Analisis
Kasus Dengan Konseptualisasi Serta Teoritis Konseling
A.
Deskripsi Kasus
Lisa
adalah siswi kelas 3 SMA pada semester pertama yang dilimpahkan kepada konselor
sekolah oleh wali kelasnya karena ditemukan sering melamun ketika sedang
mengikuti pelajaran, tidak banyak berbincang dengan temannya baik ketika jam
istirahat atau sebelum pelajaran dimulai. Ia juga tampak sering masuk kelas
paling belakangan dan beberapa kali terlambat. Ketika mengerjakan ulangan ia
tampak diam dan tak bersemangat. Nilai-nilai hasil ulangannya juga tergolong
rendah hampir pada semua mata pelajaran. Pada semester terakhir ini ia juga tak
mengikuti satupun kegiatan ekstrakurikuler. Ketika diminta guru untuk
mengerjakan tugas atau menyalin tugasnya ke papan tulis, biasanya Lisa tampak
terkejut dan menolak, namun jika gurj memaksanya ia baru mau ke depan kelas
mengikuti permintaan guru. Banyak guru merisaukan dan membicarakannya karena
apa yang tampak pada Lisa itu berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ketika di
kelas 1 dan 2 Lisa tergolong siswa yang berprestasi di atas rata-rata, bergaul
dengan banyak teman, dan sering mengajukan pertanyaan ketika sedang mengikuti
pelajaran. Bahkan ia juga senang jika guru memintanya mengerjakan soal ke depan
kelas. Atas dasar laporan itu maka konselor sekolah segera mengumpulkan
informasi tentang Lisa.
Dari
studi dokumentasi diperoleh data bahwa sejak kelas 1 dan 2 tak ada catatan
kasus untuk Lisa. Angka kecerdasannya sedikit di atas rata-rata, demikian pula
prestasi belajarnya. Ditemukan nilai mata pelajaran yang tergolong tinggi yakni
mapel bahasan Inggris dan kesenian. Pada dua mapel itu nilainya konsisten 9
sejak kelas 1 hingga kelas 2. Tak ada catatan buruk tentang riwayat
kesehatannya.
Hasil
wawancara dengan teman-temanya diperoleh infromasi bahwa waktu di kelas 1 dan 2
Lisa adalah anak yang periang dan tergolong cakap. Ia sering membantu
teman-temanhya mengerjakan tugas dan selalu aktif dalam kegiatan kelompok
belajar. Ia juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni drama dan melukis.
Perilakunya berubah sejak memasuki semester pertama di kelas 3 setelah liburan
panjang. Banyak teman yang merasa heran namun ketika perubahan itu ditanyakan
kepada Lisa, yang bersangkutan tampak enggan untuk membicarakannya. Lisa selalu
menjawab tak ada apa-apa dan ia baik-baik saja. Ia hanya sedang ingin sendiri
dan menikmatinya.
Ketika
konselor menemui Lisa untuk yang pertama kalinya dan memintanya untuk datang ke
kantornya, lisa mengiyakannya tetapi ternyata ia tidak memenuhinya. Ketika esok
harinya konselor menemui dan menanyakan ketidakhadirannya, ia menjawab lupa dan
minta maaf dan berjanji setelah jam sekolah ia akan menemui konselor. Namun
ternyata ia juga tidak muncul. Baru pada permintaan yang ketiga Lisa mau
menemui konselor pada jam pulang sekolah. Pada awalnay ia enggan untuk
memberikan informasi yang diminta konselor. Namun setelah konselor mengubah
sikapnya menjadi lebih hangat dan lembut, Lisa mau berceritera. Menurutnya, ia
sendiri tak tahu mengapa ia menjadi berubah dan merasa sulit untuk kembali menjadi
Lisa yang dulu. Ketika pertama kali masuk sekolah setelah liburan, tiba-tiba
saja ada rasa enggan untuk bergaul dengan teman-temannya dan lebih sennag
menyendiri. Ia juga heran mengapa tak lagi bersemangat untuk belajar. Ia
membaca buku hanya sekolas saja demikian pula dalam hal mengerjaka tugas-tugas
sekolah di rumah. Ia tak lagi bergairah untuk mengunjungi teman-temannya, dan
ia merasa sikapnya itu membuat teman-temannya juga enggan mengunjunginya.
Ketika ditanya ada peristiwa apa saja selama liburan, mulanya ia menjawab tak
ada kejadian yang penting. Namun setelah konselor lebih detil, Lisa menyatakan
bahwa ada beberapa hal yang ia tak yakin apakah itu berkaitan dengan perubahan
perilakunya. Ia menyatakan bahwa ketika leburan, ibunya melahirkan adiknya yang
ke dua. Kelahiran adiknya itu berjalan dengan sedikit sulit dan harus melalui
operasi sesar. Ia melihat ibunya tampak menderita mskipun berusaha tak
memperlihatkannya pada dirinya. Di sisi lain, ia melihat ayahnya santai saja
bahkan nyaris tak menghiraukan ibunya, mskipun perilakunya tak berubah, masih
tampak tetap menyayangi. Setelah itu rumahnya menjadi sibuk dan semua perhatian
ditujukan pada adiknya itu dan berbagai hal yang berkait dengan kebutuhan
adiknya itu. Ayah dan ibunya sering marah jika ada yang terlewatkan untuk
kepentingan adik bayinya. Dulu ayahnya buasa mengantar dan menemputnya
berangkat dan pulang sekolah tetapi sekarang sangat jarang. Ia juga merasa
perhatian ibunya juga berkurang. Sejak itu ia sering melamun dan kurang
perhatian terhadap tugas-tugasnya dan itu membuat ia sering dimarahi ayah dan
ibunya. Karena merasa tak lagi disayangi sering ia sengaja melakukan hal-hal
yang membuat ayah dan ibunya marah. Akibatnya, ia sering terlibat cekcok dengan
ayah dan ibunya dan sering berpikir untuk pergi meninggalkan rumah.
Sering
ia mencurahkan perasaanya di jejaring sosial (facebook dna twitter) dan
mendapatkan banyak respon. Di antara orang yang sering merespon itu ada satu
pria yang tampak memperhatikannya. Mereka pernah beberapa kali bertemu di kafe
dan mal. Si pria dengan cepatnya menyatajan bahwa ia tertarik pada dirinya.
Terus terang ia merasa senang tetapi juga gugup karena ini pengalaman yang
pertama. sejak itu si pria sering mengajak bertemu. Suatu saat ia melihat si
pria di mal berjalan bergandengan tangan dengan cewek lain. Ketika ia bertanya
pada si pria apakah ia telah punya pacar, si pria menjawab belum. Lisa
sebenarnya mau menanyakan apa yang ia lihat tetapi diurungkan karena takut
membuat si pria marah dan menuduhnya sangat pencemburu dna paranoid. Sejak itu
ia berusaha menjauhi si pria, tetapi si pria tampak tak mau berhenti dan
berusaha terus mengejarnya bahkan ia mengancam akan datang ke rumahnya. (Selama
ini Lisa minta agar si pria tak berkunjung ke rumahnya). Jika si pria sudah
mengancam, biasanya ia menyerah dan selalu memenuhi permintaan si pria untuk
menemuinya di suatu tempat. Belakangan ia merasa tak lagi menyukai si pria
tetapi ia takut untuk menjauhinya. Ia selalu dibayangi hal-hal buruk jika ia
meninggalkan si pria. Ia juga sangat takut jika hubungannya dengan si pria
diketahui oleh ayahnya, karena ayahnya selalu menasehatinya untuk tidak
berpacaran sebelum menjadi mahasiswa. Ketika ditanyakan mau mengambil
jurusan/progra studi apa nanti jika mendaftar ke perguruan tinggi setelah
lulus, Lisa malah tertawa. Menurutnya, ayahnya selalu menintanya untuk
mendaftar ke fakultas kedokteran dan menjadi dokter spesialis kandungan. Ia
sama sekali tak berminta dengan profesi itu namun lebih tertarik dengan profesi
jurnalis atau dunia entertainmen. Ketika hal itu disampaikan pada ayahnya,
ayahnya marah-marah dan menudingnya sebagai anak yang melawan orang tua.
Lisa
juga menyatakan bahwa menjelang akhir liburannya, nenek yang sangat
menyayanginya meninggal dunia. Ia sangat meratapi kepergian neneknya itu dan
mengurung diri selama dua hari di kamarnya. Ia merasa sangat menyesal dan
merasa berdosa karena sudah lama tak mengunjungi neneknya walaupun ia sangat
ingin melakukannya. Kakeknya sudah dua tahun yang lau meninggal. Ia ingat neneknya
dulu pernah memintanya untuk sekolah di kampung dan tinggal dengan neneknya
agar neneknya tidak merasa kesepian. Ia adalah cucu pertama bagi neneknya itu.
Ia ingat waktu itu neneknya menitikkan air mata ketika ia menolaknya dan tangan
neneknya bergetar ketika memeluknya pada saat ia berpamit pulang.
Ketika
ditanya manakah di antara berbagai peristiwa itu yang menurutnya paling
mempengaruhi hidup dan perubahan perilakunya, Lisa menjawab tidak tahu dan tak
yakin meskipun ia mengakui bahwa perubahan perilakunya sepertinya juga
berkaitan dengan berbagai peristiwa yang dialaminya itu. Ketika ditanya apakah
ia ingin kembali menjadi Lisa yang dulu, Lisa menganggukan kepalanya dengan
pelan dan menangis.
B. Model
Konseptualisasi ABC
A
(Anteceden)
|
B
(Behavior)
|
C
(Consekuensi)
|
·
Ibunya melahirkan
adiknya yang ke dua, ia merasa tak lagi disayangi. Ayah dan ibunya menjadi
sibuk dan semua perhatian dicurahkan kepada adiknya itu. Ayah ibunya sering
marah jika ada yang terlewatkan untuk kepentingan adik bayinya tersebut.
·
Ketika
dia sudah dekat dengan pria yang yang
dikenalnya lewat jejaring sosial, dia memergoki pria itu bergandengan tangan
dengan wanita lain. Lisa ingin menanyakan hal ini, tetapi takut si pria marah
dan menuduhnya pencemburu dan paranoid.
·
Lisa
berusaha menjauhi si pria, namun si pria mengancam akan datang ke rumahnya.
Padahal ayah Lisa melarang Lisa berpacaran sebelum kuliah.
·
Belakangan
Lisa tidak lagi menyukai si pria, namun ia selalu dibayang-bayangi hal buruk
dan Lisa takut apabila hubungannya dengan si pria diketahui oleh ayahnya.
·
Ayahnya
memaksanya untuk mendaftar ke fakultas kedokteran dan menjadi dokter
spesialis kandungan dan marah jika ia menolaknya. Padahal kenyataannya Lisa
senang dengan profesi jurnalistik atau dunia entertainment.
·
Nenek yang
sangat menyayanginya meninggal dunia. Ia sangat meratapi kepergian neneknya
dan mengurung diri selama dua hari di kamarnya.
|
Overt :
·
Melamun
ketika sedang mengikuti pelajaran.
(perilaku)
·
Tidak
banyak berbincang dengan teman-temannya. (perilaku)
·
Sering masuk
kelas paling belakangan dan beberapa kali terlambat. (perilaku)
·
Lisa baru
mau mengerjakan tugas di depan kelas apabila dipaksa oleh gurunya. (perilaku)
·
Ketika
konselor memintanya untuk datang Lisa mengiyakan, tetapi tidak menemuinya.
(perilaku)
·
Ketika
konselor bertanya apakah Lisa ingin menjadi Lisa yang dulu, Lisa
menganggukkan kepalanya dengan pelan dan menangis. (perilaku)
·
Lisa
tampak enggan untuk membicarakan hal-hal yang terkait perubahan pada dirinya.
(perilaku)
·
Sengaja
membuat hal-hal yang membuat ayah ibunya marah (perilaku)
·
Lisa
tampak terkejut dan menolak ketika guru memintanya mengerjakan tugas atau
menyalin tugasnya ke papan tulis. (somatik)
Covert :
·
Lisa
merasa enggan untuk bergaul dengan teman-temannya. (afeksi)
·
Lisa
merasa tidak disayangi lagi oleh orang tuanya. (afeksi)
·
Lisa
merasa kecewa karena ayahnya menyuruhnya masuk ke fakultas kedokteran,
padahal ia berminat di bidang jurnalisti ataupun entertainment. (afeksi)
·
Lisa
merasa menyesal dan berdosa karena sudah lama tak mengunjungi neneknya,
sampai akhirnya neneknya meninggal. (afeksi)
·
Lisa
berfikiran untuk pergi meninggalkan rumah. (kognisi)
·
Takut
ayahnya mengetahui hubungannya dengan teman prianya. (kognisi)
·
Ingin
kembali seperti Lisa yang dulu. (kognisi)
·
Lisa
berfikiran adiknya merebut perhatian kedua orang tuanya. (kognisi)
|
·
Nilai-nilai
hasil ulangannya tergolong rendah hampir semua mata pelajaran.
·
Malas
belajar seperti membaca buku dan mengerjakan tugas di sekolah.
·
Teman-temannya
enggan untuk mengunjunginya.
·
Terlibat
cekcok dengan ayah dan ibunya.
·
Pada
semester akhir semester tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler satupun.
|
C.
Pendekatan
Teoritis Konseling Adlerian
- Konstelasi dan iklim keluarga
Konstelasi
keluarga dan urutan kelahiran merupakan sumber yang turut mempengaruhi perkembangan seseorang. Konstelasi keluarga meliputi beberapa aspek,
seperti komposisi keluarga, peran setiap anggota keluarga, dan transaksi
timbale balik antara anak dengan orang tua dan antara anak dengan saudaranya pada masa anak-anak. Berkaitan dengan konstelasi
keluarga adalah iklim keluarga, Konseling Adlerian menekankan pentingnya iklim
keluarga dalam perkembangan anak. Jika konstelasi keluarga adalah deskripsi
tentang cara-cara anggota keluarga saling interaksi, iklim keluarga merupakan
gaya (style) yang digunakan oleh keluarga dalam menangani masalah hidup, dan
gaya ini menjadi model bagi anak. Terdapat 12 macam profil ikim keluarga yang
member pengaruh negatif pada perkembangan anak, yakni : otoriter, supresif,
menolak, evaluative, menerapkan standar terlalu tinggi, tidak harmonis, tidak
konsisten, materialistis, terlalu melindungi, memanjakan, tak berdaya dan
martir.
Di dalam kasus
ini keluarga lisa, terdapat iklim
keluarga yang memberikan pengaruh negatif pada perkembangannya. Yakni
keadaannya yang kurang atau bahkan tidak harmonis antara dirinya dengan kedua
orang tuanya. Ayah dan ibunya sering marah apabila ada yang terlewatkan untuk
kepentingan adik bayinya. Ayahnya sekarang tidak mengantar dan menjemputnya
sekolah lagi dan perhatian ibunya pun juga berkurang. Selain itu ayahnya Lisa
juga cenderung otoriter, Ayahnya memaksanya untuk masuk ke fakultas kedokteran
dan menjadi dokter spesialis kandungan, sedangkan dirinya lebih berminat di
bidang jurnalistik ataupun entertainment. Selain itu ayahnya juga melarang Lisa
berpacaran sebelum menjadi mahasiswa, hal ini membuat Lisa semakin ketakutan
apabila nanti hubungannya dengan teman prianya diketahui oleh ayahnya.
- Urutan Kelahiran
Dalam konseling
Adlerian juga memiliki keyakinan bahwa urutan kelahiran juga merupakan faktor
yang turut memainkan peran penting dalam mempengaruhi perkembangan
seseorang. Adler mengidentifikasi lima
posisi psikologis dalam keluarga sebagai berikut :
- Anak pertama/ tertua : Jika anak pertama menjadi anak tunggal, ia cenderung menjadi pusat perhatian dan seringkali menjadi manja. Ketika adiknya lahir, perhatian yang diterima dari orang tuanya menjadi berkurang dan ia merasa terancam, marah dan cemburu kepada adiknya.
- Anak ke dua : Anak kedua sering tertekan karena harus bersaing dengan kakaknya. Jika tak mampu menyaingi kakaknya, ia umumnya akan mengarahkan minatnya untuk mencapai prestasi di bidang yang kurang diminati kakaknya.
- Anak di tengah : Anak tengah merasa terjepit diantara anak pertama yang telah menemukan tempatnya dan anak ternuda yang tampak masih menerima perhatian dan kasih saying orang tuanya.
- Anak termuda : Anak termuda menghadapi dua bentuk kesukaran umum, yakni harus berjuang/ berkompetisi atau menyamai prestasi kakak tertuanya atau membiarkan dirinya tetap tak berdaya dihadapan saudara-saudaranya dan menjadi “bayi keluarga”.
- Anak tunggal : Menjadi pusat perhatian dan dapat mencapai prestasi layaknya anak pertama.
Dalam hal ini
Lisa merupakan anak pertama, pada saat dulu orang tuanya sangat perhatian dan
ayahnya juga mengantar dan menjemputnya sekolah. Namun setelah lahir adiknya
yang ke dua, perhatian itu sedikit demi sedikit berkurang dan bahkan nyaris
hilang. Ia merasa bahwa semua perhatian ke dua orang tuanya sangat
memperhatikan adik bayinya tersebut. Hal ini membuat Lisa cemburu ia sengaja
melakukan hal-hal yan membuat ayah ibunya marah.
- Minat Sosial
Dari perspektif
Adler, perkembangan dapat dijeaskan melalui dinamika psikososial. Individu yang
dapat menyesuaikan diri pada umumnya memilikilogika pribadi yang merefleksikan
minat sosial, sedangkan individu yang kurang berhasil dalam menyesuaikan diri
diri cenderung lebih mementingkan tujuan mereka sendiri dan kurang
memperhatikan konteks sosial dan kebutuhan orang lain. Individu dipandang
memliki fitrah sebagai makhluk sosial. Jika individu menyadari bahwa dirinya
menjadi bagian dari komunitas manusia, maka perasaan inferior, alinasi, dan
cemas akan menurun dan pada gilirannya mereka akan mengembangkan perasaan
memilikidan mencapai kebahagiaan hidup. Kesadaran itu juga memungkinkan
individu untuk mengakui bahwa baik buruknya masyarakat akan member dampak
baginya, dan dengan menyokong kesejahteraan lingkungan maka ia lebih cepat
mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Minat sosial tersebut terefleksikan melalui
tingkat keberhasilan yang dicapai dalam tiga tugas kehidupan, yakni pekerjaan,
cinta, dan persahabatan.
Dalam kasus ini
Lisa kurang memperhatikan kepentingan konteks sosial dan kebutuhan orang lain
dan ia juga belum bisa merefleksikan tingkat keberhasilan dalam tiga tugas
kehidupannya.Dimana sekarang Lisa cenderung sering melamun saat mengikuti
pelajaran dan tidak banyak berbincang-bincang dengan temannya baik pada saat
istirahat maupun pada saat pelajaran dimulai. Ia dahulunya periang dan cakap,
sering membantu teman-temannya mengerjakan tugas dan selalu aktif dalam
kegiatan kelompok sosial sekarng menjadi lebih suka menyendiri tanpa banyak
bergaul dengan teman-temannya. Hal ini merupakan ciri-ciri orang yang kurang
berhasil dalam menyesuaikan diri menurut
Adler.
- Gangguan Perilaku
Dalam pandangan
Adler, gangguan perilaku dikonseptualisasikan sebagai “kegagalan hidup”.
Gangguan psikologis dan perilakudapat dipandang sebagai cara yang slaah untuk
hidup. Ini dapat melibatkan kesalahan dalam gaya hidup,kesalahan dalam menetapkan
tujuan hidup, atau tak tersalurkannya minat-minat sosial. Berdasarkan pandangan
ini maka konseling Adlerian tidak memandang konseli sebagai orang yang
menderita karenapenyakit (desase)
tetapi karena mengalami kegagalan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan
atau menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya (pekerjaan, cinta, dan
persahabatan).
Dalam kasus ini
Lisa masih belum bisa belum bisa menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya. Ia
belum bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua dan juga dengan
teman-temannya. Karena orang tuanya lebih memperhatikan adiknya ia sengaja
membuat ayah ibunya marah sehingga menyebabkan cekcok dengan kedua orang tuanya
dan ia sering berfikiran untuk pergi meninggalkan rumah. Lisa yang dahulunya
cakap dan periang serta mudah bergaul dengan teman-temannya, sekarang menjadi
lebih suka melamun dan kurang bisa bergaul dengan teman-temannya.
- Teknik Konseling
- Interpersonal konselor : yang meliputi kesanggupan untuk meberikan perawatan yang tulus, keterlibatan, empati, dan teknik-teknik komunikasi verbal maupun non verbal yang lain untuk mengembangkan hubungan konseling dan mengungkapkan perasaan-perasaan inferioritas konseli.
- Teknik Bertanya : Konselor juga menggunakan teknik ini guna mengungkap harapan konseli terhadap program perlakuan, pandangannya tentang masalah yang dialami, cara-cara yang mereka telah gunakan untuk mencoba meningkatkan kehidupannya.
- Dorongan : Merupakan teknik yang esensial yang dapat digunakan oleh konselor di sepanjang proses konseling, khususnya pada tahap-tahap awal. Untuk mendorong konseli, konselor perlu memusatkan perhatian pada : 1) Apa yng dilakukan konseli bukan mengevaluasi perilakunya; 2) Apa yang dilakukan konseli bukan perilaku lampau; 3) Perilaku dan bukan pribadi konseli; 4) Upaya dan bukan hasil; 5) Motivasi instrinsik dan bukan ekstrinsik; 6) Yang dipelajari dan bukan yang tidak dipelajari; 7) Apa yang positif dan bukan yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Darminto, Eko. 2007. Teori-Teori Konseling . Surabaya : Unesa University Press.
Nursalim, M. dan Hartono, Agung. 2007. Analisis Masalah dalam Konseling.
Surabaya : Unesa University Press.
No comments:
Post a Comment