Teori Kepribadian
Freud mengembangkan sejumlah teori kepribadian. Teori kepribadian yang dikemukakan freud diantaranya: teori topografi, structural, genetic, dan dinamika. Keempat macam teori tersebut memilki relevansi dengan proses konseling psikoanalisis, sehingga dipandang perlu untuk dijelaskan secara garis besarnya sebagai berikut (Latipun, 2010)
Topografi Kepribadian
Bagi Freud kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu alam sadar (conscious/Cs), alam prasadar (preconscious/Pcs) dan alam bawah sadar (unconscious/Ucs).
Alam bawah sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide , ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatnya kembali. Alam bawah sadar ialah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai baian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapa disadari lagi akan tersimpan di dalamnya (Latipun, 2010)
Alam bawah sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide , ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatnya kembali. Alam bawah sadar ialah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai baian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapa disadari lagi akan tersimpan di dalamnya (Latipun, 2010)
Struktur Kepribadian
Menurut pandangan Freud struktur keprubadian terdiri dari tiga elemen utama yaitu, id, ego dan super ego. Id merupakan aspek biologis yang mempunyai energy yang dapat mengaaktifkan ego dan super ego (Sofyan S. Wills, 2010). Menurut Kardiner, dkk (dalam latipun, 2010) Freud menjelaskan bahwa kerja id terutama digerakkan oleh libido yang secara luas bermakna energy psikis untuk beradaptasi secara fifiologis dan sosial dalam bentuk upaya mempertahankan dana mengembangkan spesiesnya.
Ego meruapakan bagian subsistem kepribadian yang tidak diperoleh saat lahir, tetapi dipelajari sepanjang berinteraksi dengan lingkungannya. Ego merupakan mediator antara dorongan-dorongan logis yang datang dari id dan tuntunan super ego atau hati nuranidari orang tua, budaya dan tradisi. Car kerja ego adalah menganut prinsip relaitas. Superego merupakana lawan di id, yaitu subsistem kepribadian yang dikembangkan dari kebudayaan dan nilai-nilai sosial, bukan dari faktor biologis. Superego terbentuk karena berinteraksi dengan orang tua dan masyarakat. Karena itu subsistem super ego ini berisi kode moral yang selaly menentang kehendak id. Jadi superego merupakan kata hati seseorang dank arena itu merupakan control dalam (internal control) individuasa. Sedangkan super ego selalu berada pada alam sadar dan dapat pula berada pada alam prasadar (Latipun, 2010).
Perkembangan Kepribadian
Secara genetis ada lima tahap perkembangan kepribadian yaitu fase oral, anal, falik, laten dan genital. Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan erotic pada daerah mulut, kepuasan anak melalui tindakan mengisap akan memperngaruhi kehidupan di masa dewasanya. Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. Fase falik berkembang mulai usi empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan terletak pada alat kelamin, yaitu penis pada anak laki-laki dan klitoris pada anak perempuan. Fase Laten, periode ini terjadi antara lima atau enam tahun hingga pubertas, pada fese ini terjadi perhentian perkembangan. Sepanjang masa ini anak menjalankan tugas belajar.
Dinamika kepribadian
Pada prinsipnya manusia memiliki insting untuk mempertahankan dirinya. Freud mengatakan banyak bentuk mekanisme pertahanan ini. Bentuk-bentuk mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
- Distorsi, melakukan penyangkalan terhadap kenyataan hidupnya
- Regresi, menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri
- Regresi, memunculkan perilaku yang tidak matang
- Rasionalisasi, membuat-buat alasan yang masuk akal guna membenarkan tingkah lakunya
- Sublimasi, mengganti dorongan-dorongan yang tidak diterima secara sosial menjadi diterima secara sosial
- Salah sasaran, merupakan menggantikan perasaan bermusuhan dari sumber aslinya ke objek lain
- Identifikasi, menambah rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan orang lain yang mempunyai nama
- Kompensasi, menutupi kelemahan dengan jalan memuaskan atau menunjukkan sifat tertentu secara berlebihan
Hakikat manusia
- Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.
- Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan proses mental yang berciri biasa.
- Pendekatan ini didasari oleh teori Freud, bahwa kepribadian seseorang mempunyai tiga unsur, yaitu id, ego, dan super ego
Tujuan Konseling
Tujuan konseling psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tidak di sadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititikberatkan pada usaha konselor agar klien menghayati, memahami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama atanta umur 2-5 tahun. Pengalaman-pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis dan ditafsirkan dengan tujuan agar klien dapat rkonstruksi kembali. Jadi penekanan konseling pada aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya ketidaksadaran manusia (Willis, 2010)
Peran Konselor
Tidak sebagaimana kegiatan konseling yang lain seperti konseling berusat pada klien dari Rogers, maka konseling psikoanalisis mempunyai ciri yang unik dalam proses konselornya. Yaitu konselor bersikap anonym, artinya konselor berusaha tak di kenal klien, dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar agar klien dengan mudah memantulkan perasaan kepada konselor. Pemantulan itu merupakan prooyeksi klien yang menjadi bahan analisis bagi klien (Willis, 2010).
Tehnik Spesifik
- Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalah agar klien mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga katarsis.
- Analisis mimpi, klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
- Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
- Analisis resistensi; resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
- Analisis transferensi. Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.
Daftar Pustaka:
Latipun. (2010). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press
Willis, Sofyan S. (2010), Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Sudrajat, Akhmad. (2008). Pendekatan konseling psikoanalis. http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Oleh : Illa Suyaningsih BK-B 2010 (101014051)
Makasih materinya, sangat membantu ..
ReplyDeleteTapi sayang postingan yg warna kuning jadi susah dibaca n bikin mata pembaca sakit :)
Mantap. Lanjutkan.
ReplyDeleteBtw tes psikologi berdasarkan itu apa ya?