STRUKTUR
DIMENSI KEPRIBADIAN H.J.EYSENCK
A.
Pokok-pokok Teori
Di
dalam karya H.J. Eysenck orang benar-benar mendapatkan keaslian (originality),
terutama kalau dipandang dari segi metodologis. Dia mengkombinasikan tradisi
ahli-ahli psikologis Inggris yang dengan baiknya menggunakan metode kuantitatif
dengan studi mengenai gejala-gejala kepribadian dalam rangka psikiatri. Dia
yakin bahwa di masa yang akan datang teori dan eksperimen harus bergandengan
tangan, dan dengan demikian banyak kelemahan akan dapat diatasi. Hal ini pada
pendapatnya dapat ditempuh dengan membuat perumusan yang sederhana dan bercorak
operasional itu.
Inti
pandangan Eysenck dalam psikologi dapat dicari sumbernya pada keyakinannya
bahwa pengukuran adalah fundamental dalam segala kemajuan ilmiah, dan bahwa
dalam lapangan psikologi sebenarnya orang belum pasti tentang hal “apa” yang sebenarnya
diukur. Konsepsinya mengenai bagaimana seharusnya orang bertindak dalam
lapangan ini.
Jadi
Eysenck yakin bahwa taksonomi atau klasifikasi tingkah laku adalah langkah
pertama yang menentukan dan bahwa analisis faktor adalah alat yang paling
memadai untuk mengejar tujuan ini. Di dalam analisis faktor ini mengembangkan
suatu metode, yaitu criterion analysis. Metode ini adalah kombinasi daripada proposition testing atau metode hypothetico-deductive dengan teknik analisis faktor. Penyelidik bertolak pada
suatu keyakinan atau dalil (proposition) mengenai variable atau faktor dasar
dan selanjutnya mengumpulkan satu set ukuran atau test score yang diperkirakan
bersangkutan dengan faktor dasar tersebut. Selanjutnya dicari dua kelompok yang
dalam hal faktor dasar tersebut sangat bersangkutan satu sama lain, ini yang
disebut criterian groups. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan teknik
analisis faktor.
B.
STUKTUR
KEPRIBADIAN
Eysenck
berpendapat, bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu banyak
mengemukakan variabel-variabel kompleks dan tak jelas. Pendapat ini
dikombinasikan dengan analisisnya, yaitu dengan analisis faktor, telah
menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah kecil
dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas.
1.
Kepribadian
Eysenck
memberi definisi kepribadian sebagai berikut :
“
Personality is the sum-total of actual or potential behavior patterns of the
organism as determined by heredity and environment; it originates and develops
throught the functional innteraction of the four main sectors into which these
behavior patterns are or the conative sector (character), the affective sector
(temperament), and the somatic sector (consitution).
Corak yang khas pada pendapat Eysenck
ini ialah dinyatakannya secara eksplisit tentang “faktpr somatic”. Perhatian
terhadap faktor konstitusional ini timbul dari pengalaman praktis, di mana
dalam tugasnya Eysenck sering menggunakan tubuh sebagai variabel kepribadian
yang relevan.
Di dalam penyelidikan-penyelidikannya
yang lebih kemudian mengenai tingkah laku polilis Eysenck mengutamakan hal attitude dan ideology.
2.
Struktur Kepribadian
Eysenck berpendapat bahwa kepribadian tersusun
atas tindakan-tindakan, disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan
hirarkis berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya. Di urut dari yang paling
tinggi dan paling mnecakup ke yang paling rendah dan paling khusus adalh :
-
Type,
yaitu organisasi di dalam individu yang lebih umum, lebih mencakup lagi. Type
bersangkutan dengan general factor.
-
Trait,
yaitu smentara habitual response yang paling berhubungan satu sama lain yang
cenderung ada pada individu tertentu. Trait bersangkutan dengan group (common)
factor.
-
Habitual
response mempunyai corak yang lebih umum daripada
specific response, yaitu respone-respone yang berulang-ulang terjadi kalau
individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.
-
Specific
response, yaitu tindakan atau response yang
terjadi pada suatu keadaan atau kejadiaan tertentu, jadi khusus sekali.
3.
Sifat-sifat Kepribadian
Menurut
Eysenck, supaya ada gunanya, “sifat” itu harus didefinisikan secara operasional
atau disertai prosedur pengukuran tertentu. Adapun kegunaan “sifat” itu
pertama-tama dapat dikemukakan pada peranannya untuk membuat identifikasi
dimensi-dimensi dasar atau tipe-tipe kepribadian, dan kedua pada pecandraan mengenai
tipe-tipe kepribadian itu, sebab pada dasarnya pecandraan mengenai tipe-tipe
dilakukan dengan membuat pecandraan yang teliti mengenai sifat-sifat.
4.
Tipe-tipe Kepribadian
Eysenck berpendapat ada 3 dimensi
dasar, yaitu introversion-extraversion, neuroticism, dan psychoticism. Eysenck
diarahkan kepada suatu tujuan utama, yaitu menemukan dimensi primer daripada
kepribadian, yang akan memungkinkan penyusunan tipologi yang cukup baik dan
tahan uji.
Di dalam penyelidikan yang dilakukannya
terhadap kurang lebih 10.000 orang yang normal dan neurotis yang dilangsungkan
selama perang dunia II, Eysenck menemukan dua variabel fundamental.
Penyelidikan ini dimulai terhadap 700 orang tentara yang neurotis. Dari
penyelidikan ini dapat diketemukan dua faktor dasar, yaitu apa yang disebutnya
“neuroticism” dan “introversion-extraversion”. Setelah kedua dimensi ini dapat
ditetapkan, Eysenck mengadakan penyelidikan yang lebih luas untuk menentukan
ciri-ciri dimensi-dimensi tersebut dengan lebih teliti. Dari penyelidikan ini
diperoleh pecandraan yang lengkap dan kompleks daripada individu-individu yang
mempunyai variabel “neuroticism” serta “introversion-extraversion” itu secara
ekstrem. Sebahgai hasil akhir daripada penyelidikan-penyelidikannya itu Eysenck
membuat pecandraan mengenai “introvers” dan “ekstravers” itu pada pokoknya
sebagai berikut :
Orang-orang yang introvers
(neurotis) itu memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala
ketakutan dan depresi, ditandai oleh kecenderungan obsesi mudah tersinggung,
apati, syaraf otonom mereka labil. Menurut pernyataan mereka sendiri perasaan
mereka gampang terluka, mudah gugupan, menderita rasa rendah diri, mudah
melamun, sukar tidur. Orang-orang ekstravers (neurotis) memperlihatkan
kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris. Selanjutnya mereka
memperlihatkan sedikit energi, perhatian yang sempit, sejarah kerja yang kurang
baik, hypochondris. Misalnya seperti mereka mendapat kesukaran karena gagap,
gampang kena kecelakaan, sering tidak masuk kerja karena sakit, tak puas,
merasa sakit-sakit.
Orang psikotis itu tidak lancar,
prestasinya rendah dalam penjumlahan (angka-angka) yang kontinyu, dalam “miror
drawing”, asimilasinya lambat pada test perspektif, kurang pasti terhadap
sikap-sikap sosial, daya konsentrasi rendah, ingatan kurang baik, cenderung
membuat gerak-gerik yang lebih besar dan menaksir jarak serta score
berlebih-lebihan, membaca lambat, taraf aspirasi kurang sesuai dengan
kenyataan.
No comments:
Post a Comment