terllintas di fikirannya untuk bekerja, tapi juga tidak tau harus kerja apa, dia tidak tau kemampuannya. Tian ingin  membantu orangtuanya agar dapat keluar dari keadaan ini.
Keadaan yang menambah kesediahan Tian adalah Sakit yang diderita oleh sang ayah tak kunjung sembuh. Sejak Tian kelas 6 SD ayahnya sudah tidak bekerja karena penyakit yang dideritanya. Sampai saat ini kehidupan keluarga Tian hanya bertumpu pada gaji pensiunan ayahnya dan itu jauh dari kata cukup.
Tian ingin membahagiakan kedua orang tua sebelum salah satu dari mereka ada yang “tutup mata”. Keinginan ini terus menerus membayanginya namun tak kunjung manemukan solusi yang berarti untuk masalahnya ini. Kadang saat memikirkan hal ini Tian merasa lemas dan murung, tak bersemangat untuk melakukan aktifitasnya sehingga banyak dari temannya yang merasa khawatir, terutama teman kostnya. Tian bingung harus bagaimana, karena ia sama sekali tak pegang uang dan saat meminta pada ibunya, ibunya juga tidak memiliki uang. Di saat seperti ini ia sering mengalami sakit kepala. Meskipun seperti ini namun Tian tidak pernah mencuri.
Tian termasuk anak yang periang dan sehat kalau dilihat dari segi fisiknya. Ia juga anak yang rajin di kelasnya dan memiliki IQ yang cukup tinggi. Ia berusaha menjadi yang terbaik di kelasnya.

 Dari kasus diatas dapat dianalisis menggunakan  Konseptuslisasi Model ABC :
A (Antecedent) :
·        Tian merasa kedua orangtuanyalah yang menyebabkan ekonomi keluarganya terpuruk.
·        Ia kesal dengan keadaannya saat ini
·        Ibunya menasehatinya agar kuliah dengan benar
B (Behavior)
  1. Covert
·        Kognisi :
-          Ia ingin membahagiakan orangtuanya sebelum mereka tutup usia
-          Ingin menjadi yang terbaik di kelasnya
-          Ingin bekerja supaya bisa meringankan beban keluarganya.
·        Afeksi :
-          Cemas menghadapi masalah ini
-          Sedih karena saaat tidak punya uang bingung minta pada siapa lagi karena oraangtuanya juga tidak punya.
-          Merasa iri pada teman-temannya yang kaya
-          Merasa kasihan pada ibunya yang harus banting tulang untuk bekerja

  1. Overt
·        Perilaku
-          Pernah memarahi orangtuanya
-          Pernah berkata kurang sopan pada orangtuanya
-          Tidak pernah mencuri mekipun dalam keadaan tersulit
-          Anak yang rajin di kelasnya
·        Somatik
-          Sakit kepala saat memikirkan masalahnya
·        Relasional
- Hubungannya baik dengan orangtuanya
- Hubungannya baik dengan teman kelas dan kost
- Hubungannya kurang baik dengan teman mainnya dahulu

C (Consequence) :
·        Ia menjadi yang terbaik di kelasnya
·        Teman-teman kost memberi support melihat keadaanya sekarang
·        Ia menjadi lebih bersyukur


Analisis Masalah dengan Model Konseptualisasi Seay

Oleh : illa suryaningsih BK-B 2010 (101014051)


Analisis masalah

Nona Tian  akhir-akhir ini merasa sangat gundah dengan keadaan yang dialaminya saat ini. Dia merasa tidak siap dengan perubahan situasi keluarganya khususnya masalah ekonomi. Kehidupan keluarga yang dulunya serba kecukupan berubah menjadi serba kekurangan, untungnya keluarga Tian mendapat bantuan dari kakaknya yang sudah mapan secara ekonomi. Ia meberontak dengan keadaan ini, ia menyalahkan kedua orang tuanya. Mengapa hal ini bisa terjadi.
Pernah suatu waktu Tian memarahi orang tuanya dan berkata kurang sopan. Ia merasa bahwa hidupya sangat sengsara. Ditambah lagi teman-teman mainya dulu yang biasanya jalan-jalan ke mall satu persatu mulai meninggalkannya. Ia dianggap miskin sekarang, jadi tidak bisa diajak jalan-jalan lagi. Hal ini membuat Tian lebih tertekan lagi, hingga ia sempat mencoba bunuh diri.
Tian merasa iri dengan teman-temannya yang serba kecukupan. Tinggal minta, langsung dipenuhi keinginan mereka.  Tian kadang berpikir Mungkin dia adalah manusia yang tidak pernah bersyukur atas semua yang telah dimilikinya sampai sekarang ini. Kemudian Ketika dia melihat ke bawah, banyak orang yang lebih kurang beruntung darinya.
Tian sadar bahwa kehidupannya telah berubah, tak seperti waktu ia kecil dan tak seharusnya ia menyalahkan keadaan ini. Beberapa hari yang lalu kakak Tian memberitahu  “ayah  merasa kasian pada ibu karena uang yang diberikan untuk kebutuhan sehari-hari tidak cukup, sedangkan kamu tidak mau uang jajanmu dikurangi”. Setelah mendengar itu hati Tian menjadi tergerak untuk menerima keadaan ini dengan lapang. Ia tidak punya pilihan lain untuk menolaknya.
Ibu juga pernah bilang ke Tian, “kamu kuliah buat cari ilmu dan kamu disana tidak boleh senang-senang tapi juga harus tirakat”.
Seminggu yang lalu, tian minta uang ke ibunya tapi dia bilang kalau tidak punya uang sama sekali bahkan di dompetnya pun tak ada. Tian begitu sedih mendengar hal tersebut, pengen menjerit sekeras-kerasnya. Tian berpikir “ kenapa aku selalu menyusahkan orang tuaku”. Sempat terllintas di fikirannya untuk bekerja, tapi juga tidak tau harus kerja apa, dia tidak tau kemampuannya. Tian ingin  membantu orangtuanya agar dapat keluar dari keadaan ini.
Keadaan yang menambah kesediahan Tian adalah Sakit yang diderita oleh sang ayah tak kunjung sembuh. Sejak Tian kelas 6 SD ayahnya sudah tidak bekerja karena penyakit yang dideritanya. Sampai saat ini kehidupan keluarga Tian hanya bertumpu pada gaji pensiunan ayahnya dan itu jauh dari kata cukup.
Tian ingin membahagiakan kedua orang tua sebelum salah satu dari mereka ada yang “tutup mata”. Keinginan ini terus menerus membayanginya namun tak kunjung manemukan solusi yang berarti untuk masalahnya ini. Kadang saat memikirkan hal ini Tian merasa lemas dan murung, tak bersemangat untuk melakukan aktifitasnya sehingga banyak dari temannya yang merasa khawatir, terutama teman kostnya. Tian bingung harus bagaimana, karena ia sama sekali tak pegang uang dan saat meminta pada ibunya, ibunya juga tidak memiliki uang. Di saat seperti ini ia sering mengalami sakit kepala. Meskipun seperti ini namun Tian tidak pernah mencuri.
Tian termasuk anak yang periang dan sehat kalau dilihat dari segi fisiknya. Ia juga anak yang rajin di kelasnya dan memiliki IQ yang cukup tinggi. Ia berusaha menjadi yang terbaik di kelasnya.


 Dari Kasus diatas dapat dianalisis dengan :
  Model Konseptualisasi Seay

Kemungkinan Lingkungan
Kesalahan Kognitif
Gangguan Afektiif
Pola Perilaku
·      Kakaknya membantu membiayainya.
·      Teman mainnya meninggalkan dirinya
·      Teman-temankelas dan kost mendukungnya.
·      Prestasi belajar baik
·  Menyalahkan orang tuanya
·      Merasa dirinya paling sengsara
·      Merasa iri dengan temannya
·      Merasa cemas dengan keadaanya
·        Pernah bicara kurang sopan pada orangtuanya
·        Pernah memarahi orangtuanya
·        Kepala pusing saat memikirkan masalahnya