PSIKOLOGI ANALITIS CARL GUSTAV JUNG
A. Struktur
Psyche atau Kepribadian
Jung
tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala
peristiwa psikis baik yang disadari maupun tidak disadari. Jadi jiwa manusia
terdiri dari dua alam :
( 1 ) alam sadar
: penyesuaian terhadap dunia luar.
( 2 ) alam tak
sadar : penyesuaian terhadap dunia dalam.
Kedua alam itu
tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Batas
antara kedua alam itu tidak tetap, dapat berubah-ubah, artinya luas daerah
kesadaran atau ketidaksadaran itu dapat bertambah atau berkurang. Dalam
kenyataannya daerah kesadaran itu hanya merupakan sebagian kecil saja daripada
alam kejiwaan.
1. Struktur
Kesadaran
Kesadaran
mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing
mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.
a. Fungsi Jiwa
Jung
berpendapat bahwa fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara
teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat
fungsi pokok, yang dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang dua
lagi irrasional, yaitu pendriaan dan intuisi. Dalam fungsi-fungsinya rasional
bekerja dengan penilain yaitu pikiran menilai atas dasar benar dan salah,
sedang perasaan menilai atas dasar menyenangkan dan tak menyenangkan. Kedua
fungsi yang irrasional dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan
hanya semata-mata mendapat pengamatan yakni pendriaan mendapatkan pengamatan
dengan sadar-indriah, sedangkan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak
sadar-naluriah.
Pada
dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi itu, akan tetapi biasanya hanya
salah satu fungsi saja yang paling berkembang. Fungsi yang paling berkembang
itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe orangnya. Jadi ada tipe
pemikir, tipe perasa, tipe pendria, dan tipe intuisi. Keempat fungsi itu
berpasangan, bila sesuatu fungsi menjadi superior yaitu menguasai kehidupan
alam sadar, maka fungsi pasngannya menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam
ketidaksadaran. Sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi bantu sebagian
terletak dalam alam sadar dan sebagian lagi dalam alam tak sadar. Selanjutnya
fungsi-fungsi yang berpasang-pasangan itu berhubungan secara kompensatoris,
artinya makin berkembang fungsi superior maka makin besarlah kebutuhan fungsi
inferior akan kompensasi dan makin besarlah gangguan terhadap keseimbangan
jiwayang dapat menjelma dalam tindakan-tindakan yanng tak terkendalikan, makin
besar tanggungan dalam jiwa.
Karena
itu tujuan yang ideal daripada perkembangan kepribadian ialah membawa keempat
fungsi pokok itu dalam sinar kesadaran, sehingga tercapailah manusia bulat,
yaitu manusia “sempurna”.
b.
Sikap
Jiwa
Sikap
jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam
bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu
dapat keluar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia
terhadapdunianya, dapat keluar ataupun ke dalam. Berdasarkan atas sikap jiwanya
manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :
( a )
manusia-manusia yang bertipe ekstravers.
Orang
yang ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar
dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar. Pikiran, perasaan, serta
tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan non-sosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya,
hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar. Bahay bagi
tipe ekstravers ini ialah apabila ikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat,
sehingga ia tenggelam di dalam dunia obyektif, kehilangan dirinya atau asing
terhadap dunia subyektifnya sendiri.
( b )
manusia-manusia yang bertipe introvers.
Orang
yang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam
dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta
tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.
Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul,
sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain.
Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvers ini ialah
apabila jarak dengan dunia obyektif
terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia obyektifnya.
Antara ekstravers dan
introvers itu terdapat hubungan yang kompensatoris.
c.
Tipologi
Jung
Dengan mendasarkan pada dua
komponen pokok daripada kesadaran itu sampailah Jung pada empat kali dua atau
delapan tipe, empat tipe ekstravers dan empat lagi introvers.
Sikap Jiwa
|
Fungsi Jiwa
|
Tipe
|
Ketidaksadarannya
|
Ekstravers
|
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
|
Pemikir
ekstravers
Perasa ekstravers
Pendria
ekstravers
Intuitif
ekstravers
|
Perasa introvers
Pemikir introvers
Intuitif
introvers
Pendria introvers
|
Introvers
|
Pikiran
Perasaan
Pendriaan
Intuisi
|
Pemikir introvers
Perasa introvers
Pendria introvers
Intuitif
introvers
|
Perasa ekstravers
Pemikir
ekstravers
Intuitif
ekstravers
Pendria
ekstravers
|
d.
Persona
Menurut Jung persona adalah cara individu dengan
sadar menampakkan diri ke luar. Jung sendiri memberi batasan persona sebagai
“kompleks fungsi-fungsi yang terbentuk atas dasar pertimbangan-pertimbangan
penyesuaian atau usaha mencari penyelesaian, tetapi tidak sama dengan
individualitas.” Persona itu merupakan kompromiantar individu dan masyarakat,
antara struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai
bagaimana seharusnya orang berbuat. Apabila orang dapat menyesuaikan diri ke
dunia luar dan dunia dalam dengan baik, maka persona itu akan merupakan
selubung yang elastis, yang dengan lancar dapat dipergunakan. Akan tetapi kalau
penyesuaian itu tidak baik, maka persona dapat merupakan topeng yang kaku beku
untuk menyembunyikan kelemahan-kelemahan. Misalnya seorang kepala kantor yang
sebenarnya kurang mampu mengatur bawahannya di mana-mana berlagak “sok
pembesar” untuk menutupi kelemahannya tersebut, sehingga tingkah lakunya
menjadi stereotipis dan banyak sekali tak sesuai dengan keadaan.
2.
Struktur
Ketidaksadaran
Ketidaksadaran
mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran
kolektif,
a.
Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran
pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh individu selama hidupnya. Ini
meliputi hal-hal yang terdesak atau tertekan dan hal-hal yang terlupakan serta
hal-hal yang teramati, terpikir dan terasa di bawah ambang kesadaran.
b.
Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran
kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya,
yaitu perumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi terdahulu. Ini
merupakan endapan cara-cara reaksi kemanusiaan yang khas semenjak zaman dahulu
di dalam manusia menghadapi situasi-situasi ketakutan, bahay, perjuangan,
kelahian, kematian dan sebagainya. Daerah yang paling atas langsung langsung di
bawah ketidaksadaran pribadi berisikan emosi-emosidan afek-afek serta
dorongan-dorongan primitif. Daerah di bawahnya lagi berisikan “invasi”, yaitu
erupsi dari bagian terdalam daripada ketidaksadaran serta hal-hal yang sama
sekali tak dapat dibuat sadar, manifestasi dari hal-hal ini dialami oleh
individu sebagai sesuatu yang asing. Jung sendiri merumuskan ketidaksadaran
kolektif itu sebagai suatu warisan kejiwaan yang besar daripada perkembangan
kemanusiaan, yang terlahir kembali dalam struktur tiap-tiapindividu, dan
membandingkannya dengan apa yang disebut oleh Levy Bruhl tanggapan mistik
kolektif (representations collectives) orang-orang primitif. Pengetahuan
mengenai ketidaksadaran itu diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui
manifestasi daripada isi-isi ketidaksadaran itu. Manifestasi ketidaksadaran itu
dapat berbentuk :
· Symptom dan Kompleks
· Symptom dan Kompleks
Symptom
dan Kompleks merupakan gejala-gejala yang masih dapat disadari. Symptom adalah
“gejala dorongan” daripada jalannya energi yang normal, yang dapat berbentuk
symptom kejasmanian maupun kejiwaan. Symptom adalah tanda bahaya, yang
memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, dan karenanya perlu
perluasan ke alam tak sadar.
Kompleks-kompleks adalah bagian kejiwaan
kepribadian yang telah terpecah dan lepas dari penilikan kesadaran dan kemudian
mempunyai kehidupan sendiri dalam kegelapan alam ketidaksadaran, yang selalu
dapat menghambat atau memajukan prestasi-prestasi kesadaran. Kompleks itu
terdiri dari unsur inti, yang umumnya tak disadari dan bersifat otonom, serta
sejumlah asosiasi-asosiasi yang terbentuk atas dasar inti tersebut. Asosiasi
itu tergantung kepada disposisi individu beserta pengalaman-pengalamannya.
Menurut Jung kompleks memang dapat juga diselesaikan, dalam hal ini jelas
kompleks itu banyak pengalaman traumatis, misalnnya adalah ketidakmungkinan
yang semu untuk menerima keadaan diri sendiri dalam keseluruhannya.
·
Mimpi, fantasi,
khayalan
Mimpi
sering timbul dari kompleks dan merupakan “pesan rahasia sang malam”. Mimpi
mempunyai hukum sendiri dan bahasa sendiri. Didalam mimpi soal-soal
sebab-akibat, ruang dan waktu tidak berlaku, bahasanya bersifat lambang dan
karenanya untuk memahaminya perlu ditafsirkan. Bagi Jung mimpi itu mempunyai
fungsi konstruktif, yaitu mengkompensasikan keberatsebelahan dari konflik.
Disamping mimpi
Jung juga mengemukakan pula fantasi (phantasie) dan khayalan (vision) sebagai
bentuk manifestasi ketidaksadaran. Kedua hal ini bersangkutan dengan mimpi, dan
timbul pada waktu taraf kesadaran merendah, variasinya boleh dikata tak
terhingga, dari mimpi siang hari serta impian tentang keinginan-keinginan
sampai pada khayalan khusus orang-orang yang dalam keadaan ekstase.
·
Archetypus
Istilah
archetypus ini diambil Jung dari Augustinus merupakan bentuk pendapat
instinktif terhadap situasi tertentu, yang terjadi diluar kesadaran.
Archetypus-archetypus itu dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran
kolektif selama perkembangan manusia jadi tak tergantung kepada manusia perseorangan.
Archetypus merupakan pusat serta medan tenaga daripada ketidaksadaran yang
dapat mengubah sikap kehidupan sadar manusia.
·
Animus dan Anima
Imago
yang terpenting pada orang dewasa adalah animus bagi orang perempuan dan anima
pada orang laki-laki, yaitu sifat-sifat atau kualitas-kualitas jenis kelamin
lain yang ada dalam ketidaksadaran manusia. Tiap-tiap manusia itu bersifat
“bi-sexual”, jadi tiap-tiap manusia mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada
jeis kelamin lawannya. Orang laki-laki ketidaksadarannya adalah betina (anima)
dan orang perempuan ketidaksadarannya adalah jantan (animus).
Anima atau
animus itu ada dalam hubungan yang langsung dengan persona. Persona
menyesuaikan diri ke luar sedang anima atau animus menyesuaikan diri ke dalam.
Jadi persona adalah fungsi perantara antara aku dan dunia luar, sedang anima
atau animus adalah fungsi perantara antara aku dan dunia dalam.
B. Dinamika Psyche atau Kepribadian
Jung
berpendapat bahwa srruktur psyche itu tidak statis, melainkan dinamis, dalam gerak
yang terus-menerus.Dinamika ini disebabkan oleh energi psikis yang oleh Jung
disebut libido.Libido itu tidak lain dari intensitas kejadian psikis, yang
hanya dapat diketahui lewat peristiwa-peristiwa psikis itu. Pengertian libido
di sini dipergunakan seperti energi dalam ilmu alam, jadi sebagai abstraksi,
yang menyatakan relasi-relasi dinamis.
C. Perkembangan
Psyche atau Kepribadian
Jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Juga manusia sebagai jenis selalu menuju taraf diferensiasi yang lebih tinggi. Tujuan perkembangan sebagai aktualisasi diri, aktualisasi diri berarti diferensiasi sempurna dan saling berhubungan yang selaras seuruh aspek kepribadian manusia. Ini bahwa berarti Psyche lalu memiliki pusat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat itu.
1. Jung Menjangkau ke Belakang dan ke Depan
Jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Juga manusia sebagai jenis selalu menuju taraf diferensiasi yang lebih tinggi. Tujuan perkembangan sebagai aktualisasi diri, aktualisasi diri berarti diferensiasi sempurna dan saling berhubungan yang selaras seuruh aspek kepribadian manusia. Ini bahwa berarti Psyche lalu memiliki pusat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat baru, yaitu diri, yang menggantikan tempat itu.
1. Jung Menjangkau ke Belakang dan ke Depan
Freud adalah
ahli yang menekankan masa lampau atau kausalitas, sedangkan Adler adalah ahli
yang berpandangan teleologis, yang menekankan peranan masa depan dengan segala
cita-citanya dalam teori kepribadiannya. Jung berpendapat bahwa kedua pandangan
itu kedua-duanya harus diambil, kualitas dan teleologi kedua-duanya penting
dalam psikologi. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau
(kausalitas), tidak pula hanya ditentukan oleh masa datang (teleologi), tetapi
oleh kedua-duanya.
2. Jalan
Perkembangan : Progresi dan Regresi
Di dalam
prosesperkembangan dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur
(regresi). Jung berpendapat bahwa progresi adalah aku sadar dapat menyesuaikan
diri secara memuaskan, baik terhadap tuntutan-tuntutan dunia luar maupun
kebutuhan-kebutuhan ketidaksadaran. Dalam progresi normal, kekuatan-kekuatan
penghalang dipersatukan secara selaras dan koordinatif oleh proses-proses
kejiwaan.
3. Pemindahan
Energi Psikis : Sublimasi dan Represi
Energi psikis
itu dapat ditransfer dari satu aspek ke lain aspek. Transfer ini berlangsung
atas dasar prinsip-prinsip pokok dinamika, yaitu ekuivalens dan entropi.
Transfer yang progresi disebut sublimasi, yaitu transfer dari proses-proses
yang lebih primitif, instinktif dan rendah diferensiasinya ke proses-proses
yang lebih bersifat kultural, spiritual dan tinggi diferensiasinya. Jadi pandangan Jung
sublimasi dan represi adalah dua hal yang berlawanan. Sublimasi itu progresif,
menyebabkan psyche bergerak maju, menambah rasionalitas. Sedangkan represi itu
adalah regresif, menyebabkan psyche bergerak mundur dan menghasilkan
irrasionalitas.
4. “Jalan Kesempurnaan” : Proses Individuasi
4. “Jalan Kesempurnaan” : Proses Individuasi
Menurut Jung
perkembangan adalah semacam pembeberan kebulatan asli yang semula tak punya
diferensiasi dan tujuan. Peoses ini dapat pula disebut proses pembentukan diri
atau penemuan diri disebut Jung proses
iindividuasi.
artikel mengenai psikologi sudah bagus. Hanya saja tidak mencantumkan sumber artikel tersebut.
ReplyDelete