TERAPI GESTALT
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu –individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa “ dan “ bagaimana”-nya tingkahlaku dan pengalaman di sini- dan – sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt dalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaanya di sini dan sekarang dengan meyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang.
Oleh karena itu terapi Gestalt pada dasarnya noniterpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataanya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini-dan –sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesadarannya.
Asumsi dasar terapi Gestalt dalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaanya di sini dan sekarang dengan meyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang.
Oleh karena itu terapi Gestalt pada dasarnya noniterpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataanya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini-dan –sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesadarannya.
BAB II
TERAPI GESTALT(GESTALT THERAPY)
TERAPI GESTALT(GESTALT THERAPY)
PELOPOR UTAMA TEORI GESTALT
FREDERIK S (“FRITZ”) PERLS (1893-1970) Pencetus Utama dan pengembang teori Gestalt. Lahir di Berlin dari keluarga yahudi kelas menengah bawah. Dia merasa bahwa dirinya menjadi sumber masalah bagi orangtuanya, dia gagal dua kali pada tingkat tujuh dan terbuang dari sekolahnya. Dia berusaha menyelesaikan sekolahnya dan mendapat gelar MD. Dengan spesialisasi sebagai psikiater. Pada tahun 1916 ia bergabung dengan tentara jerman sebagai tenaga medis pada perang dunia I.
Setalah perang Perls bekerja bersama Kurt Goldstein pada institut Goldstein untuk Kerusakan otak tentara di Frankfrut. Dari sinilah ia melihat pentingnya manusia dipandang sebagai satu keseluruhan bukan dari sejumlah fungsi bagian-bagiannya. Kemudian ia pindah ke Wina dan memulai latihan psikoanalitisnya. Perls di analisis oleh wilhem Reich, ahli psikoanalis yang menokohi metode-metode pemahaman diri dan perubahan kepribadian melalui terapi tubuh. Dia juga di awasi oleh sejumlah tokoh kunci pergerakan psikoanalitis, termasuk Karen Horney.
Setelah itu Perls pidah ke Amerika pada tahun 1946 dan mendirikan Institut Terapi Gestalt New York pada tahun 1952. Bahkan dia tinggal di Big Sur, California, dan memberi workshop dan seminar di Institut Esalen, menata reputasinya sebagai seorang inovator psikoterapi. Disini ia memilki pengaruh besar pada masyarakat, sebagian karena profesionalisme menulisnya, dan sebagian besar karena hubungan pribadinya dalam workshopnya.
Secara pribadi Perls adalah orang penting dan membingungkan. Masyarakat menyeganinya atau kadangkala menggapnya sebagai orang yang kejam. Dia dipandang berbeda-beda sebagai orang yang berwawasan, bijak, cemerlang, provokatif, manipulatif, bermusuhan, penuntut, dan inspirasional. Sayangnya, beberapa orang yang mengikuti workshopnya menjadi pengikut dan menyebarkan ajaran terapi Gestalt.
LAURA POSNER PERLS (1905-1990) lahir di Pforzhein, German. Dia mulai main piano semenjak usia 5 tahun dan mampu memainkanya secara profesional pada usia 18 tahun. Sejak usia 8 tahun dia mengikuti tarian modern yang kemudian menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dari sana Laura mulai praktek sebagai psikoanalis, dia mempersiapkan karirnya sebagai pemain piano, masuk sekolah Hukum, mendapat title di Psikologi Gestalt, dan mendirikan studi Filsafat Gestalt. Jelasnya Laura memilki latar belakang yang kaya ketika bertemu dengan Fritz tahun 1926 dan memulai kerjasamanya yang menghasilkan terapi Gestalt, Laura dan Fritz menikah pada tahun 1930. Mereka mendirikan institut New York untuk Terapi Gestalt dan membuat pelatihan dalam pendekatannya. Sebagai tim mereka memberikan kontribusi bagi perkembangan dan mempertahankan pergerakan terapi Gestalt di Amerika dari akhir tahun 1940an sampai kematiannya tahun 1990.
FREDERIK S (“FRITZ”) PERLS (1893-1970) Pencetus Utama dan pengembang teori Gestalt. Lahir di Berlin dari keluarga yahudi kelas menengah bawah. Dia merasa bahwa dirinya menjadi sumber masalah bagi orangtuanya, dia gagal dua kali pada tingkat tujuh dan terbuang dari sekolahnya. Dia berusaha menyelesaikan sekolahnya dan mendapat gelar MD. Dengan spesialisasi sebagai psikiater. Pada tahun 1916 ia bergabung dengan tentara jerman sebagai tenaga medis pada perang dunia I.
Setalah perang Perls bekerja bersama Kurt Goldstein pada institut Goldstein untuk Kerusakan otak tentara di Frankfrut. Dari sinilah ia melihat pentingnya manusia dipandang sebagai satu keseluruhan bukan dari sejumlah fungsi bagian-bagiannya. Kemudian ia pindah ke Wina dan memulai latihan psikoanalitisnya. Perls di analisis oleh wilhem Reich, ahli psikoanalis yang menokohi metode-metode pemahaman diri dan perubahan kepribadian melalui terapi tubuh. Dia juga di awasi oleh sejumlah tokoh kunci pergerakan psikoanalitis, termasuk Karen Horney.
Setelah itu Perls pidah ke Amerika pada tahun 1946 dan mendirikan Institut Terapi Gestalt New York pada tahun 1952. Bahkan dia tinggal di Big Sur, California, dan memberi workshop dan seminar di Institut Esalen, menata reputasinya sebagai seorang inovator psikoterapi. Disini ia memilki pengaruh besar pada masyarakat, sebagian karena profesionalisme menulisnya, dan sebagian besar karena hubungan pribadinya dalam workshopnya.
Secara pribadi Perls adalah orang penting dan membingungkan. Masyarakat menyeganinya atau kadangkala menggapnya sebagai orang yang kejam. Dia dipandang berbeda-beda sebagai orang yang berwawasan, bijak, cemerlang, provokatif, manipulatif, bermusuhan, penuntut, dan inspirasional. Sayangnya, beberapa orang yang mengikuti workshopnya menjadi pengikut dan menyebarkan ajaran terapi Gestalt.
LAURA POSNER PERLS (1905-1990) lahir di Pforzhein, German. Dia mulai main piano semenjak usia 5 tahun dan mampu memainkanya secara profesional pada usia 18 tahun. Sejak usia 8 tahun dia mengikuti tarian modern yang kemudian menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dari sana Laura mulai praktek sebagai psikoanalis, dia mempersiapkan karirnya sebagai pemain piano, masuk sekolah Hukum, mendapat title di Psikologi Gestalt, dan mendirikan studi Filsafat Gestalt. Jelasnya Laura memilki latar belakang yang kaya ketika bertemu dengan Fritz tahun 1926 dan memulai kerjasamanya yang menghasilkan terapi Gestalt, Laura dan Fritz menikah pada tahun 1930. Mereka mendirikan institut New York untuk Terapi Gestalt dan membuat pelatihan dalam pendekatannya. Sebagai tim mereka memberikan kontribusi bagi perkembangan dan mempertahankan pergerakan terapi Gestalt di Amerika dari akhir tahun 1940an sampai kematiannya tahun 1990.
PENDAHULUAN
Teori Gestalt dikembangkan oleh Fritz Perl dan istrinya, Laura, pada tahun 1940 an, merupkana sebuah pendekatan fenomenologis-eksistensial berdasarkan premis bahwa setiap individu harus memahami konteks hubungannya dengan lingkungannya. Tujuan awalnya adalah bagi klient untuk memperoleh kesadaran, akan pengalaman dan bagaimana mereka mengalaminya. Dengan kesadaran ini, perubahan secara otomatis terjadi. Pendekatannya bersifat fenomenologis karena terfokus pada persepsi klien akan realitas dan bersifat eksistensial karena berdasarkan dugaan bahwa manusia selalu dalam proses menjadi dan mencari diri sendiri. Sebagai pendekatan eksistensial, terapi Gestalt memberikan perhatian khusus pada eksistensi sebagai individu yang mengalaminya dan menegaskan kapasitas pertumbuhan dan penyembuhan melalui hubungan interpersonal dan wawasan (Yontef, 1995)
Meskipun Fritz Perls dipengaruhi oleh konsep psikoanalitis, ia mengambil isu-isu dari teori Freud sebagai beberapa dasar teorinya. Pandangan Freud pada manusia secara mendasar bersifat mekanis, sedangkan Perls menekankan pendekatan holistik pada masalah kepribadian. Freud terfokus pada penekanan konflik intrapsikis sejak masa kanak-kanak, sedangkan Pearls menilai pengujian pada situasi yang ada saja.
Salah satu aturan ahli terapi adalah untuk mengarahkan fokus fenomenologis, atau untuk membantu klien dalam membangun kesadaran mereka. Kesadaran meliputi wawasan, penerimaan diri, pengetahuan akan lingkungan, pertanggungjawaban atas pilihan, dan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Teori Gestalt dikembangkan oleh Fritz Perl dan istrinya, Laura, pada tahun 1940 an, merupkana sebuah pendekatan fenomenologis-eksistensial berdasarkan premis bahwa setiap individu harus memahami konteks hubungannya dengan lingkungannya. Tujuan awalnya adalah bagi klient untuk memperoleh kesadaran, akan pengalaman dan bagaimana mereka mengalaminya. Dengan kesadaran ini, perubahan secara otomatis terjadi. Pendekatannya bersifat fenomenologis karena terfokus pada persepsi klien akan realitas dan bersifat eksistensial karena berdasarkan dugaan bahwa manusia selalu dalam proses menjadi dan mencari diri sendiri. Sebagai pendekatan eksistensial, terapi Gestalt memberikan perhatian khusus pada eksistensi sebagai individu yang mengalaminya dan menegaskan kapasitas pertumbuhan dan penyembuhan melalui hubungan interpersonal dan wawasan (Yontef, 1995)
Meskipun Fritz Perls dipengaruhi oleh konsep psikoanalitis, ia mengambil isu-isu dari teori Freud sebagai beberapa dasar teorinya. Pandangan Freud pada manusia secara mendasar bersifat mekanis, sedangkan Perls menekankan pendekatan holistik pada masalah kepribadian. Freud terfokus pada penekanan konflik intrapsikis sejak masa kanak-kanak, sedangkan Pearls menilai pengujian pada situasi yang ada saja.
Salah satu aturan ahli terapi adalah untuk mengarahkan fokus fenomenologis, atau untuk membantu klien dalam membangun kesadaran mereka. Kesadaran meliputi wawasan, penerimaan diri, pengetahuan akan lingkungan, pertanggungjawaban atas pilihan, dan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
KONSEP-KONSEP UTAMA /KUNCI
Pandangan Gestalt Tentang Sifat Manusia
Fritz Perls menggunakan terapi Gestalt secara paternalistik. Klien harus tumbuh dan berdiri diatas kedua kakinya, dan mempersoalkan masalah hidupnya sendiri (Perls, 1969a). Gaya melakukan terapinya meliputi dua agenda personal : memindahkan klien dari dukungan/pengaruh lingkungan pada dukungan/ pengaruh dirinya sendiri dan memadukan kembali bagian-bagian kepribadian yang diingkari.
Jelasnya, cara kerja perls, terapi Gestalt secara kontemporer menekankan dialog anatara klien dan ahli terapi.
Pandangan Gestalt pada perangai manusia berdasarkan pilosofi eksistensial, fenomenologi, dan teori lapangan. Tujuan terapi bukan pada analisis tetapi pada kesadaran dan hubungan dengan lingkungan. Dimana lingkungan terdiri dari dunia eksternal dan internal.
Assumsi Dasar terapi Gestalt yakni bahwa individu memiliki kapasitas untuk “mengatur diri” dalam lingkungannya ketika menyadari apa yang terjadi dalam lingkungannya.
Pandangan Gestalt Tentang Sifat Manusia
Fritz Perls menggunakan terapi Gestalt secara paternalistik. Klien harus tumbuh dan berdiri diatas kedua kakinya, dan mempersoalkan masalah hidupnya sendiri (Perls, 1969a). Gaya melakukan terapinya meliputi dua agenda personal : memindahkan klien dari dukungan/pengaruh lingkungan pada dukungan/ pengaruh dirinya sendiri dan memadukan kembali bagian-bagian kepribadian yang diingkari.
Jelasnya, cara kerja perls, terapi Gestalt secara kontemporer menekankan dialog anatara klien dan ahli terapi.
Pandangan Gestalt pada perangai manusia berdasarkan pilosofi eksistensial, fenomenologi, dan teori lapangan. Tujuan terapi bukan pada analisis tetapi pada kesadaran dan hubungan dengan lingkungan. Dimana lingkungan terdiri dari dunia eksternal dan internal.
Assumsi Dasar terapi Gestalt yakni bahwa individu memiliki kapasitas untuk “mengatur diri” dalam lingkungannya ketika menyadari apa yang terjadi dalam lingkungannya.
Beberapa Prinsip Teori Gestalt
Terdapat beberapa prinsip yang mendasari teori Gestalt meliputi : holisme, teori lapangan, proses formasi figur, aturan organismis diri;
Holisme : Menurut Latner (1986) Holisme merupakan salah satui prinsip pokok terapi Gestalt, semua perangai dipandang sebagai satu kesatuan dan seluruhnya koheren, dan semua berbeda dari setiap bagiannya.
Teori Lapangan : terapi Gestalt berdasarkan teori lapangan yang berdasarkan pada prinsip bahwa organisme harus dilihat dalam lingkungannya sendiri, atau dalam konteksnya, sebagai bagian lapangan yang berubah-rubah secara konstan. Terapi Gestalt merehat prinsip bahwa segala sesuatu itu saling berhubungan, saling berkaitan dan ada dalam proses.
Proses Formasi Figur,: proses formasi figur menggambarkan bagaimana individu mengorganisir lingkungannya dari waktu ke waktu. Dalam terapi Gestalt lapangan yang tidak berbeda di sebut sebagi background, dan munculnya fokus perhatian disebut figur (Latner,1986).
Aturan OrganismisDiri::
Sekarang
Keadaan sekarang merupakan masa yang paling penting dalam Gestalt terapi. Salah satu kontribusi utama pendekatan Gestalt adalah penekanannya pada pembelajaran untuk mengapresiasi dan pengalaman disaat sekarang.
E Polster dan Polster (1973) mengembangkan tesis bahwa “kekuatan adalah keadaan yang ada saat ini”. Banyak orang menghabiskan energinya untuk menangisi kesalahan masa lalunya. Untuk membantu klien menjalin hubungan dengan keadaan saat sekarang, pelaksana terapi Gestalt terfokus pada beberapa pertanyaan “apa” dan “bagaimana”.
Urusan yang tak Berakhir
Urusan yang tak berakhir tetap bertahan sampai individu menghadapi dan mempermasalahkan perasaan-perasaan yang terpendam. Pelaku terapi Gestalt menekankan pemberian perhatian pada pengalaman tubuh atas asumsi bahwa jika perasaan tidak diungkapkan maka cenderung menimbulkan gejala-gejala psikologis.
Perasaan yang tidak dikenal menimbulkan emosi yang tidak perlu yang mengacaukan kesadaran yang ada. Kebuntuan (stuck point) adalah waktu ketika dukungan eksternal tidak lagi berarti atau cara yang lumrah tidak lagi berjalan.
Hubungan dan tantangan menjalin hubungan
Dalam terapi Gestalt menjalin hubungan dibutuhkan jika perubahan dan pertumbuhan ingin terjadi. Ketika kita menjalin hubungan dengan lingkungan, maka perubahan tidak dapat dihindari. Hubungan itu dilahirkan dengan penglihatan, pemdengaran, penciuman, sentuhan, dan gerakan. Hubungan yang effektif berarti interaksi yang baik dengan alam dan manusia lain tanpa menghilangkan rasa individualitas seseorang. Hal ini merupakan kelengkapan individu yang kreatif yang diperbaharui secara terus menerus pada lingkungannya (M. Polster,1987)
Pelaku terapi Gestal juga terfokus pada tantangan dalam menjalin hubungan, E. Polster dan Polster (1973) menggambarkan lima aliran utama tantangan tersebut ; introjeksi, proyeksi, retrofleksi, defleksi, dan pertemuan.
Introjeksi : kecenderungan untuk menerima kepercayaan dan derajat orang lain tanpa kritis, tanpa menjadikannya selaras dengan keadaan kita sebenarnya.
Proyeksi : kebalikan introjeksi, dalam proyeksi kita ditunjukan aspek-aspek tertentu diri kita dalam lingkungan. Ketika kita sedang diproyeksi, kita mempunyai gangguan yang membedakan antara dunia internal dan dunia luar, berupa sifat-sifat kepribadian kita yang tidak konsisten dengan citra diri kita yang ditunjukan didepan orang lain.
Retrofleksi : yaitu melihat diri kita ke belakang apa yang ingin kita lakukan pada orang lain dan sedang melakukan apa untuk diri kita, apa yang akan dilakukan oranglain pada kita.
Defleksi : merupakan proses penyimpangan, sehingga sulit untuk mempertahankan rasa keterhubungan yang ditopang. Pemyimpangan ini berupa berkurangnya pengalaman emosional.
Konfluens : berupa pengaburan perbedaan antara pribadi dan lingkungan. Konfluens dalam masalah hubungan meliputi ketidak terlibatan diri dalam konflik .
Energi dan halangan Energi
Dalam Gestalt terapi perhatian khusus pada lokasi-lokasi dimana energi tubuh ditempatkan, bagaimana menggunakannya, dan bagaimana energi ini bisa di blok. Energi yang di blok merupakan bentuk lain dari tantangan (resistensi). Hal ini berwujud beberapa gerakan bagian tubuh, seperti dengan postur, dengan tidak bernafas dalam-dalam, dengan berpaling muka ketika berbicara dengan orang lain, dengan senggukan, mati rasa, berbicara dengan bahasa kasar dan lain-lain.
Pelaku terapi Gestalt tertarik khususnya pada gangguan-gangguan yang terjadi antara sensasi dan kesadaran. Gangguan antara kesadaran dan mobilisasi energi, dan gangguan antara mobilisasi energi dan tindakan (Zinker, 1978).
PROSES TERAPIS
Tujuan Terapis
Tujuan dasar terapi Gestalt adalah untuk memperoleh kesadaran. Kesadaran itu meliputi pengetahuan tentang lingkungan, pengetahuan tentang pribadi seseorang, menerima seseorang, dan mampu menjalin hubungan. Meningkatkan dan memperkaya kesadaran dipandang sebagai langkah kuratif. Tanpa penyadaran klien tidak akan memiliki alat untuk merubah kepribadian.
Melalui pelibatan yang kreatif dalam proses terapi Gestalt, Zinker (1978) mengaharapkan klien akan:
• Meningkatkan kesadaran diri
• Secara bertahap ,mengambil hikmah pengalaman.
• Mengembangkan kemampuan dan memperoleh nilai untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus melanggar hak orang lain.
• Lebih sadar akan perasaannya
• Belajar bertanggungjawab pada apa yang mereka lakukan.vtermasuk menerima konsekwensi perbuatannya.
• Beralih dari dukungan luar pada peningkatan dukungan internal diri sendiri
• Mampu meminta dan mendapat pertolongan dan menolong orang lain.
Aturan dan Fungsi Ahli Terapi
Pelaku terapi Gestalt membantu klien untuk mengembangkan kesadarannya dan mengalami bagaimana mereka berada dalam suatu keadaan saat ini. Menurut Perls, Hefferline, dan Goodman (1951), pekerjaan pelaku terapi adalah untuk mengajak klien pada suasana pertemanan yang aktif dimana nereka bisa belajar tentang dirinya sendiri dengan cara mengadopsi perilaku yang sudah diujikan dalam kehidupan dimana mereka menguji coba perilaku baru dan memperhatikan apa yang terjadi.
Fungsi penting pelaku terapi Gestalt adalah memberikan perhatian pada bahasa tubuh klien. Untuk menarik perhatian pada bahasa nonverbal klien, konselor Gestalt menekankan hubungan antara pola bahasa dengan kepribadian. Konselor Gestalt secara gentle menghadapi klien dengan melakukan intervensi yang bisa membantu mereka menjadi waspada terhadap pengaruh pola berbahasanya sendiri. Bahasa bisa mengungkapkan sesuatu sekaligus bisa menyembunyikan sesuatu. Beberapa contoh aspek-aspek bahasa yang harus menjadi fokus para terapis Gestalt.
• Katanya : klien banyak mengatakan “katanya” dari pada “saya memang”, ini merupakan bahasa dari orang yang mengalami kegamangan kepribadian. Contoh klien mengatakan “katanya menjalin pertemanan itu sulit”, maka klien ini harus dirubah pernyataannya menjadi “ saya mengalami kesulitan dalam menjalin pertemanan”
• Kata Anda : bahasa impersonal yang cenderung menyembunyikan kesalahan/ ketidakmampuannya. Klien harus dirubah untuk berani mengatakan “Kata Saya, Menurut Saya”
• Mendengarkan bahasa yang tidak mengandung cerita : klien sering menggunakan bahasa yang mengelak untuk menceritakan perjuangan berat hidupnya.
Polster percaya bercerita bukanlah suatu yang selalu berupa resistensi, namun, bercerita bisa menjadi jantung/ inti/ modal utama dari proses terapi ini, manusia adalah mahluk yang suka bercerita.
Pengalaman Klien dalam Terapi
Orientasi umum terapi Gestalt adalah dialog. Miriam Polster (1987) menggambarkan tiga langkah rangkaian integrasi yang mengkarakterisi pertumbuhan klien dalam terapi.
Pertama : Discovery ; klien akan menemukan kenyataan baru tentang dirinya, atau mereka mendapatkan pandangan baru tentang orang-orang yang penting dalam hidupnya.
Kedua : akomodasi ; klien mengenal bahwa dirinya mempunyai pilihan. Membuat pilihan baru sering dilakukan dengan canggung, tetapi dengan dukungan klien akan mendapatkan kemampuan untuk mengatasinya dalam situasi yang sulit.
Ketiga : Asimilasi; berupa pembelajaran klien bagaimana mereka mempengaruhi lingkungannya. Dalam pase ini klien merasa mampu mempersoalkan berbagai keterkejutan yang mereka temui dalam kehidupannya sehari-sehari.
Terdapat beberapa prinsip yang mendasari teori Gestalt meliputi : holisme, teori lapangan, proses formasi figur, aturan organismis diri;
Holisme : Menurut Latner (1986) Holisme merupakan salah satui prinsip pokok terapi Gestalt, semua perangai dipandang sebagai satu kesatuan dan seluruhnya koheren, dan semua berbeda dari setiap bagiannya.
Teori Lapangan : terapi Gestalt berdasarkan teori lapangan yang berdasarkan pada prinsip bahwa organisme harus dilihat dalam lingkungannya sendiri, atau dalam konteksnya, sebagai bagian lapangan yang berubah-rubah secara konstan. Terapi Gestalt merehat prinsip bahwa segala sesuatu itu saling berhubungan, saling berkaitan dan ada dalam proses.
Proses Formasi Figur,: proses formasi figur menggambarkan bagaimana individu mengorganisir lingkungannya dari waktu ke waktu. Dalam terapi Gestalt lapangan yang tidak berbeda di sebut sebagi background, dan munculnya fokus perhatian disebut figur (Latner,1986).
Aturan OrganismisDiri::
Sekarang
Keadaan sekarang merupakan masa yang paling penting dalam Gestalt terapi. Salah satu kontribusi utama pendekatan Gestalt adalah penekanannya pada pembelajaran untuk mengapresiasi dan pengalaman disaat sekarang.
E Polster dan Polster (1973) mengembangkan tesis bahwa “kekuatan adalah keadaan yang ada saat ini”. Banyak orang menghabiskan energinya untuk menangisi kesalahan masa lalunya. Untuk membantu klien menjalin hubungan dengan keadaan saat sekarang, pelaksana terapi Gestalt terfokus pada beberapa pertanyaan “apa” dan “bagaimana”.
Urusan yang tak Berakhir
Urusan yang tak berakhir tetap bertahan sampai individu menghadapi dan mempermasalahkan perasaan-perasaan yang terpendam. Pelaku terapi Gestalt menekankan pemberian perhatian pada pengalaman tubuh atas asumsi bahwa jika perasaan tidak diungkapkan maka cenderung menimbulkan gejala-gejala psikologis.
Perasaan yang tidak dikenal menimbulkan emosi yang tidak perlu yang mengacaukan kesadaran yang ada. Kebuntuan (stuck point) adalah waktu ketika dukungan eksternal tidak lagi berarti atau cara yang lumrah tidak lagi berjalan.
Hubungan dan tantangan menjalin hubungan
Dalam terapi Gestalt menjalin hubungan dibutuhkan jika perubahan dan pertumbuhan ingin terjadi. Ketika kita menjalin hubungan dengan lingkungan, maka perubahan tidak dapat dihindari. Hubungan itu dilahirkan dengan penglihatan, pemdengaran, penciuman, sentuhan, dan gerakan. Hubungan yang effektif berarti interaksi yang baik dengan alam dan manusia lain tanpa menghilangkan rasa individualitas seseorang. Hal ini merupakan kelengkapan individu yang kreatif yang diperbaharui secara terus menerus pada lingkungannya (M. Polster,1987)
Pelaku terapi Gestal juga terfokus pada tantangan dalam menjalin hubungan, E. Polster dan Polster (1973) menggambarkan lima aliran utama tantangan tersebut ; introjeksi, proyeksi, retrofleksi, defleksi, dan pertemuan.
Introjeksi : kecenderungan untuk menerima kepercayaan dan derajat orang lain tanpa kritis, tanpa menjadikannya selaras dengan keadaan kita sebenarnya.
Proyeksi : kebalikan introjeksi, dalam proyeksi kita ditunjukan aspek-aspek tertentu diri kita dalam lingkungan. Ketika kita sedang diproyeksi, kita mempunyai gangguan yang membedakan antara dunia internal dan dunia luar, berupa sifat-sifat kepribadian kita yang tidak konsisten dengan citra diri kita yang ditunjukan didepan orang lain.
Retrofleksi : yaitu melihat diri kita ke belakang apa yang ingin kita lakukan pada orang lain dan sedang melakukan apa untuk diri kita, apa yang akan dilakukan oranglain pada kita.
Defleksi : merupakan proses penyimpangan, sehingga sulit untuk mempertahankan rasa keterhubungan yang ditopang. Pemyimpangan ini berupa berkurangnya pengalaman emosional.
Konfluens : berupa pengaburan perbedaan antara pribadi dan lingkungan. Konfluens dalam masalah hubungan meliputi ketidak terlibatan diri dalam konflik .
Energi dan halangan Energi
Dalam Gestalt terapi perhatian khusus pada lokasi-lokasi dimana energi tubuh ditempatkan, bagaimana menggunakannya, dan bagaimana energi ini bisa di blok. Energi yang di blok merupakan bentuk lain dari tantangan (resistensi). Hal ini berwujud beberapa gerakan bagian tubuh, seperti dengan postur, dengan tidak bernafas dalam-dalam, dengan berpaling muka ketika berbicara dengan orang lain, dengan senggukan, mati rasa, berbicara dengan bahasa kasar dan lain-lain.
Pelaku terapi Gestalt tertarik khususnya pada gangguan-gangguan yang terjadi antara sensasi dan kesadaran. Gangguan antara kesadaran dan mobilisasi energi, dan gangguan antara mobilisasi energi dan tindakan (Zinker, 1978).
PROSES TERAPIS
Tujuan Terapis
Tujuan dasar terapi Gestalt adalah untuk memperoleh kesadaran. Kesadaran itu meliputi pengetahuan tentang lingkungan, pengetahuan tentang pribadi seseorang, menerima seseorang, dan mampu menjalin hubungan. Meningkatkan dan memperkaya kesadaran dipandang sebagai langkah kuratif. Tanpa penyadaran klien tidak akan memiliki alat untuk merubah kepribadian.
Melalui pelibatan yang kreatif dalam proses terapi Gestalt, Zinker (1978) mengaharapkan klien akan:
• Meningkatkan kesadaran diri
• Secara bertahap ,mengambil hikmah pengalaman.
• Mengembangkan kemampuan dan memperoleh nilai untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus melanggar hak orang lain.
• Lebih sadar akan perasaannya
• Belajar bertanggungjawab pada apa yang mereka lakukan.vtermasuk menerima konsekwensi perbuatannya.
• Beralih dari dukungan luar pada peningkatan dukungan internal diri sendiri
• Mampu meminta dan mendapat pertolongan dan menolong orang lain.
Aturan dan Fungsi Ahli Terapi
Pelaku terapi Gestalt membantu klien untuk mengembangkan kesadarannya dan mengalami bagaimana mereka berada dalam suatu keadaan saat ini. Menurut Perls, Hefferline, dan Goodman (1951), pekerjaan pelaku terapi adalah untuk mengajak klien pada suasana pertemanan yang aktif dimana nereka bisa belajar tentang dirinya sendiri dengan cara mengadopsi perilaku yang sudah diujikan dalam kehidupan dimana mereka menguji coba perilaku baru dan memperhatikan apa yang terjadi.
Fungsi penting pelaku terapi Gestalt adalah memberikan perhatian pada bahasa tubuh klien. Untuk menarik perhatian pada bahasa nonverbal klien, konselor Gestalt menekankan hubungan antara pola bahasa dengan kepribadian. Konselor Gestalt secara gentle menghadapi klien dengan melakukan intervensi yang bisa membantu mereka menjadi waspada terhadap pengaruh pola berbahasanya sendiri. Bahasa bisa mengungkapkan sesuatu sekaligus bisa menyembunyikan sesuatu. Beberapa contoh aspek-aspek bahasa yang harus menjadi fokus para terapis Gestalt.
• Katanya : klien banyak mengatakan “katanya” dari pada “saya memang”, ini merupakan bahasa dari orang yang mengalami kegamangan kepribadian. Contoh klien mengatakan “katanya menjalin pertemanan itu sulit”, maka klien ini harus dirubah pernyataannya menjadi “ saya mengalami kesulitan dalam menjalin pertemanan”
• Kata Anda : bahasa impersonal yang cenderung menyembunyikan kesalahan/ ketidakmampuannya. Klien harus dirubah untuk berani mengatakan “Kata Saya, Menurut Saya”
• Mendengarkan bahasa yang tidak mengandung cerita : klien sering menggunakan bahasa yang mengelak untuk menceritakan perjuangan berat hidupnya.
Polster percaya bercerita bukanlah suatu yang selalu berupa resistensi, namun, bercerita bisa menjadi jantung/ inti/ modal utama dari proses terapi ini, manusia adalah mahluk yang suka bercerita.
Pengalaman Klien dalam Terapi
Orientasi umum terapi Gestalt adalah dialog. Miriam Polster (1987) menggambarkan tiga langkah rangkaian integrasi yang mengkarakterisi pertumbuhan klien dalam terapi.
Pertama : Discovery ; klien akan menemukan kenyataan baru tentang dirinya, atau mereka mendapatkan pandangan baru tentang orang-orang yang penting dalam hidupnya.
Kedua : akomodasi ; klien mengenal bahwa dirinya mempunyai pilihan. Membuat pilihan baru sering dilakukan dengan canggung, tetapi dengan dukungan klien akan mendapatkan kemampuan untuk mengatasinya dalam situasi yang sulit.
Ketiga : Asimilasi; berupa pembelajaran klien bagaimana mereka mempengaruhi lingkungannya. Dalam pase ini klien merasa mampu mempersoalkan berbagai keterkejutan yang mereka temui dalam kehidupannya sehari-sehari.
Hubungan antara Ahli Terapi dengan Klien
Sebagai sebuah jenis terapi eksistensial, terapi penggunaan Gestal meliputi hubungan orang per orang antara pelaku terapi dengan kliennya. Pelaku terapi bertanggungjawab atas kualitas keberadaannya, atas pengetahuan tentang dirinya dan klien, dan terbuka dalam mengingatkan klien.
Pelaku terapi Gestalt bukan hanya memperbolehkan kliennya ubtuk menjadi dirinya sendiri tetapi juga mengingatkan dirinya sendiri dan jangan sampai melanggar aturan.
Banyak para pelaku terapi Gestalt sekarang ini menempatkan peningkatan penekanan pada faktor-faktor seperti kehadiran, dialog autentik, keberanian, mengurangi penggunaan ujian stereotip, lebih mempercayai pengelaman-pengalaman klien.
E. Polster dan Polster (1973) menekankan pentingnya pengetahuan diri sendiri pelaku terapi dan menjadikannya sebagai instrumen terapi.
Intervensi yang digunakan oleh pelaku terapi menggunakan pengembangan proses ini. Ujicoba harus ditujukan untuk membentuk kesadaran, bukan pada solusi sederhana atas masalah-masalah klien.
Sebagai sebuah jenis terapi eksistensial, terapi penggunaan Gestal meliputi hubungan orang per orang antara pelaku terapi dengan kliennya. Pelaku terapi bertanggungjawab atas kualitas keberadaannya, atas pengetahuan tentang dirinya dan klien, dan terbuka dalam mengingatkan klien.
Pelaku terapi Gestalt bukan hanya memperbolehkan kliennya ubtuk menjadi dirinya sendiri tetapi juga mengingatkan dirinya sendiri dan jangan sampai melanggar aturan.
Banyak para pelaku terapi Gestalt sekarang ini menempatkan peningkatan penekanan pada faktor-faktor seperti kehadiran, dialog autentik, keberanian, mengurangi penggunaan ujian stereotip, lebih mempercayai pengelaman-pengalaman klien.
E. Polster dan Polster (1973) menekankan pentingnya pengetahuan diri sendiri pelaku terapi dan menjadikannya sebagai instrumen terapi.
Intervensi yang digunakan oleh pelaku terapi menggunakan pengembangan proses ini. Ujicoba harus ditujukan untuk membentuk kesadaran, bukan pada solusi sederhana atas masalah-masalah klien.
PENERAPAN : PROSEDUR DAN TEKNIK TERAPI
Percobaan dalam Terapi Gestalt
Zinker (1978) Menekankan aturan pelaku terapi sebagai agen perubahan yang kreatif, seorang penemu, dan sebagai manusia yang peduli. Latihan merupakan teknik yang sudah tersedia yang kadang-kadang digunakan untuk membuat sesuatu terjadi dalam sessi terapi atau untuk mencapai tujuan. Percobaan muncul dari interaksi antara klien dan pelaku terapi. Percobaan merupakan hal pokok dalam terapi Gestalt. Zinker (1978) melihat sessi terapi merupakan serangkaian eksperimen, sebagai rangkaian bagi klien untuk belajar dengan cara eksperimental. Percobaan Gestalt merupakan petualangan kreatif dan sebuah jalandimana klien dapat mengekspresikan perilaku mereka.
Miriam Polster (1987) mengatakan bahwa sebuah percobaan merupakan cara untuk mengeluarkan bentuk-bentuk konflik internal dengan membuat usaha ini sebagai sebuah proses aktual. Hal ini dimaksudkan untuk memfasilitasi kemampuan klien untuk bekerja melalui masalah-masalah yang menempel dalam hidupnya.
Persiapan Klient untuk Percobaan Gestalt
Hakikatnya konselor itu membangun hubungan dengan klien mereka, supaya klien bisa merasa cukup percaya untuk ikut serta dalam pembelajaran dalam percobaan Gestalt ini. Jika klien bersifat koperatif, maka maka konselor harus menghindari untuk mengarahkan klien dengan cara memerintah untuk mengakhiri sebuah ujicoba. Secara tipikal klien harus ditanya apakah mereka akan mencoba sebuah eksperimen untuk melihat apa yang bisa mereka pelajari dari eksperimen tersebut.
Diantara klien mungkin ada yang melakukan perlawanan secara emosional yang disebabkan karena rasa takut, kurang percaya, terlalu konsen sehingga lepas kontrol, atau konsen yang lain. Cara dimana klien melakukan perlawanan ketika ujicoba dilakukan menggambarkan kenyataan seperti itulah kepribadian dan cara hidup mereka.
Salah satu cara konsep perlawanan dalam persfektif terapi gestalt ini adalah untuk memandangnya sebagai bentuk perlawanan dalam upaya penyadaran akan aspek-aspek diri dan aspek-aspek lingkungan.
Passon dan Zinker (1978) menggambarkan langkah-langkah pembinaan yang berguna baik pada saat persiapan maupun pada saat mengakhiri terapi. Langkah-langkah ini :
• Konselor harus cukup sensitif untuk mengetahui kapan saat untuk meninggalkan sendirian.
• Peserta harus sensitif dalam mengenali percobaan-percobaan pada waktu yang tepat dan dengan sikap yang tepat pula.
• Sifat eksperiman tergantung masalah individu.
• Eksperimen memerlukan aturan keaktifan klien dalam mengeksplorasi dirinya.
• Yang terbaik adalah konselor menghargai latarbelakang budaya klien dan hubungan baiknya dengan orang.
• Ketika menemui keraguan pelaku terapi menemukan keraguan, alangkah baiknya untuk mengekspolrasi maknanya bagi klien
• Pelaku terapis harus bersifat fleksibel dalam menggunakan teknik, memberikan perhatian khusus bagaimana klien membuat respon,
• Konselor harus siap memberikan tugas supaya klien mendapat kesempatan baik untuk berhasil,
• Pelaku terapi perlu mempelajari eksperimen yang terbaik untuk dipraktekan dalam sessi dan mana yang terbaik untuk ditampilkan diluar.
Aturan Konfrontasi
Menurut Yontef (1999) versi terbaru adalah yang disebut “terapi Gestalt Hubungan” yang meliputi dukungan yang lebih dan meningkatkan kebaikan dalam terapi.
Frew (1992) membicarakan tiga gaya terapi yaitu- mengesankan, berlomba dan menegaskan-. Dia menggambarkan gaya terapi mengesankan dan berlomba berupa gaya yang bersifat konfrontasi. Dalam menggunakan gaya mengesankan, pelaku terapi kurang konsen untuk memahami dan menghargai pengalaman klien. Pelaku terapi adalah seorang ahli yang bertugas untuk mengevaluasi, mendiagnosa, berhadapan, menafsirkan dan mendominasi hubungan.
Konfrontasi digunakan pada saat-saat mempraktekan terapi Gestalt, yang sebelumnya tidak mesti dipandang sebagai sesuatu yang kejam. Konfrontasi bisa dilakukan seperti didalam cara klien bekerjasama, terutama ketika klien diminta untuk menguji perilakunya sendiri, sikapnya dan fikirannya.
Ramuan sesungguhnya dalam konfrontasi adalah menghargai klien. Konselor yang cukup peduli membuat tuntutan pada kliennya adalah konselor yang mengatakan bahwa akan berpengaruh jika klien dapat berhubungan secara penuh dengan dirinya sendiri dan dengan oranglain.
Intervensi Terapi Gestalt
Levitsky dan Perls (1970) membuat deskripsi yang jelas tetang sejumlah intervensi yang digunakan dalam terapi Gestalt, diantaranya :
Permainan Dialog Internal,salah satu tujuan terapi Gestalt adalah untuk memadukan fungsi dan penerimaan aspek-aspek kepribadian yang sudah ditunjukan dan ditolak. Terapi gestalt memberikan perhatian penuh terhadap fungsi kepribadian ganda. Bagian utamanya adalah antara “top dog” dan “under dog” dan terapi difokuskan pada pertentangan keduanya.
Kelompok top dog selalu merasa benar, berkuasa, bermoral, menuntut, jadi atasan, dan manipulatif. Sedangkan kelompok under dog selalu merasa jadi korban aturan : menjadi defensif, apologetik, tidak mendapat pertolongan dan lemah, serta tak punya kuasa apapun. Kaum top dog berkarakter tirani dan selalu main tunjuk sedangkan underdog selalu melanggar aturan. Konflik ini akan menimbulkan kepribadian yang egois dan memerlukan sebuah dialog internal dalam tahap terapinya.
Membuat lingkaran merupakan ujian terapi gestalt yang melibatkan orang didalam kelompok untuk saling berhadapan dan saling menghampiri untuk saling berbicara dan melakukan sesuatu bersama yang lain.
Ujian pembalikan teori yang mendasari teknik pembalikan adalah bahwa klien melibatkan diri dalam sesuatu yang penuh dengan kecemasan dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian dalam dirinya yang telah dipendam dan ditolak.
Ujian latihan. seringkali kita melakukan latihan untuk diri kita secara diam-diam supaya kita bisa memperoleh sikap menerima. Ketika ditampilkan kita mengalami demam panggung, atau kecemasan, karena kita takut tidak bisa melakukannya dengan baik. Latihan internal ini memakan banyak energi dan tidak mengharapkan mengalami hal baru. Latihan ini menimbulkan kesadaran nagaimana ia mencoba menemukan harapan-harapan orang lain atas dirinya; merestui, menerima, dan menyukai dirinya.
Ujian memperbayak, salah satu tujuan tyerapi Gestalt adalah bagi klien untuk lebih menyadari terhadap isyarat yang disampaikan melalui bahasa tubuh. gerakan, fostur, isyarat merupakan komunikasi yang memilki makna. Dalam latihan ini klien diminta untuk mempersering gerakan atau isyarat secara berulang-berulang (seperti menggerakan tangan, kaki).
Tetap berperasaan. kebanyakan klien ingin keluar dari rasa takut dan menghindari perasaan kurang menyenangkan. Ketika keadaan klien seperti itu maka ahli terapi harus memahami perasaanya. Ahli terapi mendorong untuk lebih mendalami perasaan yang ingin dihindari, menghadapinya dan melawannya.
Pendekatan Gestalt terhadap kerja mimpi , dalam psikoanalisis mimpi bisa ditafsirkan, wawasan intelektual ditekankan, dan hubungan bebas digunakan untuk mengeksplorasi arti mimpi yang tidak disadari.Terapi gestalt embawa kembali mimpi pada kehidupan, menciptakan kembali, menghidupkan kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang(memerinci kejadian mimpi,kejadian,orang dan suasana hati yang terjadi dalam mimpi).Sebagian mimpi merupakan proyeksi diri.Klien diminta untuk berbicara tentang mimpinya.
Percobaan dalam Terapi Gestalt
Zinker (1978) Menekankan aturan pelaku terapi sebagai agen perubahan yang kreatif, seorang penemu, dan sebagai manusia yang peduli. Latihan merupakan teknik yang sudah tersedia yang kadang-kadang digunakan untuk membuat sesuatu terjadi dalam sessi terapi atau untuk mencapai tujuan. Percobaan muncul dari interaksi antara klien dan pelaku terapi. Percobaan merupakan hal pokok dalam terapi Gestalt. Zinker (1978) melihat sessi terapi merupakan serangkaian eksperimen, sebagai rangkaian bagi klien untuk belajar dengan cara eksperimental. Percobaan Gestalt merupakan petualangan kreatif dan sebuah jalandimana klien dapat mengekspresikan perilaku mereka.
Miriam Polster (1987) mengatakan bahwa sebuah percobaan merupakan cara untuk mengeluarkan bentuk-bentuk konflik internal dengan membuat usaha ini sebagai sebuah proses aktual. Hal ini dimaksudkan untuk memfasilitasi kemampuan klien untuk bekerja melalui masalah-masalah yang menempel dalam hidupnya.
Persiapan Klient untuk Percobaan Gestalt
Hakikatnya konselor itu membangun hubungan dengan klien mereka, supaya klien bisa merasa cukup percaya untuk ikut serta dalam pembelajaran dalam percobaan Gestalt ini. Jika klien bersifat koperatif, maka maka konselor harus menghindari untuk mengarahkan klien dengan cara memerintah untuk mengakhiri sebuah ujicoba. Secara tipikal klien harus ditanya apakah mereka akan mencoba sebuah eksperimen untuk melihat apa yang bisa mereka pelajari dari eksperimen tersebut.
Diantara klien mungkin ada yang melakukan perlawanan secara emosional yang disebabkan karena rasa takut, kurang percaya, terlalu konsen sehingga lepas kontrol, atau konsen yang lain. Cara dimana klien melakukan perlawanan ketika ujicoba dilakukan menggambarkan kenyataan seperti itulah kepribadian dan cara hidup mereka.
Salah satu cara konsep perlawanan dalam persfektif terapi gestalt ini adalah untuk memandangnya sebagai bentuk perlawanan dalam upaya penyadaran akan aspek-aspek diri dan aspek-aspek lingkungan.
Passon dan Zinker (1978) menggambarkan langkah-langkah pembinaan yang berguna baik pada saat persiapan maupun pada saat mengakhiri terapi. Langkah-langkah ini :
• Konselor harus cukup sensitif untuk mengetahui kapan saat untuk meninggalkan sendirian.
• Peserta harus sensitif dalam mengenali percobaan-percobaan pada waktu yang tepat dan dengan sikap yang tepat pula.
• Sifat eksperiman tergantung masalah individu.
• Eksperimen memerlukan aturan keaktifan klien dalam mengeksplorasi dirinya.
• Yang terbaik adalah konselor menghargai latarbelakang budaya klien dan hubungan baiknya dengan orang.
• Ketika menemui keraguan pelaku terapi menemukan keraguan, alangkah baiknya untuk mengekspolrasi maknanya bagi klien
• Pelaku terapis harus bersifat fleksibel dalam menggunakan teknik, memberikan perhatian khusus bagaimana klien membuat respon,
• Konselor harus siap memberikan tugas supaya klien mendapat kesempatan baik untuk berhasil,
• Pelaku terapi perlu mempelajari eksperimen yang terbaik untuk dipraktekan dalam sessi dan mana yang terbaik untuk ditampilkan diluar.
Aturan Konfrontasi
Menurut Yontef (1999) versi terbaru adalah yang disebut “terapi Gestalt Hubungan” yang meliputi dukungan yang lebih dan meningkatkan kebaikan dalam terapi.
Frew (1992) membicarakan tiga gaya terapi yaitu- mengesankan, berlomba dan menegaskan-. Dia menggambarkan gaya terapi mengesankan dan berlomba berupa gaya yang bersifat konfrontasi. Dalam menggunakan gaya mengesankan, pelaku terapi kurang konsen untuk memahami dan menghargai pengalaman klien. Pelaku terapi adalah seorang ahli yang bertugas untuk mengevaluasi, mendiagnosa, berhadapan, menafsirkan dan mendominasi hubungan.
Konfrontasi digunakan pada saat-saat mempraktekan terapi Gestalt, yang sebelumnya tidak mesti dipandang sebagai sesuatu yang kejam. Konfrontasi bisa dilakukan seperti didalam cara klien bekerjasama, terutama ketika klien diminta untuk menguji perilakunya sendiri, sikapnya dan fikirannya.
Ramuan sesungguhnya dalam konfrontasi adalah menghargai klien. Konselor yang cukup peduli membuat tuntutan pada kliennya adalah konselor yang mengatakan bahwa akan berpengaruh jika klien dapat berhubungan secara penuh dengan dirinya sendiri dan dengan oranglain.
Intervensi Terapi Gestalt
Levitsky dan Perls (1970) membuat deskripsi yang jelas tetang sejumlah intervensi yang digunakan dalam terapi Gestalt, diantaranya :
Permainan Dialog Internal,salah satu tujuan terapi Gestalt adalah untuk memadukan fungsi dan penerimaan aspek-aspek kepribadian yang sudah ditunjukan dan ditolak. Terapi gestalt memberikan perhatian penuh terhadap fungsi kepribadian ganda. Bagian utamanya adalah antara “top dog” dan “under dog” dan terapi difokuskan pada pertentangan keduanya.
Kelompok top dog selalu merasa benar, berkuasa, bermoral, menuntut, jadi atasan, dan manipulatif. Sedangkan kelompok under dog selalu merasa jadi korban aturan : menjadi defensif, apologetik, tidak mendapat pertolongan dan lemah, serta tak punya kuasa apapun. Kaum top dog berkarakter tirani dan selalu main tunjuk sedangkan underdog selalu melanggar aturan. Konflik ini akan menimbulkan kepribadian yang egois dan memerlukan sebuah dialog internal dalam tahap terapinya.
Membuat lingkaran merupakan ujian terapi gestalt yang melibatkan orang didalam kelompok untuk saling berhadapan dan saling menghampiri untuk saling berbicara dan melakukan sesuatu bersama yang lain.
Ujian pembalikan teori yang mendasari teknik pembalikan adalah bahwa klien melibatkan diri dalam sesuatu yang penuh dengan kecemasan dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian dalam dirinya yang telah dipendam dan ditolak.
Ujian latihan. seringkali kita melakukan latihan untuk diri kita secara diam-diam supaya kita bisa memperoleh sikap menerima. Ketika ditampilkan kita mengalami demam panggung, atau kecemasan, karena kita takut tidak bisa melakukannya dengan baik. Latihan internal ini memakan banyak energi dan tidak mengharapkan mengalami hal baru. Latihan ini menimbulkan kesadaran nagaimana ia mencoba menemukan harapan-harapan orang lain atas dirinya; merestui, menerima, dan menyukai dirinya.
Ujian memperbayak, salah satu tujuan tyerapi Gestalt adalah bagi klien untuk lebih menyadari terhadap isyarat yang disampaikan melalui bahasa tubuh. gerakan, fostur, isyarat merupakan komunikasi yang memilki makna. Dalam latihan ini klien diminta untuk mempersering gerakan atau isyarat secara berulang-berulang (seperti menggerakan tangan, kaki).
Tetap berperasaan. kebanyakan klien ingin keluar dari rasa takut dan menghindari perasaan kurang menyenangkan. Ketika keadaan klien seperti itu maka ahli terapi harus memahami perasaanya. Ahli terapi mendorong untuk lebih mendalami perasaan yang ingin dihindari, menghadapinya dan melawannya.
Pendekatan Gestalt terhadap kerja mimpi , dalam psikoanalisis mimpi bisa ditafsirkan, wawasan intelektual ditekankan, dan hubungan bebas digunakan untuk mengeksplorasi arti mimpi yang tidak disadari.Terapi gestalt embawa kembali mimpi pada kehidupan, menciptakan kembali, menghidupkan kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang(memerinci kejadian mimpi,kejadian,orang dan suasana hati yang terjadi dalam mimpi).Sebagian mimpi merupakan proyeksi diri.Klien diminta untuk berbicara tentang mimpinya.
TERAPI GESTALT DARI PERSFEKTIF MULTIKULTURAL
Kontribusi bagi konseling multikultural
Terapi Gestalt effektif khususnya dalam membantu orang dalam memadukan sifat-sifat yang berlawanan dalam dirinya. Banyak klien yang memiliki dua budaya merasa kesulitan untuk menyelaraskan aspek yang berbeda-beda yang muncul dari dua budaya dimana ia hidup.
Dalam terapi gestalt klien dapat mengklarifikasi fikiran, kepercayaan, dan mengambil makna dari pengalamannya selama proses terapi. terapi gestalt menekankan fasilitasi pada proses klien itu sendiri, dari penemuan dan pembelajaran dirinya. Pengalaman proses pembelajaran diri langsung ini berdasarkan pada kepercayaan pokok berupa aturan diri.
Salah satu keuntungan menggunakan eksperimen Gestalt adalah bahwa eksperimen ini dapat menyesuaikan cara unik dimana seorang individu berpersepsi dan menafsirkan budayanya. Ahli/ pelaku Terapi Gestalt melakukan Pendekatan pada kliennya dengan fikiran yang terbuka dan tanpa prasangka. Sangat essensial dalam memperlakukan klien dari budaya yang berbeda, terlebih, pelaku terapi gestalt mencoba secara penuh memahami latar belakang budaya kliennya
Batasan Konseling Multikultural
Metode Terapi Gestalt cenderung mengasilkan tingkat perasaan intens yang tinggi. Hal ini terfokus pada pengaruh yang memiliki batasan yang jelas, klien yang dikondisikan secara kultural dikembalikan menjadi emosional. Klien yang mengungkapkan perasaan secara terbuka merupakan pertanda kelemahan dan sebuah bukti kerentanannya.
Para ahli terapi gestalt yang memadukan pendekatannya secara benar harus cukup sensitif untuk mempraktekannya dengan cara yang fleksibel. Mereka harus mempertimbangkan kerangka budaya klien dan klien yang mampu beradaptasi dengan metode sebaiknya diterima dengan baik.
Kontribusi bagi konseling multikultural
Terapi Gestalt effektif khususnya dalam membantu orang dalam memadukan sifat-sifat yang berlawanan dalam dirinya. Banyak klien yang memiliki dua budaya merasa kesulitan untuk menyelaraskan aspek yang berbeda-beda yang muncul dari dua budaya dimana ia hidup.
Dalam terapi gestalt klien dapat mengklarifikasi fikiran, kepercayaan, dan mengambil makna dari pengalamannya selama proses terapi. terapi gestalt menekankan fasilitasi pada proses klien itu sendiri, dari penemuan dan pembelajaran dirinya. Pengalaman proses pembelajaran diri langsung ini berdasarkan pada kepercayaan pokok berupa aturan diri.
Salah satu keuntungan menggunakan eksperimen Gestalt adalah bahwa eksperimen ini dapat menyesuaikan cara unik dimana seorang individu berpersepsi dan menafsirkan budayanya. Ahli/ pelaku Terapi Gestalt melakukan Pendekatan pada kliennya dengan fikiran yang terbuka dan tanpa prasangka. Sangat essensial dalam memperlakukan klien dari budaya yang berbeda, terlebih, pelaku terapi gestalt mencoba secara penuh memahami latar belakang budaya kliennya
Batasan Konseling Multikultural
Metode Terapi Gestalt cenderung mengasilkan tingkat perasaan intens yang tinggi. Hal ini terfokus pada pengaruh yang memiliki batasan yang jelas, klien yang dikondisikan secara kultural dikembalikan menjadi emosional. Klien yang mengungkapkan perasaan secara terbuka merupakan pertanda kelemahan dan sebuah bukti kerentanannya.
Para ahli terapi gestalt yang memadukan pendekatannya secara benar harus cukup sensitif untuk mempraktekannya dengan cara yang fleksibel. Mereka harus mempertimbangkan kerangka budaya klien dan klien yang mampu beradaptasi dengan metode sebaiknya diterima dengan baik.
Ringkasan dan Evaluasi
Terapi Gestalt merupakan sebuah pendekatan yang berdasarkan pengalaman yang menekankan kesadaran yang ada saat ini dan yang menekankan kualitas hubungan antara individu dengan lingkungannya. Tujuan pendekatan ini adalah terlebih adalah hanyalah untuk mencapai kesadaran.
Tujuan terapik yang lain adalah untuk membantu klien dalam untuk mengeksplorasikan bagaimana mereka menjalin hubungan dengan unsur-unsur lingkungannya. Perubahan terjadi seiring dengan tingginya tingkat kesadaran akan apa yang ada.
Ahli terapi dengan klien bekerjasama untuk mengidentifikasi “gambaran sosok” atau aspek perilaku realitas individu dan dan lingkungan
Kontribusi terapi Gestalt
Salah satu kontribusi terapi Gestalt adalah cara membangkitkan gairah klien untuk mempersoalkan dan merubah perilakunya dimasa lalu pada aspek-aspek yang relevan kepada keadaan yang ada saat ini.
Cain (2002) mengidentifikasi kontribusi-kontribusi signifikan dari pendekatan terapi Gestalt :
• Pentingnya bersikap kritis terhadap hubungan dengan diri sendiri (introspeksi diri), orang lain dan lingkungan.
• Aturan pokok hubungan yang murni dan dialog di dalam terapi
• Penekanan teori lapangan, phenomenologi dan kesadaran.
• Terapi terfokus pada keadaan saat ini, disini dan sekarang yang dialami klien.
• Penggunaan eksperimen-eksperimen aktif yang kreatif dan spontan sebagai jalan untuk pembelajaran eksperiental (berdasarkan pengalaman)
Metode Gestalt membawa konlik dan perjuangan hidup manusia. Terapi Gestalt merupakan pendekatan yang kreatif yang menggunakan eksperimen untuk memindahkan klien dari bicara/ omong kepada tindakan dan pengalaman.
TerapI Gestalt merupakan pendekatan holistik yang menilai setiap aspek kesetaraan pengalaman individu. Dan terapi Gestalt beroperasi dengan angan-angan yang unik tentang perubahan.
Strumpel dan Goldman (2002) mencatat manfaat dari penggunaan terapi Gestalt :
• Manfaat studi yang ditunjukan oleh terapi Gestalt, sama bahkan lebih luar biasa dibanding dengan terapi-terapi yang lain.
• Kebanyakan Studi-studi saat ini menunjukan bahwa terapi Gestalt memilki pengaruh yang bermanfaat pada gangguan kepribadian, masalah psikosomatik, dan kecanduan zat-zat addiktif.
• Pengaruh terapi Gestalt Cenderung stabil dalam tindak lanjut studi 1-3 tahun setelah treatmen selesai.
• Terapi gestalt telah menunjukan effektifitasnya dalam mengobati gangguan psikologis yang bermacam-macam.
Terapi Gestalt merupakan sebuah pendekatan yang berdasarkan pengalaman yang menekankan kesadaran yang ada saat ini dan yang menekankan kualitas hubungan antara individu dengan lingkungannya. Tujuan pendekatan ini adalah terlebih adalah hanyalah untuk mencapai kesadaran.
Tujuan terapik yang lain adalah untuk membantu klien dalam untuk mengeksplorasikan bagaimana mereka menjalin hubungan dengan unsur-unsur lingkungannya. Perubahan terjadi seiring dengan tingginya tingkat kesadaran akan apa yang ada.
Ahli terapi dengan klien bekerjasama untuk mengidentifikasi “gambaran sosok” atau aspek perilaku realitas individu dan dan lingkungan
Kontribusi terapi Gestalt
Salah satu kontribusi terapi Gestalt adalah cara membangkitkan gairah klien untuk mempersoalkan dan merubah perilakunya dimasa lalu pada aspek-aspek yang relevan kepada keadaan yang ada saat ini.
Cain (2002) mengidentifikasi kontribusi-kontribusi signifikan dari pendekatan terapi Gestalt :
• Pentingnya bersikap kritis terhadap hubungan dengan diri sendiri (introspeksi diri), orang lain dan lingkungan.
• Aturan pokok hubungan yang murni dan dialog di dalam terapi
• Penekanan teori lapangan, phenomenologi dan kesadaran.
• Terapi terfokus pada keadaan saat ini, disini dan sekarang yang dialami klien.
• Penggunaan eksperimen-eksperimen aktif yang kreatif dan spontan sebagai jalan untuk pembelajaran eksperiental (berdasarkan pengalaman)
Metode Gestalt membawa konlik dan perjuangan hidup manusia. Terapi Gestalt merupakan pendekatan yang kreatif yang menggunakan eksperimen untuk memindahkan klien dari bicara/ omong kepada tindakan dan pengalaman.
TerapI Gestalt merupakan pendekatan holistik yang menilai setiap aspek kesetaraan pengalaman individu. Dan terapi Gestalt beroperasi dengan angan-angan yang unik tentang perubahan.
Strumpel dan Goldman (2002) mencatat manfaat dari penggunaan terapi Gestalt :
• Manfaat studi yang ditunjukan oleh terapi Gestalt, sama bahkan lebih luar biasa dibanding dengan terapi-terapi yang lain.
• Kebanyakan Studi-studi saat ini menunjukan bahwa terapi Gestalt memilki pengaruh yang bermanfaat pada gangguan kepribadian, masalah psikosomatik, dan kecanduan zat-zat addiktif.
• Pengaruh terapi Gestalt Cenderung stabil dalam tindak lanjut studi 1-3 tahun setelah treatmen selesai.
• Terapi gestalt telah menunjukan effektifitasnya dalam mengobati gangguan psikologis yang bermacam-macam.
BAB. III.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan fenomenologi,yang menekankan konsep perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu.Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu perkembangannya, individu membentuk berbagai cara untuk menghindari masalah dan karenanya menemukan jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya.
Saat sekarang menurut Perls, tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang penting. Salah satu sumbangan utama teori Gestalt adalah penekanannya pada disini- dan – sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang.Berpokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan mengalami saat sekarang sepenuhnya.
Perls menerangkan kecemasan sebagai’ senjang antara saat sekarang dan saat kemudian”Menurut Perls jika individu menyimpang dari saat sekarang ini dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan. Untuk membantu klien untuk membuat kontak dengan saat sekarang, terapis lebih tepat menggunakan pertanyaan “apa “ dan “bagaimana’, karena pertanyaan ‘mengapa” hanya akan mengarah kepada rasionalisasi –rasionalisasi dan penipuan-penipuan diri serta mengarah kepada pemikiran yang tak berkesudahan tentang masa lampau yang hanya akan membangkitkan penolkan terhadap masa sekarang.
Terapi Gestalt menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran untuk melangkah menuju pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu akan penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga dia kemudian bisa mengumpulkan kekuatan atau energi guna mendapatkan keberadaan yang lebih otentik dan vital.
Terapi Gestalt memilki sasaran dasar yang penting adalah menantang individu atau klien agar berpindah dari “ didukung oleh lingkungan ‘ kepada ‘ didukung oleh diri sendiri ‘. Meneurut Perls (1969), sasaran terapi adalah menjadikan klien tidak tergantung pada orang lain, menjadikan klien menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih banyak daripada apa yang dipikirkannya.Individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif
Saat sekarang menurut Perls, tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang penting. Salah satu sumbangan utama teori Gestalt adalah penekanannya pada disini- dan – sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang.Berpokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan mengalami saat sekarang sepenuhnya.
Perls menerangkan kecemasan sebagai’ senjang antara saat sekarang dan saat kemudian”Menurut Perls jika individu menyimpang dari saat sekarang ini dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan. Untuk membantu klien untuk membuat kontak dengan saat sekarang, terapis lebih tepat menggunakan pertanyaan “apa “ dan “bagaimana’, karena pertanyaan ‘mengapa” hanya akan mengarah kepada rasionalisasi –rasionalisasi dan penipuan-penipuan diri serta mengarah kepada pemikiran yang tak berkesudahan tentang masa lampau yang hanya akan membangkitkan penolkan terhadap masa sekarang.
Terapi Gestalt menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran untuk melangkah menuju pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu akan penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga dia kemudian bisa mengumpulkan kekuatan atau energi guna mendapatkan keberadaan yang lebih otentik dan vital.
Terapi Gestalt memilki sasaran dasar yang penting adalah menantang individu atau klien agar berpindah dari “ didukung oleh lingkungan ‘ kepada ‘ didukung oleh diri sendiri ‘. Meneurut Perls (1969), sasaran terapi adalah menjadikan klien tidak tergantung pada orang lain, menjadikan klien menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih banyak daripada apa yang dipikirkannya.Individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif
BAB.IV.
KOMENTAR
KOMENTAR
1.Terapi gestalt adalah bentuk intervensi yang diberikan untuk membantu individu
memperoleh pengetahuan dann kesadaran untuk melangkah menuju pertumbuhan dengan
sasaran dasar adalah menantang individu atau klien agar berpindah dari “didukung oleh
lingkungan” kepada “didukung oleh diri sendiri”. Dengan kata lain individu yang
bersangkutan mampu menagani sendiri masalah-masalah hidunya secara efektif.
2.terapi Gestalt memandang bahwa individu memilki kesanggupan memikul tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhya sebagai pribadi yang terpadu.Individu itu selalu aktif sebagai
keseluruhan individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ-organ semata (Surya
2003).
3.Terapi Gestalt adalah suatu pedekatan penomenologis- eksistensial yang menekankan
pada kesadaran individu dan hubungandenganlingkungan “di sini”dan ”sekarang”.
Pencapaian kesadaran atau individu menemukan pusat dirinya berupa kesadaran
(Phakih;2009)
fokus utamanya adalah pada “apa “dan “bagaimana” tingkahlaku dan peranan urusan yang
tak terselesaikan dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu untuk bisa
berfungsi secara efektif(Corey:2009);Phakih (2009);.
4. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau
yang relevan ke saat sekarang, mengairahkan hubungan dan pengungkapan perasaan-
perasaan langsung dan menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah-masalah
klien; memberikan perhatian terhadap pesan-pesan non verbal dan pesan-pesan tubuh;
menolak mengakui ketidakberdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah; penekanan pada
klien untuk menemukan makna-maknanya sendiri dan membuat penafsiran-penafsiran
sendiri; dalam waku yang singkat klien bisa mengalami perasaan-perasaannya sendiri
secara intens melalui sejumlah latihan gestalt (Corey 2009).
5. Terapi gestalt cenderung anti intelektual dalam arti kurang memeperhitungkan faktor-
faktor kognitif; mengabaikan tanggungjawab kita kepada orang lain; para klien sering
bereaksi negatif terhadap sejumlah tehnik gestalt karena merasa dirinya dianggap tidak
memiliki kemampuan.
6. Terapis sepantasnya berpijak pada kerangka berfikir yang layak sehingga teknik-teknik
tidak tampak sebagai muslihat-muslihat. (Corey 2009)
memperoleh pengetahuan dann kesadaran untuk melangkah menuju pertumbuhan dengan
sasaran dasar adalah menantang individu atau klien agar berpindah dari “didukung oleh
lingkungan” kepada “didukung oleh diri sendiri”. Dengan kata lain individu yang
bersangkutan mampu menagani sendiri masalah-masalah hidunya secara efektif.
2.terapi Gestalt memandang bahwa individu memilki kesanggupan memikul tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhya sebagai pribadi yang terpadu.Individu itu selalu aktif sebagai
keseluruhan individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ-organ semata (Surya
2003).
3.Terapi Gestalt adalah suatu pedekatan penomenologis- eksistensial yang menekankan
pada kesadaran individu dan hubungandenganlingkungan “di sini”dan ”sekarang”.
Pencapaian kesadaran atau individu menemukan pusat dirinya berupa kesadaran
(Phakih;2009)
fokus utamanya adalah pada “apa “dan “bagaimana” tingkahlaku dan peranan urusan yang
tak terselesaikan dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu untuk bisa
berfungsi secara efektif(Corey:2009);Phakih (2009);.
4. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau
yang relevan ke saat sekarang, mengairahkan hubungan dan pengungkapan perasaan-
perasaan langsung dan menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah-masalah
klien; memberikan perhatian terhadap pesan-pesan non verbal dan pesan-pesan tubuh;
menolak mengakui ketidakberdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah; penekanan pada
klien untuk menemukan makna-maknanya sendiri dan membuat penafsiran-penafsiran
sendiri; dalam waku yang singkat klien bisa mengalami perasaan-perasaannya sendiri
secara intens melalui sejumlah latihan gestalt (Corey 2009).
5. Terapi gestalt cenderung anti intelektual dalam arti kurang memeperhitungkan faktor-
faktor kognitif; mengabaikan tanggungjawab kita kepada orang lain; para klien sering
bereaksi negatif terhadap sejumlah tehnik gestalt karena merasa dirinya dianggap tidak
memiliki kemampuan.
6. Terapis sepantasnya berpijak pada kerangka berfikir yang layak sehingga teknik-teknik
tidak tampak sebagai muslihat-muslihat. (Corey 2009)
BAB V
APLIKASI TEORI GESTALT DALAM PRAKTEK BIMBINGAN KONSELING
APLIKASI TEORI GESTALT DALAM PRAKTEK BIMBINGAN KONSELING
Terapi Gestalt dapat diaplikasikan dalam kegiatan bimbingan dan konseling dengan menekankan kesadaran disini –dan-sekarang. Fokus utamanya adalah pada apa dan bagaimana tingkah laku dan peranan urusan yang tak bisa diselesaikan dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara efektif, klien diharapkan menemukan pusat dirinya atau pencapaian kesadaran.
Tugas terapis adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan membantu klien mencapai kematangan dan pembongkaran hambatan-hambatan yang mengurangi kemampuan klien memecahkan masalahnya. Terapis memberikan umpan balik terutama apa yang dilakukan oleh klien melalui bahasa tubuh kliennya.
Terapi gestalt dapat menangani masalah gangguan kepribadian, masalah psikomatik, dan gangguan psikologis lainnya. Yang perlu diperhatikan oleh terapis adalah dengan mempertimbangkan kerangka budaya kliennya.
Tugas terapis adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan membantu klien mencapai kematangan dan pembongkaran hambatan-hambatan yang mengurangi kemampuan klien memecahkan masalahnya. Terapis memberikan umpan balik terutama apa yang dilakukan oleh klien melalui bahasa tubuh kliennya.
Terapi gestalt dapat menangani masalah gangguan kepribadian, masalah psikomatik, dan gangguan psikologis lainnya. Yang perlu diperhatikan oleh terapis adalah dengan mempertimbangkan kerangka budaya kliennya.
DAFTAR PUSTAKA
Geral Corey (2005) Theory and Practice of Counceling & Psychotherapy.seven edition
Copyright:Brooks/Cole.
…………………(2009) Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi:Bandung:Replika Aditama
Surya Mohamad ( 2003), Teor-teori Konseling :Bandung,Pustaka bani Quraisy.
pertama-tama saya tertarik banget kpengen baca nih artikel tapi maaf mata saya sakit banget ngeliatnya. so dari pada mata saya makin minus maka saya memilih untuk tidak jadi baca. so usul, biar artikel yg bagus nih bisa dibagikan... maybe tampilan dan design warnanya agak di edit dikit hheheee... thanks before :D
ReplyDelete