Sunday, April 8, 2012

Perbedaan Utama Antara Teori Hull Tahun 1943 Dengan 1952 Motifasi Insentif (K)


Perbedaan Utama Antara Teori Hull Tahun 1943 Dengan 1952 Motifasi Insentif (K)


            Dalam teorinya tahun 1943, Hull membahas besaran penguatan sebagai variabel pengajar. Semakin besar jumlah penguatan, semakin besar jumlah reduksi  dorongan, dan karenanya semakin besar peningkaran dalam SHR. Eksperimen mengindifikasikan bahwa kinerja berubah secara dramatis saat besarnya penguatan divariasikan setelah belajar selesai. Misalnya, ketika hewan dilatih untuk barlari lurus untuk mendapaan suatu penguat kemudian dialihkan untk mendapatkan penguat yang lebih besar, kecepatannya larinya tiba-tiba bertambah. Ketika hewan yang dilatih dengan penguat yang besar dialihkan dengan penguat yang lebih kecil, kecepatan yang lainnya menurun. Crespi (1942, 1944) dan Zeaman (1949) adalah dua eksperimanter awal yang menemukan bahwa kinerja berubah secara radikal ketika basaran penguatan diubah.
            Perubahan kinerja setelah perubahan besaran penguatan tidak dapat dijelaskan dalam term perubahan SHR karena perubahan itu terlampau cepat. Kecuali satu atau lebih faktor beroperasi melawan SHR, nilainya tidak akan turun. Hasil yang sering dijumpai oleh Crespi  dan Zaeman menyebabkan Hull mengambil kesimpulan bahwa organisme belajar sama cepatnya untuk insentif kecil dan insentif besar, namun binatang melakukannya (to perform) secara berbeda sesuai dengan variasi besarnya insentif (K). Perubahan kinerja yang cepat setelah adanya perubahan ukuran penguatan ini disebut sebagai Crespi effect (efek Crespi).



Dinamisme Intensitas-Stimulus
            Menurut Hull, stimulus-intensity dynamism (dinamisme intensitas-stimulus [V]) adalah variabel pengintervensi yang bervariasi menurut intensitas stimulus eksternal (S). Secara sederhana dinamisme intensitas-stimulus menunjukkan bahwa semakin besar intensitas dari suatu stimulus, semakin besar kemungkinan munculnya respons yang telah dipelajari. Jadi, kita harus merevisi rumus Hull awal untuk potensi reaksi sementara:
SER = (SHR x D x V x K – [IR + SIR]) - SoR            
            Menarik untuk dicatan bahwa karena SHR, D, V, dan K dikalikan bersama-sama, maka jika salah satu dari nilai ini adalah nol.
a.Perubahan dari Reduksi Dorongan ke Reduksi Stimulus Dorongan
            Pada awalnya Hull menganut teori reduksi belajar, namun kemudian dia merevisinya menjadi teori drive stimulus reduction (reduksi stimulus dorongan) dalam belajar. Salah satu berubahan ini adalah kesadaran bahwa jika hewan yang haus diberi air sebagai penguat agar melakukan beberapa tindakan, akan dibutuhkan banyak waktu untuk memuaskan dorongan haus ini. Efek dari penyerapan air akhirnya mencapai ke otak, dan akhirnya dorongan haus akan berkurang. Hull menyimpulkan bahwa reduksi dorongan tidak memadai untuk menjelaskan proses belajar. Yang dibutuhkan untuk menjelaskan belajar adalah sesuatu yang terjadi setelah penyajian penguat, dan sesuatu itu adalah reduksi drive stimulus (stimuli dorongan [SD]).
            Alasan perubahan teori reduksi dorongan ke reduksi stimulus dorongan diberikan oleh Sheffield dan Roby (1950), yang menemukan bahwa tikus yang lapar diperkuat oleh sakarin yang tidak mengandung nutrisi, yang tidak mungkin mereduksi dorongan lapar.
b.Respons Tujuan Pendahulu Fraksional
            Anda ingat bahwa ketika stimulus neural secara konsisten dipasangkan dengan penguatan primer, ia akan memiliki properti penguatan sendiri, yakni, ia menjadi penguatan sekunder. Konsep penguatan sekunder ini sangat penting untuk memahami operasi fractional antedating goal response (perpon tujuan pendahulu fruksional [rG]), yang merupakan salah satu konsep terpenting dari Hull.
            Misalnya kita memilih tikus untuk mencari suatu makan lewat jalan yang ruwet. Kita letakkan si tikus ini di kotak awal dan akhirnya ia mencapai kotak tujuan yang berisi makanan, penguat primer. Berdasarkan pengkondisian klasik, si tikus akan mengembangkan respon terkondisikan yang mirip dengan respon yang tak terkondisikan. Dalam contoh kita, respon yang tak terkondisikan adalah keluarnya air liur, mengunyah dan menjilat, yang ditimbulkan oleh adanya makanan yang diberikan kepada hewan yang lapar ini. Respon terkondisikan, yang juga melibatkan air liur, pengunyahan dan penjilatan, akan dimunculkan berbagai stimuli dalam kotak tujuan saat tikus itu menekati makanan. Respon tujuan pendahulu fruksional adalah respons terkondisikan terhadap stimuli, yang dialami sebelum pencernaan makanan. Perkembangan rG di tunjukkan pada gambar dibawah ini:
Ketika stimuli neural sebelumnya ini menjadi penguat sekunder, stimuli itu akan menjalankan dua fungsi penting: (1) mereka akan memperkuat respons nyata yang menyebabkan organisme hubungan dengannya, dan (2) mereka akan menimbulkan rG.
Dua karaktiristik dari rG harus dicatat. Pertama, rG harus selalu merupakan beberapa fraksi (bagian) dari respons tujuan (rG). Jika respons tujuan adalah makan, maka rG akan berupa gerakan mengunyah dan mumgkin mengeluarkan liur. Kedua, dan lebih penting, rG menghasilkan stimulasi . respon yang tegas mengaktifkan respektor karakteristik otot, tendon, dan sendi, menyebabkan apa yang oleh Guthrie sebagai movemen-producted stimuli. Secar lebih teknis, pengaktifan respektor kinestetik ini menimbulkan propioceptive stimuli (stimuli propioseptif). Seperti respons lainnya, rG disosialisasikan dengan stimuli.
Setelah terjadi sejumlah besar proses belajar memecahkan teka teki itu, situasi yang muncul adalah sebagai berikut: stimuli di kotak awal akan menjadi sinyal, atau SD, untuk meninggalkan kotak awal sebab dengan meninggalkan kotak awal si hewan akan mendekati penguat sekunder. Penguat sekunder dalam situasi ini memiliki tiga fungsi: ia memperkuat respon yang baru saja diberikan oleh hewan; ia bertindak sebagai SD untuk merspons selanjutnya, dan ia menimbulan rG. Ketika rG muncul, ia segera otomatis menghasilkan sG. Fungsi utama dari sG adalah memunculakn respons selanjutnya. Jadi baik penguat sekunder, yang eksternal, maupun sGs, yang internal, cenderung menimbulkan respons nyata.
Respons yang paling cepat membawa hewan ke penguat sekunder berikutnya akan menjadi respons yang akhirnya akan diasosiasikan dengan sG. Ketika penguat sekunder berikutnya dialami, ia akan memperkuat respons nyata yang diberikan sebelum itu, dan ia akan menghasilkan rG berikutnya. Ketika rG dimunculan ia memicu sG selanjutnya, yang akan memicu respons selanjutnya, dan demikian selanjutnya.
Jelas bahwa Hull memiliki dua penjelasan untuk proses barantai yang dipakai secara simultan. Penjelasan yang pertama, yang menekankan stimuli eksternal, adalah mirip dengan penjelasan Guthrie, karenanya, mengombinasikan gagasan Skinner dan Guthrie dan mengatakan bahwa perilaku berantai adalah fungsi dan syarat eksternal atau isyarat internal sekaligus eksternal.


oleh : illa suryaningsih BK-B 2010 (101014051),  



No comments:

Post a Comment