KESULITAN BELAJAR BAHASA
A. Pengertian
Sebelum membahas kesulitan belajar bahasa, sebaiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian bahasa. Banyak batasan yang diberikan tentang bahasa. Dalam pengertian umum, bahasa dianggap sebagai alat komunikasi. Alat yang digunakan oleh seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. American Speech and Hearing Association (ASHA) mendefinisikan bahasa sebagai ” a complex and dynamic system of conventional symbols that is used in various modes for thought and communication” (Owen, Jr., p. 335). Ini menunjukkan bahwa bahasa sebagai system symbol komvensional yang kompleks dan dinamis, yang digunakan dalam berbagai cara untuk menyampaikan pikiran dan komunikasi. Apabila definisi
tersebut kita terima, maka semua symbol yang bersistem, kompleks dan dinamis dapat kita anggap sebagai bahasa.
Bahasa memiliki beberapa aspek, dilihat dari segi keterampilan berbahasa, aspek-aspek tersebut meliputi mendengar (menyimak), berbicara, menulis dan membaca. Dalam istilah Tarigan, G., disebut sebagai catur tunggal, tetapi dilihat dari dari sudut pandang lain, Brown membagi bahasa kedalam komponenkomponen bentuk, isi, dan penggunaan (Owen, Jr., 1984). Berdasarkan dari aspek dan komponen-komponen bahasa, kesulitan belajar bahasa dapat didefinisikan sebagai gangguan atau kesulitan yang dialami seseorang dalam memperoleh kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, yang mencakup penguasaan tentang bentuk, isi serta penggunaan bahasa. Gangguan ganguan ini mungkin disebabkan oleh sistem syaraf pusat atau oleh faktor lain yang berpengaruh secara tidak langsung (Wardani, IGAK., p. 39). Kesulitan-kesulitan berbahasa, misalnya:
(1) kesulitan dalam menyampaikan pikiran dalam bentuk bahasa lisan,(2) kesulitan dalam membedakan kata-kata sapaan,
(3) kesulitan dalam menuliskan apa yang diinginkannya secara tepat,
(4) kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru,
(5) kesulitan berbicara sekaligus kesulitan dalam bentuk dan penggunaan bahasa.
B. Istilah-istilah Kesulitan/Gangguan Bahasa
Ganguan atau kesulitan berbagahasa sering dikaitkan dengan penyakit yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, jika penguasaan bahasa mendapat gangguan, maka komunikasinya pun terganggu.Berikut ini dikemukakan istilah-istilah tersebut:
1. Aphasia. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan hilangnya kemampuan berbahasa seseorang karena adanya gangguan pada sistem syaraf pusat. Gangguan ini dapat disebabkan oleh cidera pada kulit otak yang terjadi karena kecelakaan, benturan yang keras, atau stroke. Gangguan ini bersifat multi dimensi, sehingga kemampuan menggunakan atau menguasai simbol seolaholah lenyap. Parahnya ketidakmampuan yang diakibatkan bergantung dari letak cidera atau luka, umur serta kondisi kesehatan ketika terjadinya cidera tersebut.
Aphasia banyak jenisnya, paling tidak dapat diklasifikasikan kedalam 4 jenis,yaitu:
a. Aphasia Sensoris atau (aphasia reseptif, fluent aphasia, word deafness, wernickes aphasia). Yaitu mengalami kesulitan dalam memberi makna rangsangan yang diterimanya.
b. Aphasia motoris atau (aphasia ekspresif, broca aphasia), yaitu mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun pikiran, perasaan dan kemauan menjadi symbol-simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain.
c. Aphasia konduktif atau (dynamic aphasia, transcorticak sensory aphasia), yaitu megalami kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa.d. Aphasia Amnesic atau nominal aphasia atau anomia, yaitu kesulitan dalam memilih dan menggunakan symbol-simbol yang tepat (Tarmansyah, 1995., p. 94)
2. Dysarthria dan Apraxia. Dysarthria muncul menyertai aphasia, yaitu berupa gangguan berbicara yang diakibatkan oleh hilangnya kontrol otot-otot pada mekanisme berbicara (Owen, Jr., 1984). Kerusakan atau cidera pada sistem syaraf dapat berakibat pada terganggunya gerakan, baik dalam bentuk gerakan 3
itu sendiri, kecepatannya, maupun irama gerakannya. Oleh karena itu dyarthria dapat muncul dalam bentuk penghilangan atau distrorsi (penyimpangan) bunyi, penghilangan bunyi, atau salah ucap yang terjadi secara permanen. Misalnya penderita dysrthria selalu menghilangkan bunyi pada awal, tengah, akhir kata. Misalnya: kata berangkat diucapkan angkat, meskipun diucapkan kipun atau mespun.
Apraxia merupakan gangguan yang muncul dalam memilih dan memprogram pembicaraan. Karakteristik yang menonjol dalam gangguan ini antara lain tercermin dalam munculnya kesulitan untuk memulai pembicaraan, kesalahan pengucapan yang tidak konsisten, serta tampaknya gerakan meraba-raba atau mengubah sikap badan untuk ke sumber suara, walaupun apraxia dan dysarthria bukan merupakan gangguan lingusitik , tetapi keduanya dapat muncul bersama dengan munculnya gangguan linguistik seperti aphasia.
3. Dyslexia. Gangguan ini berkaitan dengan hilangnya kemampuan untuk membaca. Gangguan ini terjadi karena tidak berfungsinya secara normal syaraf yang berhubungan atau yang mengatur kemampuan membaca. Dyslexia sering disebut sebagai ”word blindness” (kebutaan akan kata-kata) karena penderita
seolah-olah tidak mengenal kata-kata yang dibacanya. Gangguan ini mencakup berbagai variasi dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda, dari yang paling ringan sampai yang paling parah. Hakikat dyslexia terletak pada kebingungan dan kesulitan yang dialami seseorang selama karena ia seolah-olah tidak mengenal bunyi, arti, ataupun ejaan dari kata yang dilihatnya (Ramma, S., 1993)
4. Dysgraphia. Gangguan ini berkaitan dengan berkurangnya atau hilangnya kemampuan dalam menulis, sehingga tulisan yang dihasilkan sangat buruk dan hampir tidak dapat dibaca. Gangguan ini terjadi karena otot-otot serta syarafsyaraf yang berfungsi dalam mengendalikan gerakan halus (fine motor) terganggu atau tidak berfungsi.
5. Gagap. Gangguan ini merupakan gangguan dalam kelancaran dan irama berbicara yang dapat muncul dalam bentuk yang paling ringan sampai paling parah. Penderita gangguan ini biasanya susah menghasilkan atau memulai pengucapan bunyi, menulang-ngulang kata berkali-kali, memanjangkan kata, atau berhenti terlalu lama. Penderita gangguan ini kadang-kadang berkeringat, 4mengedipkan mata, kerutan wajah, dan gerakan kepala pada saat mengucapkan kata-kata, terlebih pada kata-kata pertama
6. Suara Sumbang atau Kelainan dalam Suara. Volume, tempo, keras linak suara serta kualitas suara memegang peranan penting dalam berkomunikasi oral. Gangguan terjadi akibat ada kelainan pada alat-alat ucapnya, seperti: gigi geligi tidak lengkap, sumbing, pita suara putus satu, celah langit-langit dsb. Contohnya, orang yang mengalami celah langit-langit (clep palate) bicaranya sengau.
7. Salah pengucapan. Gangguan ini sering muncul dalam dalam empat bentuk, yaitu: penghilangan penggantian, penyimpangan, serta penambahan bunyi. Misalnya: sekolah diucapkan sekola, buku diucapkan puku, Bandung diucapkan mbandung, gelas diucapkan gela.
8. Disaudia. Yaitu kesulitan bicara yang disebabkan olehat gangguan pendengaran
9. Dislogia. Yaitu kesulitan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal
10. Disglosia. Kesulitan bicara yang disebabkan oleh kelainan bentuk struktur dari organ bicara yaitu artikulator, seperti: palatoskisis (celah pada palatum), celah bibir, maloklusi (salah temu gigi atas dan gigi bawah), anomali (penyimpangan dar nilai baku, seperti: bentuk lidah yang tebal, tidak tumbuh velum, tali lidah pendek).
11. Dislalia. Kesulitan bicara yang disebabkan oleh faktor psikososial yang paling dominan disebabkan oleh faktor lingkungan dan gejala psikologis.
12. Afonia. Kesulitan dalam memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali. Kesulitan ini disebabkan adanya kelumpuhan pita suara.
13. Gangguan Suara. Suara dihasilkan oleh pita suara yang diawali dengan keluarnya udara dari paru-paru, kemudian melalui pita suara menyentuh dinding resonansi, atau menggetarkan pita suara itu sendiri sehingga menimbulkan getaran udara. Getaran-getaran tersebut yang disebut sebagai getaran suara. Gangguan dalam proses produksi suara meliputi aktivitas pada saat fonasi sehingga mempengaruhi unsur-unsur suara, yaitu nada, kekerasan, dan kualitas suara.
- Kelainan nada. Kelaianan ini terjadi karena adanya gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu fonasi. Nada yang dihasilkan seseorang ditentukan oleh frekuensi getaran pita suara, semakin besar frekuensinya makin tinggi nada yang dihasilkan, sebaliknya makin kecil frekuensinya makin kecil pula nada yang dihasilkan.
- Kelainan kualitas suara. Kelainan ini terjadi karena adanya ketidak sempurnaan kontak antara pita suara pada saat aduksi sehingga suara yang dihasilkan tidak sama seperti suara normal. Kontak yang kurang baik pada saat aduksi menyebabkan terjadinya aliran udara yang tidak terkendalikan atau tidak terjadi getaran secara sempurna.
C. Faktor Penyebab
Menurut Wardani, IGAK (1995, h. 47) kesulitan bahasa disebabkan oleh faktor medis, keturunan dan lingkungan, sedangkan menurut Friend, M. (2005, p. 338) gangguan bahasa dan bicara disebabkan oleh faktor biologis dan faktor lingkungan. Lebih rinci Delaney-Black et al, 2000, mengemukakan faktor biologis
lebih berhubungan dengan gangguan sistem syaraf pusat atau struktur dan fungsi sistem lain yang berhubungan dengan aspek kondisi fisik. Misalnya: autism, CP, ADHD, ketunarunguan, ketunanetraan, gangguan emosi, brain injury seperti aphasia, anoxia sebelum atau waktu kelahiran, perlakuan yang salah oleh ibu sebelum kelahiran, penyebab fisik lainnya, seperti: cleft lip atau palate, kondisi gigi geligi (Friend, M., 2005. p. 338).
Penyebab gangguan bahasa yang disebabkan oleh faktor lingkungan meliputi infeksi pada telinga (OMF), an enviromental cause is neglect or abuse, sering ditinggal sendirian tanpa model bahasa orang dewasa, model bahasa yang salah, makan diucapkan maem, sakit – tatik, perawan -pawawan.
SKRIPSI
ENDANG RUSYANIDIANA MUTIAH11
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2 0 0 8
DAFTAR BACAAN
Friend, M. (2005) Special Education, Contemporary Perspectives for Schools
Professional, Boston: The University of North Carolina at Greensboro
Owen, Jr, R.E. (1984) Language Development. Columbus: Charles E. Merril
Publishing Company
Tarmansyah, (1996), Gangguan Komunikasi, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti - Proyek
Pendidikan Tenaga Guru
Wardani, IGAK, (1995) Pengajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdikbud – Dirjen
Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru10
Oleh : illa suryaningsih BK-B 2010 (101014051)
No comments:
Post a Comment