Teori Ginzberg
A. POKOK TEORI
Pokok yang
dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya adalah didasari atas
pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia.
Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg
dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu proses (bahwa pilihan
pekerjaan itu merupakan suatu proses), irreversibilitas (bahwa
pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik), kompromi
(bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang main
yaitu minat, kemampuan, dan nilai), dan optimisasi yang merupakan
penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja).
B. PROSES PEMILIHAN KARIER
Proses pemilihan
pekerjaan oleh Ginzberg diklasifikasikan dalam tiga tahapan utama yaitu
:
1. Masa Fantasi
Masa ini
berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau 12
tahun (masa sekolah dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih
bersifat sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada pertimbangan yang
masak (rasional dan objektif) mengenai kenyataan yang ada. Pilihan pekerjaan
pada masa ini hanya didasari atas kesan yang dapat melahirkan kesenangan
semata, dan diperolehnya dari/mengenai orang-orang yang bekerja atau lingkungan
kerjanya.
Menurut Ginzberg,
kegiatan bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi berorientasi kerja
dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai
peran okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan
pertimbangan nilai dalam dunia kerja.
2. Masa Tentatif
Masa ini berlangsung
mencakup anak usia lebih kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau pada masa
anak bersekolah di SLTP dan SLTA. Pada masa ini, pilihan pekerjaan mengalami
perkembangan. Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi empat
tahap, dimulai dari (1) tahap
minat (11-12 tahun) yakni masa dimana individu cenderung melakukan
pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja.
Pertimbangan karierpun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat
individu terhadap objek karier, dengan tanpa mempertimbangkan banyak faktor.
Akan tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi
perkembangan dan interaksi lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada
dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan.
Keadaan ini disebut sebagai 2) tahap kapasitas (13-14 tahun),
yakni masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada
kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini
berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan
kesukaannya.
Tahap berikutnya (3)
tahap nilai (15-16 tahun), yaitu tahap dimana minat dan kapasitas itu
akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari
bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan,
baik kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang
bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula
yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan
pekerjaan lainnya.
Adapun tahap terakhir
dari masa tentatif ini adalah (4) tahap transisi (17-18 tahun),
yakni keadaan dimana individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang
dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat direalisasikan
dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap pengenalan secara
gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja,
nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan
bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola karier yang dipilih.
3. Masa Realistik
Masa ini mencakup anak
usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan atau mulai bekerja. Pada masa ini,
okupasi terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang lebih realistis.
Orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap pekerjaan
akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam frame
vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan
atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan arah tentatif mereka
(spesifikasi). Masa ini pun dibedakan menjadi tiga tahap yaitu :
1 Tahap eksplorasi, yakni tahap dimana individu akan
melakukan eksplorasi (menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada masa
tentatif akhir dan belum berani mengambil keputusan) dengan memberikan
penilaian atas pengalaman atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dalam
keterkaitannya terhadap tuntutan kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada
hakikatnya berfungsi sebagai acuan dan atau syarat untuk bisa memasuki lapangan
pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
2 Tahap kristalisasi, yakni
tahap dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap pengalaman atau
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun
yang gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Pada
tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan
faktor-faktor internal dan eksternal dirinya untuk sampai pada spesifikasi
pekerjaan tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut memaksa pengambilan
keputusan itu.
3 Tahap spesifikasi, yaitu
tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau khusus. Pada tahap ini, semua segmen
dalam orientasi karier yang dimulai dari orientasi minat,
kapasitas, dan nilai, sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan
pertimbangan (kompromi) yang matang (determinasi tugas-tugas perkembangan yang
optimal) dalam memilih arah dan tujuan karier dimasa yang akan datang.
Dari berbagai
tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di atas, dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pemilihan pekerjaan yang terjadi pada individu merupakan suatu pola
pilihan karier yang bertahap dan runtut, yang dinilai subjektif oleh individu
dalam milieu sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa
dewasanya. Artinya, pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat,
pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam
karier/pekerjaan (memiliki kepuasan kerja) adalah individu yang mampu
mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, kapasitas,
dan nilai kedalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis.
Di beberapa bagiannya,
teori ini masih dianggap kurang sempurna, mengingat sampel yang dipilih Ginzberg
dalam membangun teorinya ini kurang representatif, yakni hanya diwakili oleh
sampel laki-laki dari keluarga yang berpenghasilan diatas rerata (ayahnya
adalah tenaga profesional dan ibunya berpendidikan tinggi). Sehingga peluang
sampel dalam memilih pilihan karier cenderung lebih luas, dan cenderung tidak
mengalami hambatan dalam proses okupasionalnya. Sementara kemungkinan adanya
kalangan sampel yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah dan
mengalami tekanan keadaan tertentu, termasuk juga sampel perempuan yang hampir
tidak ada dalam studinya dalam kerangka teori ini kurang mendapat perhatian.
Konsep irreversibilitas
(pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik) juga mengalami
modivikasi dengan tetap menekankan pada pentingnya pilihan itu dilakukan secara
dini dalam membantu proses pembuatan karier. Untuk hal ini, Ginzberg menyatakan
bahwa irreversibilitas itu tidak bersifat menentukan keberhasilan kerier, dan
menekankan konsep optimisasi (pencarian kecocokan) sebagai bagian okupasional
dalam mencapai kepuasan kerja. Karena bagi kelompok Ginzberg,
reversibilitas disebut sebagai penyimpangan, yang disebabkan oleh keterampilan
okupasional dini dan timing perkembangan realistik secara signifikan lebih
lambat datangnya, akibat variabel-variabel tertentu seperti instabilitas emosi,
masalah pribadi, dan kekayaan finansial.
Sehingga diakhir
pendapatnya, Ginzberg juga menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam
pilihan karier itu berlangsung sepanjang hayat, sebagai refleksi dari perubahan
minat dan tujuan-tujuan, serta keadaan atau tekanan yang berlangsung
dalam kehidupan seseorang. Konsep ini juga saya anggap sebagai reaksi
edukatif Ginzberg atas kelemaham awal tentang batasan umur masa realistis
dari teori yang dibangunnya.
Sehingga diakhir
pendapatnya, Ginzberg (Munandir, 1996:2) menyatakan bahwa “pemilihan pekerjaan
merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi
mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini mengharuskan mereka
berulang-ulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka dapat lebih
mencocokkan tujuan-tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia
kerja”.
Konseptualisasi teori
ini agaknya lebih bersifat deskriptif daripada eksplanatori. Artinya teori ini
tidak memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karier ataupun
penjelasan tentang proses perkembangannya. Kegunaan utama teori ini tampaknya
hanya dalam memberikan satu kerangka baru untuk melakukan studi mengenai
perkembangan karier.
C. IMPLIKASI TEORI DENGAN BIMBINGAN
KONSELING.
Serangkaian penjelasan
yang dikemukakan oleh Ginzberg di atas, hendaknya dapat dijadikan acuan oleh
guru pembimbing dalam senarai kegiatan mereka sebagai fasilitator pendidikan.
Bersumber pada pengorganisasian bimbingan konseling di sekolah sebagai sistem
yang bermuara pada layanan bimbingan karier sekolah sebagai sub-sistem, maka
implikasi teori ini dapat berupa, antara lain :
1. Informasi karier atau pekerjaan oleh guru pembimbing akan lebih
memungkinkan siswa untuk dapat mengenal berbagai jenis pekerjaan dan pola
karier yang dapat mereka pilih setelah menyelesaikan pendidikannya. Layanan
seperti ini juga ditengarai dapat membantu siswa dalam mengenal secara seksama
arah minat dan kemampuan (potensi diri) untuk difantasi dan ditentasikan hingga
sampai pada kemampuan untuk merealisasikan orientasi-orientasi itu dimasa yang
akan datang. Informasi karier seperti ini oleh Munandir (1996:250) dapat
berkenaan dengan informasi jenis-jenis pekerjaan dan informasi jenis-jenis
pendidikan. Bentuk lain materi layanan informasi karier yang juga dapat
diberikan guru pembimbing adalah dengan penyediaan berbagai sumber informasi
pekerjaan, jabatan dan karier, penyediaan papan media bimbingan, dan penyediaan
sumber-sumber informasi jabatan (Ketut, 1984 : 238-239).
2. Pengenalan terhadap minat, kapasitas, yang dimiliki siswa dan
perangkat nilai yang dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing
dalam upaya mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola
vokasional dan atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondisi
dan pilihan karier tersebut.
3. Aplikasi konseling karier dengan pola pendekatan konseling
behavioral yang muatannya berupa analisis, eksplorasi kondisi yang sesuai
mengenai individu, keterampilan yang dimilikinya, minat, keinginan, dan nilai
kemasyarakatan, tekanan, dan arah kecenderungan dunia kerjanya, akan sangat
membantu individu dalam mencapai kecocokan dan kepuasan kerja.
Dalam kegiatan konseling karier, penjelasan yang diberikan
mengenai informasi pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhkan pilihan karier
yang telah diambil individu dan membantu individu kalau ia mengalami
ketidakpastian antara dua pilihan yang sama-sama menarik. Informasi karier juga
bermaksud memberikan dasar pengujian pilihan yang tepat, dan bertujuan
memotivasi individu yaitu dengan cara melibatkan individu secara aktif dalam
proses pengambilan keputusan.
No comments:
Post a Comment