Perbedaan Utama Antara Teori Hull Tahun 1943 Dengan 1952 Motifasi Insentif (K)
Dalam teorinya tahun 1943, Hull
membahas besaran penguatan sebagai variabel pengajar. Semakin besar jumlah
penguatan, semakin besar jumlah reduksi
dorongan, dan karenanya semakin besar peningkaran dalam SHR.
Eksperimen mengindifikasikan bahwa kinerja berubah secara dramatis saat
besarnya penguatan divariasikan setelah belajar
selesai. Misalnya, ketika hewan dilatih untuk barlari lurus untuk mendapaan
suatu penguat kemudian dialihkan untk mendapatkan penguat yang lebih besar,
kecepatannya larinya tiba-tiba bertambah. Ketika hewan yang dilatih dengan
penguat yang besar dialihkan dengan penguat yang lebih kecil, kecepatan yang
lainnya menurun. Crespi (1942, 1944) dan Zeaman (1949) adalah dua eksperimanter
awal yang menemukan bahwa kinerja berubah secara radikal ketika basaran
penguatan diubah.
Perubahan kinerja setelah perubahan besaran penguatan
tidak dapat dijelaskan dalam term perubahan SHR karena
perubahan itu terlampau cepat. Kecuali satu atau lebih faktor beroperasi
melawan SHR, nilainya tidak akan turun. Hasil yang sering
dijumpai oleh Crespi dan Zaeman
menyebabkan Hull mengambil kesimpulan bahwa organisme belajar sama cepatnya
untuk insentif kecil dan insentif besar, namun binatang melakukannya (to
perform) secara berbeda sesuai dengan variasi besarnya insentif (K). Perubahan
kinerja yang cepat setelah adanya perubahan ukuran penguatan ini disebut sebagai
Crespi effect (efek Crespi).
Dinamisme
Intensitas-Stimulus
Menurut Hull, stimulus-intensity dynamism
(dinamisme intensitas-stimulus [V]) adalah variabel pengintervensi yang
bervariasi menurut intensitas stimulus eksternal (S). Secara sederhana dinamisme
intensitas-stimulus menunjukkan bahwa semakin besar intensitas dari suatu
stimulus, semakin besar kemungkinan munculnya respons yang telah dipelajari.
Jadi, kita harus merevisi rumus Hull awal untuk potensi reaksi sementara:
SER
= (SHR x D x V x K – [IR + SIR])
- SoR
Menarik untuk dicatan bahwa karena SHR,
D, V, dan K dikalikan bersama-sama, maka jika salah satu dari nilai ini adalah
nol.
a.Perubahan dari
Reduksi Dorongan ke Reduksi Stimulus Dorongan
Pada awalnya Hull menganut teori
reduksi belajar, namun kemudian dia merevisinya menjadi teori drive
stimulus reduction (reduksi stimulus dorongan) dalam belajar. Salah
satu berubahan ini adalah kesadaran bahwa jika hewan yang haus diberi air
sebagai penguat agar melakukan beberapa tindakan, akan dibutuhkan banyak waktu
untuk memuaskan dorongan haus ini. Efek dari penyerapan air akhirnya mencapai
ke otak, dan akhirnya dorongan haus akan berkurang. Hull menyimpulkan bahwa
reduksi dorongan tidak memadai untuk menjelaskan proses belajar. Yang dibutuhkan
untuk menjelaskan belajar adalah sesuatu yang terjadi setelah penyajian
penguat, dan sesuatu itu adalah reduksi drive stimulus (stimuli dorongan [SD]).
Alasan perubahan teori reduksi
dorongan ke reduksi stimulus dorongan diberikan oleh Sheffield dan Roby (1950),
yang menemukan bahwa tikus yang lapar diperkuat oleh sakarin yang tidak
mengandung nutrisi, yang tidak mungkin mereduksi dorongan lapar.
b.Respons Tujuan Pendahulu Fraksional
Anda ingat bahwa ketika stimulus
neural secara konsisten dipasangkan dengan penguatan primer, ia akan memiliki
properti penguatan sendiri, yakni, ia menjadi penguatan sekunder. Konsep
penguatan sekunder ini sangat penting untuk memahami operasi fractional
antedating goal response (perpon tujuan pendahulu fruksional [rG]),
yang merupakan salah satu konsep terpenting dari Hull.
Misalnya kita memilih tikus untuk
mencari suatu makan lewat jalan yang ruwet. Kita letakkan si tikus ini di kotak
awal dan akhirnya ia mencapai kotak tujuan yang berisi makanan, penguat primer.
Berdasarkan pengkondisian klasik, si tikus akan mengembangkan respon
terkondisikan yang mirip dengan respon yang tak terkondisikan. Dalam contoh
kita, respon yang tak terkondisikan adalah keluarnya air liur, mengunyah dan
menjilat, yang ditimbulkan oleh adanya makanan yang diberikan kepada hewan yang
lapar ini. Respon terkondisikan, yang juga melibatkan air liur, pengunyahan dan
penjilatan, akan dimunculkan berbagai stimuli dalam kotak tujuan saat tikus itu
menekati makanan. Respon tujuan pendahulu fruksional adalah respons
terkondisikan terhadap stimuli, yang dialami sebelum pencernaan makanan.
Perkembangan rG di tunjukkan pada gambar dibawah ini:
Ketika
stimuli neural sebelumnya ini menjadi penguat sekunder, stimuli itu akan
menjalankan dua fungsi penting: (1) mereka akan memperkuat respons nyata yang
menyebabkan organisme hubungan dengannya, dan (2) mereka akan menimbulkan rG.
Dua
karaktiristik dari rG harus dicatat. Pertama, rG harus
selalu merupakan beberapa fraksi (bagian) dari respons tujuan (rG).
Jika respons tujuan adalah makan, maka rG akan berupa gerakan
mengunyah dan mumgkin mengeluarkan liur. Kedua, dan lebih penting, rG menghasilkan stimulasi . respon yang
tegas mengaktifkan respektor karakteristik otot, tendon, dan sendi, menyebabkan
apa yang oleh Guthrie sebagai movemen-producted
stimuli. Secar lebih teknis, pengaktifan respektor kinestetik ini
menimbulkan propioceptive stimuli (stimuli propioseptif). Seperti respons
lainnya, rG disosialisasikan dengan stimuli.
Setelah
terjadi sejumlah besar proses belajar memecahkan teka teki itu, situasi yang
muncul adalah sebagai berikut: stimuli di kotak awal akan menjadi sinyal, atau
SD, untuk meninggalkan kotak awal sebab dengan meninggalkan kotak
awal si hewan akan mendekati penguat sekunder. Penguat sekunder dalam situasi
ini memiliki tiga fungsi: ia memperkuat respon yang baru saja diberikan oleh
hewan; ia bertindak sebagai SD untuk merspons selanjutnya, dan ia
menimbulan rG. Ketika rG muncul, ia segera otomatis
menghasilkan sG. Fungsi utama dari sG adalah memunculakn
respons selanjutnya. Jadi baik penguat sekunder, yang eksternal, maupun sGs,
yang internal, cenderung menimbulkan respons nyata.
Respons yang paling cepat membawa hewan
ke penguat sekunder berikutnya akan menjadi respons yang akhirnya akan
diasosiasikan dengan sG. Ketika penguat sekunder berikutnya dialami,
ia akan memperkuat respons nyata yang diberikan sebelum itu, dan ia akan
menghasilkan rG berikutnya. Ketika rG dimunculan ia
memicu sG selanjutnya, yang akan memicu respons selanjutnya, dan
demikian selanjutnya.
Jelas
bahwa Hull memiliki dua penjelasan untuk proses barantai yang dipakai secara
simultan. Penjelasan yang pertama, yang menekankan stimuli eksternal, adalah
mirip dengan penjelasan Guthrie, karenanya, mengombinasikan gagasan Skinner dan
Guthrie dan mengatakan bahwa perilaku berantai adalah fungsi dan syarat
eksternal atau isyarat internal sekaligus eksternal.
oleh : illa suryaningsih BK-B 2010 (101014051),
No comments:
Post a Comment