Friday, April 20, 2012

STRUKTUR DIMENSI KEPRIBADIAN H.J.EYSENCK

STRUKTUR DIMENSI KEPRIBADIAN H.J.EYSENCK

            A. Pokok-pokok Teori

Di dalam karya H.J. Eysenck orang benar-benar mendapatkan keaslian (originality), terutama kalau dipandang dari segi metodologis. Dia mengkombinasikan tradisi ahli-ahli psikologis Inggris yang dengan baiknya menggunakan metode kuantitatif dengan studi mengenai gejala-gejala kepribadian dalam rangka psikiatri. Dia yakin bahwa di masa yang akan datang teori dan eksperimen harus bergandengan tangan, dan dengan demikian banyak kelemahan akan dapat diatasi. Hal ini pada pendapatnya dapat ditempuh dengan membuat perumusan yang sederhana dan bercorak operasional itu.
Inti pandangan Eysenck dalam psikologi dapat dicari sumbernya pada keyakinannya bahwa pengukuran adalah fundamental dalam segala kemajuan ilmiah, dan bahwa dalam lapangan psikologi sebenarnya orang belum pasti tentang hal “apa” yang sebenarnya diukur. Konsepsinya mengenai bagaimana seharusnya orang bertindak dalam lapangan ini.
Jadi Eysenck yakin bahwa taksonomi atau klasifikasi tingkah laku adalah langkah pertama yang menentukan dan bahwa analisis faktor adalah alat yang paling memadai untuk mengejar tujuan ini. Di dalam analisis faktor ini mengembangkan suatu metode, yaitu criterion analysis. Metode ini adalah kombinasi daripada proposition testing atau metode hypothetico-deductive dengan teknik analisis faktor. Penyelidik bertolak pada suatu keyakinan atau dalil (proposition) mengenai variable atau faktor dasar dan selanjutnya mengumpulkan satu set ukuran atau test score yang diperkirakan bersangkutan dengan faktor dasar tersebut. Selanjutnya dicari dua kelompok yang dalam hal faktor dasar tersebut sangat bersangkutan satu sama lain, ini yang disebut criterian groups. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan teknik analisis faktor.

B.       STUKTUR KEPRIBADIAN

Eysenck berpendapat, bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu banyak mengemukakan variabel-variabel kompleks dan tak jelas. Pendapat ini dikombinasikan dengan analisisnya, yaitu dengan analisis faktor, telah menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah kecil dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas.

1.      Kepribadian
Eysenck memberi definisi kepribadian sebagai berikut :
“ Personality is the sum-total of actual or potential behavior patterns of the organism as determined by heredity and environment; it originates and develops throught the functional innteraction of the four main sectors into which these behavior patterns are or the conative sector (character), the affective sector (temperament), and the somatic sector (consitution).
         Corak yang khas pada pendapat Eysenck ini ialah dinyatakannya secara eksplisit tentang “faktpr somatic”. Perhatian terhadap faktor konstitusional ini timbul dari pengalaman praktis, di mana dalam tugasnya Eysenck sering menggunakan tubuh sebagai variabel kepribadian yang relevan.
         Di dalam penyelidikan-penyelidikannya yang lebih kemudian mengenai tingkah laku polilis Eysenck mengutamakan hal attitude dan ideology.

2.      Struktur Kepribadian
  Eysenck berpendapat bahwa kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan, disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan hirarkis berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya. Di urut dari yang paling tinggi dan paling mnecakup ke yang paling rendah dan paling khusus adalh :
-          Type, yaitu organisasi di dalam individu yang lebih umum, lebih mencakup lagi. Type bersangkutan dengan general factor.
-          Trait, yaitu smentara habitual response yang paling berhubungan satu sama lain yang cenderung ada pada individu tertentu. Trait bersangkutan dengan group (common) factor.
-          Habitual response mempunyai corak yang lebih umum daripada specific response, yaitu respone-respone yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.
-          Specific response, yaitu tindakan atau response yang terjadi pada suatu keadaan atau kejadiaan tertentu, jadi khusus sekali.

3.      Sifat-sifat Kepribadian
Menurut Eysenck, supaya ada gunanya, “sifat” itu harus didefinisikan secara operasional atau disertai prosedur pengukuran tertentu. Adapun kegunaan “sifat” itu pertama-tama dapat dikemukakan pada peranannya untuk membuat identifikasi dimensi-dimensi dasar atau tipe-tipe kepribadian, dan kedua pada pecandraan mengenai tipe-tipe kepribadian itu, sebab pada dasarnya pecandraan mengenai tipe-tipe dilakukan dengan membuat pecandraan yang teliti mengenai sifat-sifat.


4.      Tipe-tipe Kepribadian
         Eysenck berpendapat ada 3 dimensi dasar, yaitu introversion-extraversion, neuroticism, dan psychoticism. Eysenck diarahkan kepada suatu tujuan utama, yaitu menemukan dimensi primer daripada kepribadian, yang akan memungkinkan penyusunan tipologi yang cukup baik dan tahan uji.
         Di dalam penyelidikan yang dilakukannya terhadap kurang lebih 10.000 orang yang normal dan neurotis yang dilangsungkan selama perang dunia II, Eysenck menemukan dua variabel fundamental. Penyelidikan ini dimulai terhadap 700 orang tentara yang neurotis. Dari penyelidikan ini dapat diketemukan dua faktor dasar, yaitu apa yang disebutnya “neuroticism” dan “introversion-extraversion”. Setelah kedua dimensi ini dapat ditetapkan, Eysenck mengadakan penyelidikan yang lebih luas untuk menentukan ciri-ciri dimensi-dimensi tersebut dengan lebih teliti. Dari penyelidikan ini diperoleh pecandraan yang lengkap dan kompleks daripada individu-individu yang mempunyai variabel “neuroticism” serta “introversion-extraversion” itu secara ekstrem. Sebahgai hasil akhir daripada penyelidikan-penyelidikannya itu Eysenck membuat pecandraan mengenai “introvers” dan “ekstravers” itu pada pokoknya sebagai berikut :
                    Orang-orang yang introvers (neurotis) itu memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi, ditandai oleh kecenderungan obsesi mudah tersinggung, apati, syaraf otonom mereka labil. Menurut pernyataan mereka sendiri perasaan mereka gampang terluka, mudah gugupan, menderita rasa rendah diri, mudah melamun, sukar tidur. Orang-orang ekstravers (neurotis) memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris. Selanjutnya mereka memperlihatkan sedikit energi, perhatian yang sempit, sejarah kerja yang kurang baik, hypochondris. Misalnya seperti mereka mendapat kesukaran karena gagap, gampang kena kecelakaan, sering tidak masuk kerja karena sakit, tak puas, merasa sakit-sakit.
       Orang psikotis itu tidak lancar, prestasinya rendah dalam penjumlahan (angka-angka) yang kontinyu, dalam “miror drawing”, asimilasinya lambat pada test perspektif, kurang pasti terhadap sikap-sikap sosial, daya konsentrasi rendah, ingatan kurang baik, cenderung membuat gerak-gerik yang lebih besar dan menaksir jarak serta score berlebih-lebihan, membaca lambat, taraf aspirasi kurang sesuai dengan kenyataan.

No comments:

Post a Comment