Saturday, April 7, 2012

TEORI PEMBELAJARAN CLARK L. HULL 16Postulat


1.Pendekatan teorisasi Hull

            Sebagai langkah pertama dalam menyusun teorinya, Hull menyelesaikan ulasan mendalam terhadap riset-riset tentang belajar yang sudah ada. Kemudian dia berusaha meringkaskan temuannya itu. Pendekatah Hull dalam membangun suatu teori dinamakan hypothetical deductive (deduksi hipotesis) atau logical deductive.
            Setiap teori ilmiah hanyalah alat yang membantu periset dalam mensintesiskan fakta dan dalam memahami ke mana mesti mencari informasi baru. Nilai dasar dari teori ditentukan oleh seberapa kuatkan ia bersesuaian dengan fakta yang teramati atau dalam kasus ini dengan hasil eksperimen. Otoritas utama dalam ilmu pengetahuan ilmiah adalah dunia empiris. Meskipun teori Hull dapat sangat abstrak, ia tetap harus memberi pernyataan tentang kejadian yang dapat diamati. Seberapa pun abstraknyasuatu teori, ia pada akhirnya mesti menghasilkan proposisi yang dapat diverifikasi secara empiris.

2.Konsep Teoritis Utama

            Teori Hull mengandung struktur postulat dan teorema yang logis mirip seperti geometri Euclid. Postulat-postulat itu adalah pernyataan umum tentang perilaku yang tidak dapat diverifikasi secara langsung, meskipun teorema yang secara logis berasal dari postulat itu dapat diuji. Pertama-tama kita akan mendiskusikan enam belas postulat utama Hull yang dikemukakan pada 1943, dan kemudian kita akan melihat ke revisi utama yang dilakukan Hull pada 1952.
 Postulat 1: Sensing the external environment and the Stimulus Trace. Stimulasi eksternal memicu dorongan neural (sensoris) afferent, yang bertahan lebih lama ketimbang stimulasi environmental. Jadi, Hull mempostulatkan adanya suatu stimulus traces (jejak stimulus) yang bertahan selama beberapa detik setelah kejadian stimulus berhenti. Karena dorongan neural afferent ini menjadi diasosiasikan dengan suatu respons, Hull mengubah rumusan S-R tradisional menjadi S-s-R. jejak stimulus pada akhirnya menyebabkan reaksi neural efferent (motor) (r) yang menghasilkan respons tegas. Jadi kita punya S-s-r-R, di mana S adalah stimulasi eksternal, s adalah jejak stimulus, r adalah pengaktifan neuron motor, dan R adalah respons yang jelas.
Postulat 2: The Interaction of Sensory Impulses. Interaction of sensory impulses ( s ) (interaksi dorongan sensoris [indrawi]) mengindikasikan stimulasi dan karenanya menunjukkan kesulitan dalam memprediksi perilaku. Perilaku jarang merupakan sebuah fungsi dari hanya satu stimulus. Ia adalah fungsi dari banyak stimulus yang dihadapan suatu organisme pada satu waktu. Banyak stimuli dan jejaknya itu saling berinteraksi satu sama lain dan sintesisnya akan menentukan perilaku
Postulat 3: Unlearned behavior. Hull percaya bahwa organisme dilahirkan dengan hierarki respons, unlearned behavior (perilaku yang tak dipelajari), yang akan aktif jika dibutuhkan. Misalnya, jika suatu objek asing masuk mata, maka secara otomatis akan berkedip-kedip dan keluarlah air mata. Jika suhu melebihi suhu yang optimal bagi fungsi tubuh, maka tubuh akan berkeringat. Demikian pula, rasa sakit, lapar, atau haus akan memicu respons bawaan tertentu yang berprobabilitas tinggi mereduksi efek dari kondisi-kondisi tersebut.
Postulat 4: contiguity and Drive reduction as Necessary conditions for Learning. Jika satu stimulus menimbulkan respons dan jika respons itu bisa memuaskan kebutuhan biologis, maka asosiasi antara stimulus dan respons akan diperkuat. Semakin sering stimulus dan respons yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan dipasangkan, semakin kuat hubungan antara stimulus dan respons tersebut. Reinforcement (penguatan) primer menurut Hull harus memuaskan kebutuhan, atau apa yang oleh Hull dinamakan drive reduction (reduksi dorongan). Postulat 2 juga mendeskripsikan reinforce (penguat) sekunder sebagai “stimulus yang diasosiasikan secara erat dan konsisten dengan pengurangan kebutuhan. Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa jika satu stimulus diikuti dengan satu respons, yang pada gilirannya diikuti dengan penguatan (entah itu primer atau sekunder), asosiasi antara stimulus dan respons akan menguat. Juga dapat dikatakan bahwa “kebiasaan” (habit) memberi respons terhadap stimulus itu akan menjadi lebih kuat. Istilah yang dipakai Hull, habit strength (kekuatan kebiasaan [SHR ] ).

Postulat 5: stimulus generalization. Hull mengatakan bahwa kemampuan suatu stimulus (selain stimulus yang digunakan selama pengkondisian) untuk menimbulkan respons yang dikondisikan ditentukan oleh kemiripannya dengan stimulus yang digunakan selama training. Jadi, SHR  akan digeneralisasikan dari satu stimulus ke stimulus lain sepanjang dua stimulus itu sama. Postulat stimulus generalization (generalisasi stimulus) ini juga mengindikasikan bahwa pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi proses belajar yang sekarang; artinya, belaja yang pernah terjadi dalam kondisi yang sama akan ditransfer ke situasi belajar yang baru. Hull menyebut proses ini sebagai generalized habit strength (kekuatan kebiasaan yang digeneralisasikan (SHR ).

Postulat 6: Stimuli associated with drives. Definisi biologis dalam organisme akan mengahsilkan drive (dorongan[D]), dan setiap dorongan diasosiasikan dengan stimuli spesifik. Contohnya adalah rasa perut lapar yang mengiringi dorongan lapar, dan mulut kering, bibir kering, dan tenggorokan kering yang mengiringi dorongan haus. Adanya stimuli dorongan spesifik memungkinkan kita untuk mengajari hewan agar nberperilaku tertentu di dalam satu keadaan dorongan dan berperilaku lain dalam keadaan dorongan lain. Misalnya, hewan bisa diajari berbelok ke kanan dalam jalan berbentuk T apabila ia lapar dan berbelok kiri jika ia haus.

Postulat 7: Reaction as a Function of Drive and habit strength. Kemungkinan respons yang dipelajari akan terjadi pada satu waktu tertentu dinamakan reaction potential (potensi reaksi [SER]). Potensi reaksi adalah fungsi dari kekuatan kebiasaan [SHR ] dan dorongan (D). agar respons yang terjadi, [SHR ] harus diaktifkan oleh D. Dorongan tidak mengarahkan perilaku; ia hanya membangkitkannya dan mengintensifkannya. Tanpa dorongan, hewan tidak akan melakukan respons yang telah dipelajari meskipun telah ada banyak pasangan yang diperkuat antara stimulus dan respons.

Postulat 8: Responding Causes Fatigues, Which Operates Against the Elicitation of a Conditional Response. Respon memerlukan kerja, dan kerja menyebabkan keletihan. Keletihan pada akhirnya akan menghambat respons. Reactive Inhibition (hambatan reaktif [IR]) disebabkan oleh kelelahan akibat aktivitas otot dan kegiatan dalam menjalankan tugas. Karena bentuk penghambat ini berhubungan dengan keletihan, maka ia secara otomatis akan hilang jika organisme berhenti beraktivitas.

Postulat 9: the Learned Response of Not Responding. Kelelahan adalah pendorong negative, dan karenanya tidak memberikan respons akan menghasilkan penguatan. Tidak member respon akan menyebabkan IR menghilang, dan karenanya mengurangi dorongan kelelahan. Respons untuk tidak merespons ini dinamakan conditioned inhibitattion (SIR) (hambatan yang dikondisikan)

Postulat 10: Factors Tending ti Inhibit a Learned respons Change from Moment to Moment. Menurut Hull, ada “potensi penghambat” yang bervariasi dari satu waktu ke waktu lainnya dan menghambat munculnya respons yang telah dipelajari. “potensi penghambat” ini dinamakan oscillation effect (efek guncangan [SOR] ).

Postulat 11: momentary Effective Reaction potential Must Exceed a certain value before a Leraned Response can Occur. Nilai SER  yang harus lebih tinggi sebelum respons yang terkondisikan dapat muncul dinamakan reaction threshold (ambang reaksi SLR ). Karenanya, respons yang telah dipelajari akan muncul hanya jika SER lebih besar daripada SLR

Postulat 12: The Probability that a Learned response Will Be Made is a Combined Function of SER , SOR, SLR . dalam tahap awal training, yakni hanya setelah beberapa percobaan yang diperkuat  SEakan dekat dengan  SLR  sehingga, karena efek dari   SOR,  respons yang terkondisikan akan muncul dibeberapa percobaan tetapi tidak dipercobaan lainnya.

Postulat 13: The Greater the Value of SER the sorter will be the latency between S and R. latency [str ] adalah waktu antara presentasi stimulus ke organisme dan respons yang dipelajarinya. Postulat ini menyatakan bahwa waktu reaksi antara awal stimulus dan kemunculan respons yang telah dipelajari akan turun jika nilai SER naik.

Postulat 14: The value of SER  will determine resistance to Extinction. Nilai SER di akhir training menentukan resistensi terhadap pelenyapan, yakni berapa banyak dibutuhkan respons yang tak diperkuat sebelum terjadinya pelenyapan. Semakin besar nilai SER  , semakin besar pula jumlah respons tak diperkuat yang dibutuhkan sebelum pelenyapan terjadi. Hull menggunakan n untuk melambangkan jumlah percobaan yang tak diperkuat yang terjadi sebelum terjadi pelenyapan.

Postulat 15: The amplitude of a conditional response varies directly with SER. Beberapa respon yang dipelajari terjadi bertingkat-tingkat, misalnya, keluarnya air liur atau galvanic skin response (GSR). Ketika respons yang terkondisikan adalah respons yang terjadi secara bertingkat, besarannya akan terkait langsung besarnya sEr , potensi reaksi efektif potensial. Hull menggunakan A untuk melambangkan amplitude respons ini.

Postulat 16 : When Two or More Incompatible Response Tend to be Elicited in the Same Situation, the One with the Greatest  sEr  will occur.  Postulat ini sudah cukup jelas.



oleh : illa suryaningsih BK-B 2010 (101014051),  

No comments:

Post a Comment