TEORI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES
A. Pengantar
Klages memakai cara pendekatan
pensifatan dan menentang cara pendekatan tipologis. Namun cara pendekatan
tipologi itu sama sekali tidak memuaskan Klages karena tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk memahami sesama manusia. Seorang ahli tipologi sudah puas
dengan memasukkan seseorang ke dalam tipe begini atau tipe begitu. Ahli
tipologi sudah menyediakan kategori-kategori tertentu sebagai wadah untuk
mengkategorikan manusia ke dalam golongan-golongan atau tipe tertentu. Dalam
tiap-tiap wadah itu telah disediakan daftar sifat-sifat tertentu, sehingga individu-individu
yang dikirakan memiliki sifat-sifat yang terdapat pada masing-masing wadah itu,
tinggal memasukkan saja ke wadah yang ini atau wadah yang itu. Cara bekerja
yang demikian itu dipandang oleh Klages terlalu kasar atau terlalu dangkal,
sebab sifat-sifat yang disebut pada masing-masing tipe atau wadah itu hanya
sifat-sifat pada garis besar saja, sehingga kalau seseorang telah dimasukkan ke
dalam salah satu tipe, maka sifat khas individualnya justru terpaksa diabaikan.
Jadi menurut Klages dengan cara pendekatan tipologis itu orang tidak dapat
mendekati kepribadian secara layak.
B. Aspek-Aspek Kepribadian
Klages mengemukakan ada 3 aspek
kepribadian, yaitu :
1.
Materi
Kepribadian
Materi atau bahan merupakan salah satu
aspek daripada kepribadian berisikan semua kemampuan (daya) pembawaan beserta
talent-talentnya. Materi ini merupakan modal pertama yang disediakan oleh
kodrat untuk dipergunakan dan diperkembangkan oleh manusia.
Klages membedakan antara ingatan dan
mengenang kembali. Ingatan merupakan suatu kenyataan vital, daya untuk
mengingat kembali kesan-kesan, dan membanding-bandingkan kesan-kesan yang lama
serta yang baru. Ingatan ini berfungsi tanpa disadari, tanpa ingatan maka
proses-proses kerohanian tak akan dapat berfungsi apa-apa. Tanpa ingatan itu
maka orang tak akan dapat mengenal kembali sesuatu, tidak akan mempunyai
kebiasaan tingkah laku dan tidak akan dapat berfantasi. Jadi singkatnya ingatan
ini memungkinkan manusia untuk mengingat kembali ( recognition), mengingat
kebiasaan tingkah laku, mempunyai harapan-harapan akan kesan-kesan yang akan
diterimanya, mengenangkan kesan-kesan yang waktu dan berfantasi.
Daya mengenang atau mengingat kembali
(Erinerungsvermogen,the capacity of recollection,herinneringsvermogen). Daya
mengingat kembali ini dibedakan dari ingatan berdasarkan atas kenyataan, bahwa
kedua hal tersebut adanya pada seseorang individu itu belum tentu mempunyai
korelasi positif. Orang dapat menjumpai individu yang kuat sekali, tetapi apa
yang ada dalam ingatannya itu sukar sekali untuk ditimbulkan ke dalam
kesadaran. Sebaliknya banyak juga individu yang ingatannya tidak kuat, tidak
dapat menyimpan kesan-kesan secara baik, tapi apa yang ada dalam ingatannya itu
dengan mudah dapat ditimbulkan kembali dalam kesadaran.
2.
Struktur
Kepribadian
Klages
memberikan pengertian tentang istilah struktur. Istilah ini adalah sebagai
pelengkap daripada istilah materi. Bila materi dipandang sebagai isi, bahan,
maka struktur dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat
formalnya. Menurut Klages tingkah laku adalah sifat pribadi yang mempunyai
nilai konstan. Ada 3 soal yang dikemukakan oleh Klagesdalam struktur itu, yaitu
:
( 1 ) Temperamen
Klages
melukiskan temperamen itu sebagai sifat daripada struktur. Orang-orang yang
biasanya disebut temperamen sanguinis menunjukkan sifat-sifat yang tak dikenal
lelah dengan kuatnya menuju ke suatu tujuan yang disadarinya benar-benar.
Tetapi tidak semua orang yang sanguinis demikian sifatnya. Ada juga orang-orang
sanguinis yang banyak “petingkah”, mudah berubah dan mudah tertarik oleh
hal-hal lain. Sebaliknya orang-orang yang biasa disebut temperamen phlegmatis
menunjukkan sifat-sifat serba lambat tidak punya minat dan apathis, disamping
itu ada juga orang-orang phlegmatis yang suka bertindak, tetapi sekali menyala
harus memenangkan kekuatan yang besar. Jadi semisal gunung berapi.
Klages
juga memberikan corak-corak tertentu dalam tindakan Sanguinis. Suasana perasaan
seperti juga halnya kemauan dan afek, berakar pada tempo. Dari suasana hati
yang aktif dan ekspansif inilah terdapat seorang sanguinis yang tidak pernah
merasa puas, tidak sadar dan tetap arahnya. Klages juga menerangkan tentang
temperamen pleghmatis adalah kebalikan daripada orang yang bertemperamen
sanguinis. Temponya lambat, suasana hatinya depresif, daya reaksi berat.
Antara
sifat-sifat struktur dan materi itu bannyak terdapat afinitas (hubungan),
sehingga ada seorang sanguinis yang besar sekali dinamika berpikirnya, lebih
abstrak dan mempunyai kecakapan berpikis spekulatif. Sebaliknya seorang
pleghmatis lebih tertarik kepada kenyataan-kenyataan. Berpikirnya juga konkret,
kadang-kadang kurang dinamikanya dan di lain pihak jalan pikiran yang singkat
pendek dan cenderung ke arah intinya saja.
( 2 ) Perasaan
Tiap-tiap perasaan memiliki dua sifat pokok, yaitu :
a) Di
dalam tiap perasaan terletak kegiatan batin (inner activity)
Yang dimaksud
dengan kegiatan batin ialah daya untuk membeda-bedakan keinginan-keinginan yang
terkandung dalam perasaan. Menurut Klages dalam tiap perasaan itu terkandung
keinginan. Ada dua macam keinginan yaitu keinginan menerima dan keinginan
menolak.
b) Di
dalam tiap perasaan terdapat corak perasaan, yaitu taraf-taraf kejelasannya.
Klages
membedakan perasaan afek dan suasana perasaan. Suatu perasaan akan menjadi afek
apabila faktor keinginan menonjol ke muka. Pada afek orang lebih melihat
getaran daripada corak atau warna kemarahan. Sebaliknya suasana perasaaan lebih
menonjolkan warna-warna tertentu dan corak-corak tertentu. Kesedihan, kerinduan
adalah suasana perasaan. Ditinjau dari fungsinya, ada dua hal dalam suasana
perasaan itu, yaitu :
(1) Suasana
perasaan yang ekspansif, arahnya tertuju ke luar, sentrifugal
(2) Suasana
perasaan yang depresif, arahnya tertuju ke dalam, sentripetal.
Sejalan dengan
afek itu, Klages membagi juga kemauan menjadi tiga sifat, yaiitu :
(1) Aktif
(2) Pasif
(3) Reaktif
Kemauan
yang aktif adalah kemauan yang selalu bergerak dari sesuatu tujuan ke tujuan
yang lainnya. Ini merupakan komponen yang tak dapat dielakkan untuk sesuatu
perbuatan. Hal yang demikian ini dalam pembicaraan sehari-hari disebut
kemauannya kuat. Kesanggupan untuk berkemauan, bertekun dan menaati terutama
berdasarkan kepada kemauan yang pasif. Dalam pembicaraan sehari-hari hal yang
demikian itu disebut berketetapan hati, tahan menderita dan besar kemauannya
untuk mengatasi rintangan.
Kemauan
menampakkan diri dalam bentuknya yang reaktif dalam sifat keras kepala dan
keras hati. Juga disini kerjasama antara dua kekuatan yang saling berlawanan
itu dapat digambarkan dengan rumus bangun seperti pada perasaan itu, jadi :
Kk = Dk
Dh
Keterangan :
Kk : adalah
kekuatan kemauan
Dk : adalah daya
kemampuan
Dh : adalah daya
hambatan
( 3 ) Daya ekspresi
Manusia
mempunyai dorongan-dorongan nafsu. Dorongan-dorongan nafsu ini adalah proses
jiwa, dorongan-dorongan nafsu itu baru dapat disaksikan bila telah menampakkan
diri dalam proses-proses jasmaniah seperti misalnya perubahan detak jantung,
perubahan pernafasan,dll. Pernyataan proses-proses kejiwaan itu disebut secara
teknik ekspresi. Juga ekspresi ini pun sebagai sifat struktur tergantung kepada
dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu keadaan perangsang dan hambatan
untuk ekspresi. Saling berhubungan antara kedua kekuatan yang saling berlawanan
itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
P
E
=
H
Di mana : E
: adalah ekspresi
P : adalah keadaan perangsang
He : adalah hambatab ekspresi
Menurut Klages yang menjadi hambatan
ekspresi adalah penguasaan diri. Penguasaan diri ini harus menjadi kekuatan
imbangan daripada nafsu-nafsu. Tiap-tiap orang mempunyai kekuatan penguasaan
diri itu masing-masing itu, yang satu sama lain berbeda-beda. Karena itulah
maka dapat disaksikan adanya bebrapa orang yang sudah menunjukkan perubahan
ekspresi oleh perangsang yang kecil, sebaliknya terdapat juga orang-orang yang
oleh gelombang yang besar-besarpun belum menampakkan perubahan ekspresi. Daya
ekspresi itu adalah bagian daripada kemampuan dasar.
3.
Kualitas
Kepribadian ( Sistem Dorongan-dorongan )
Antara
kemauan dan perasaan terjadilah perlawanan atau kebalikan yang
sedalam-dalamnya. Perlawanan ( antagonisme ) inilah yang menjadi dasar daripada
siatem dorongan-dorongan Klages. Kemauan dapat mengikuti atau melawan perasaan,
tetapi tak dapat memanggilnya atau menimbulkannya. Perasaan baru dapat
dibangkitkan bilamana kemauan dilumpuhkan atau ditundukkan.Sifat kemauan adalah
aktivitas, kebebasan, sedangkan sifat perasaan adalah bergantung dan
berhubungan. Dalam kemauan “AKU” berkuasa, dalam perasaan “AKU” dikuasai oleh
“sesuatu”. Jika kemauan itu didorong oleh nafsu mempertahankan “AKU”,
menyerahkan “AKU” (diri) kepada yang dihadapi.
Jadi
ada dua nafsu, yaitu nafsu mempertahankan diri dan nafsu menyerahkan diri. Yang
menjadi pendukung prinsip ke”AKU”-an, daya persepsi tindakan yang menarik garis
pemisah antara subyek dan obyek adalah roh (Geist), yang menempatkan diri
berhadapan dengan dunia sekitarnya, sedangkan yang menjadi pendukung perasaan
disebut oleh Klages jiwa (seele). Roh adalah representasi daripada anasir
kehidupan. Antara jiwa dan tubuh tak ada pertentangan, dalam kehidupan hayati
kedua hal tak terpisahkan, sedangkan antara jiwa dan roh terjadi ketegangan
yang tiada henti-hentinnya. Jadi ditinjau secara teoritis murni, ada dua bentuk
kepribadian, yaitu :
a)
Kepribadian yang dikuasi oleh roh ( der Geist
)
b)
Kepribadian yang
dikuasai oleh jiwa ( die Seele )
Disamping
hal-hal yang telah dikemukakan itu Klages mengadakan pembagian- pembagian lain
yang lebih teliti. Pembagian mengenai soal ini, yang biasa dikenal sebagai
sistem dorongan-dorongan, berkisar pada tiga pengertian besar, yaitu :
1)
Penguasaan diri
2)
Nafsu rohaniah
3)
Hawa nafsu
Penguasaan diri akan ada apabila “AKU”
yang lebih stabil menguasai “AKU” yang lebih labil. “AKU” yang lebih stabil itu
disebut “aku yang umum”atau roh (Geist). Apabila roh itu tertuju kepada
penyerahan diri terjadilah nafsu rohania, sedangkan kalau yang menuju ke
penyerahan diri itu adalah “Aku Pribadi”(aku yang labil) terjadilah hawa nafsu.
Apabila roh menuju ke pertahanan diri terjadilah keinsyafan, sedangkan jika
yang menuju kepertahanan diri itu “Aku pribadi” terjadilah egoisme. Dalam
mengupas teorinya tentang sistem-sistem dorongan itu Klages mengemukakan tabel
yang disusunnya sebagai berikut.
penyerahan diri :
nafsu rohaniah
aku umum ( stabil ) = roh
Pertahanan diri :
keinsyafan
Penyerahan diri :
hawa nafsu
Aku pribadi
Pertahanan diri :
egoisme
egoisme
Sumbernya kok tidak dicantumkan mbak?
ReplyDeleteMohon sumbernya di cantumkan kak 🙏
ReplyDelete