Friday, April 13, 2012

PSIKOLOGI ANALITIS CARL GUSTAV JUNG

PSIKOLOGI ANALITIS CARL GUSTAV JUNG

       A. Struktur Psyche atau Kepribadian

Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun tidak disadari. Jadi jiwa manusia terdiri dari dua alam :
( 1 ) alam sadar : penyesuaian terhadap dunia luar.
( 2 ) alam tak sadar : penyesuaian terhadap dunia dalam.
Kedua alam itu tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Batas antara kedua alam itu tidak tetap, dapat berubah-ubah, artinya luas daerah kesadaran atau ketidaksadaran itu dapat bertambah atau berkurang. Dalam kenyataannya daerah kesadaran itu hanya merupakan sebagian kecil saja daripada alam kejiwaan.
1.    Struktur Kesadaran
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.

a.    Fungsi Jiwa
            Jung berpendapat bahwa fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi pokok, yang dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang dua lagi irrasional, yaitu pendriaan dan intuisi. Dalam fungsi-fungsinya rasional bekerja dengan penilain yaitu pikiran menilai atas dasar benar dan salah, sedang perasaan menilai atas dasar menyenangkan dan tak menyenangkan. Kedua fungsi yang irrasional dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata mendapat pengamatan yakni pendriaan mendapatkan pengamatan dengan sadar-indriah, sedangkan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar-naluriah.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi itu, akan tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang paling berkembang. Fungsi yang paling berkembang itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe orangnya. Jadi ada tipe pemikir, tipe perasa, tipe pendria, dan tipe intuisi. Keempat fungsi itu berpasangan, bila sesuatu fungsi menjadi superior yaitu menguasai kehidupan alam sadar, maka fungsi pasngannya menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam ketidaksadaran. Sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi bantu sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian lagi dalam alam tak sadar. Selanjutnya fungsi-fungsi yang berpasang-pasangan itu berhubungan secara kompensatoris, artinya makin berkembang fungsi superior maka makin besarlah kebutuhan fungsi inferior akan kompensasi dan makin besarlah gangguan terhadap keseimbangan jiwayang dapat menjelma dalam tindakan-tindakan yanng tak terkendalikan, makin besar tanggungan dalam jiwa.
Karena itu tujuan yang ideal daripada perkembangan kepribadian ialah membawa keempat fungsi pokok itu dalam sinar kesadaran, sehingga tercapailah manusia bulat, yaitu manusia “sempurna”.

b.     Sikap Jiwa
Sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat keluar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadapdunianya, dapat keluar ataupun ke dalam. Berdasarkan atas sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :
( a ) manusia-manusia yang bertipe ekstravers.
Orang yang ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar. Pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar. Bahay bagi tipe ekstravers ini ialah apabila ikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam di dalam dunia obyektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subyektifnya sendiri.

( b ) manusia-manusia yang bertipe introvers.
Orang yang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvers ini ialah apabila jarak dengan dunia obyektif  terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia obyektifnya.
Antara ekstravers dan introvers itu terdapat hubungan yang kompensatoris.

c.    Tipologi Jung
Dengan mendasarkan pada dua komponen pokok daripada kesadaran itu sampailah Jung pada empat kali dua atau delapan tipe, empat tipe ekstravers dan empat lagi introvers.
Sikap Jiwa
Fungsi Jiwa
Tipe
Ketidaksadarannya
Ekstravers
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
Pemikir ekstravers
Perasa ekstravers
Pendria ekstravers
Intuitif ekstravers
Perasa introvers
Pemikir introvers
Intuitif introvers
Pendria introvers
Introvers
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
Pemikir introvers
Perasa introvers
Pendria introvers
Intuitif introvers
Perasa ekstravers
Pemikir ekstravers
Intuitif ekstravers
Pendria ekstravers

d.    Persona
                 Menurut Jung persona adalah cara individu dengan sadar menampakkan diri ke luar. Jung sendiri memberi batasan persona sebagai “kompleks fungsi-fungsi yang terbentuk atas dasar pertimbangan-pertimbangan penyesuaian atau usaha mencari penyelesaian, tetapi tidak sama dengan individualitas.” Persona itu merupakan kompromiantar individu dan masyarakat, antara struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana seharusnya orang berbuat. Apabila orang dapat menyesuaikan diri ke dunia luar dan dunia dalam dengan baik, maka persona itu akan merupakan selubung yang elastis, yang dengan lancar dapat dipergunakan. Akan tetapi kalau penyesuaian itu tidak baik, maka persona dapat merupakan topeng yang kaku beku untuk menyembunyikan kelemahan-kelemahan. Misalnya seorang kepala kantor yang sebenarnya kurang mampu mengatur bawahannya di mana-mana berlagak “sok pembesar” untuk menutupi kelemahannya tersebut, sehingga tingkah lakunya menjadi stereotipis dan banyak sekali tak sesuai dengan keadaan.
2.    Struktur Ketidaksadaran

Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif,
a.    Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh individu selama hidupnya. Ini meliputi hal-hal yang terdesak atau tertekan dan hal-hal yang terlupakan serta hal-hal yang teramati, terpikir dan terasa di bawah ambang kesadaran.
b.    Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu perumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi terdahulu. Ini merupakan endapan cara-cara reaksi kemanusiaan yang khas semenjak zaman dahulu di dalam manusia menghadapi situasi-situasi ketakutan, bahay, perjuangan, kelahian, kematian dan sebagainya. Daerah yang paling atas langsung langsung di bawah ketidaksadaran pribadi berisikan emosi-emosidan afek-afek serta dorongan-dorongan primitif. Daerah di bawahnya lagi berisikan “invasi”, yaitu erupsi dari bagian terdalam daripada ketidaksadaran serta hal-hal yang sama sekali tak dapat dibuat sadar, manifestasi dari hal-hal ini dialami oleh individu sebagai sesuatu yang asing. Jung sendiri merumuskan ketidaksadaran kolektif itu sebagai suatu warisan kejiwaan yang besar daripada perkembangan kemanusiaan, yang terlahir kembali dalam struktur tiap-tiapindividu, dan membandingkannya dengan apa yang disebut oleh Levy Bruhl tanggapan mistik kolektif (representations collectives) orang-orang primitif. Pengetahuan mengenai ketidaksadaran itu diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui manifestasi daripada isi-isi ketidaksadaran itu. Manifestasi ketidaksadaran itu dapat berbentuk
·  Symptom dan Kompleks
Symptom dan Kompleks merupakan gejala-gejala yang masih dapat disadari. Symptom adalah “gejala dorongan” daripada jalannya energi yang normal, yang dapat berbentuk symptom kejasmanian maupun kejiwaan. Symptom adalah tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, dan karenanya perlu perluasan ke alam tak sadar.
        Kompleks-kompleks adalah bagian kejiwaan kepribadian yang telah terpecah dan lepas dari penilikan kesadaran dan kemudian mempunyai kehidupan sendiri dalam kegelapan alam ketidaksadaran, yang selalu dapat menghambat atau memajukan prestasi-prestasi kesadaran. Kompleks itu terdiri dari unsur inti, yang umumnya tak disadari dan bersifat otonom, serta sejumlah asosiasi-asosiasi yang terbentuk atas dasar inti tersebut. Asosiasi itu tergantung kepada disposisi individu beserta pengalaman-pengalamannya. Menurut Jung kompleks memang dapat juga diselesaikan, dalam hal ini jelas kompleks itu banyak pengalaman traumatis, misalnnya adalah ketidakmungkinan yang semu untuk menerima keadaan diri sendiri dalam keseluruhannya.
·  Mimpi, fantasi, khayalan
Mimpi sering timbul dari kompleks dan merupakan “pesan rahasia sang malam”. Mimpi mempunyai hukum sendiri dan bahasa sendiri. Didalam mimpi soal-soal sebab-akibat, ruang dan waktu tidak berlaku, bahasanya bersifat lambang dan karenanya untuk memahaminya perlu ditafsirkan. Bagi Jung mimpi itu mempunyai fungsi konstruktif, yaitu mengkompensasikan keberatsebelahan dari konflik.
Disamping mimpi Jung juga mengemukakan pula fantasi (phantasie) dan khayalan (vision) sebagai bentuk manifestasi ketidaksadaran. Kedua hal ini bersangkutan dengan mimpi, dan timbul pada waktu taraf kesadaran merendah, variasinya boleh dikata tak terhingga, dari mimpi siang hari serta impian tentang keinginan-keinginan sampai pada khayalan khusus orang-orang yang dalam keadaan ekstase.
· Archetypus
Istilah archetypus ini diambil Jung dari Augustinus merupakan bentuk pendapat instinktif terhadap situasi tertentu, yang terjadi diluar kesadaran. Archetypus-archetypus itu dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran kolektif selama perkembangan manusia jadi tak tergantung kepada manusia perseorangan. Archetypus merupakan pusat serta medan tenaga daripada ketidaksadaran yang dapat mengubah sikap kehidupan sadar manusia.
· Animus dan Anima
Imago yang terpenting pada orang dewasa adalah animus bagi orang perempuan dan anima pada orang laki-laki, yaitu sifat-sifat atau kualitas-kualitas jenis kelamin lain yang ada dalam ketidaksadaran manusia. Tiap-tiap manusia itu bersifat “bi-sexual”, jadi tiap-tiap manusia mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada jeis kelamin lawannya. Orang laki-laki ketidaksadarannya adalah betina (anima) dan orang perempuan ketidaksadarannya adalah jantan (animus).
Anima atau animus itu ada dalam hubungan yang langsung dengan persona. Persona menyesuaikan diri ke luar sedang anima atau animus menyesuaikan diri ke dalam. Jadi persona adalah fungsi perantara antara aku dan dunia luar, sedang anima atau animus adalah fungsi perantara antara aku dan dunia dalam.


B. Dinamika Psyche atau Kepribadian

Jung berpendapat bahwa srruktur psyche itu tidak statis, melainkan dinamis, dalam gerak yang terus-menerus.Dinamika ini disebabkan oleh energi psikis yang oleh Jung disebut libido.Libido itu tidak lain dari intensitas kejadian psikis, yang hanya dapat diketahui lewat peristiwa-peristiwa psikis itu. Pengertian libido di sini dipergunakan seperti energi dalam ilmu alam, jadi sebagai abstraksi, yang menyatakan relasi-relasi dinamis. 

C. Perkembangan Psyche atau Kepribadian


         Jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Juga manusia sebagai jenis selalu menuju taraf diferensiasi yang lebih tinggi. Tujuan perkembangan sebagai aktualisasi diri, aktualisasi diri berarti diferensiasi sempurna dan saling berhubungan yang selaras seuruh aspek kepribadian manusia. Ini bahwa berarti Psyche lalu memiliki pusat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat itu.  
    1. Jung Menjangkau ke Belakang dan ke Depan
 Freud adalah ahli yang menekankan masa lampau atau kausalitas, sedangkan Adler adalah ahli yang berpandangan teleologis, yang menekankan peranan masa depan dengan segala cita-citanya dalam teori kepribadiannya. Jung berpendapat bahwa kedua pandangan itu kedua-duanya harus diambil, kualitas dan teleologi kedua-duanya penting dalam psikologi. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas), tidak pula hanya ditentukan oleh masa datang (teleologi), tetapi oleh kedua-duanya.


2. Jalan Perkembangan : Progresi dan Regresi
Di dalam prosesperkembangan dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Jung berpendapat bahwa progresi adalah aku sadar dapat menyesuaikan diri secara memuaskan, baik terhadap tuntutan-tuntutan dunia luar maupun kebutuhan-kebutuhan ketidaksadaran. Dalam progresi normal, kekuatan-kekuatan penghalang dipersatukan secara selaras dan koordinatif oleh proses-proses kejiwaan. 
3. Pemindahan Energi Psikis : Sublimasi dan Represi
Energi psikis itu dapat ditransfer dari satu aspek ke lain aspek. Transfer ini berlangsung atas dasar prinsip-prinsip pokok dinamika, yaitu ekuivalens dan entropi. Transfer yang progresi disebut sublimasi, yaitu transfer dari proses-proses yang lebih primitif, instinktif dan rendah diferensiasinya ke proses-proses yang lebih bersifat kultural, spiritual dan tinggi diferensiasinya. Jadi pandangan Jung sublimasi dan represi adalah dua hal yang berlawanan. Sublimasi itu progresif, menyebabkan psyche bergerak maju, menambah rasionalitas. Sedangkan represi itu adalah regresif, menyebabkan psyche bergerak mundur dan menghasilkan irrasionalitas.


4. “Jalan Kesempurnaan” : Proses Individuasi
Menurut Jung perkembangan adalah semacam pembeberan kebulatan asli yang semula tak punya diferensiasi dan tujuan. Peoses ini dapat pula disebut proses pembentukan diri atau penemuan diri disebut Jung proses iindividuasi.

1 comment:

  1. artikel mengenai psikologi sudah bagus. Hanya saja tidak mencantumkan sumber artikel tersebut.

    ReplyDelete