Teori Pembelajaran KENNET W. SPENCE
Belajar Deskriminasi.
Dalam belajar diskriminasi, hewan diberi dua stimuli dan di perkuat untuk
merspon satu stimuli dan tidak di perkuat untuk merespon stimuli satu lagi.
Secara umum ada asumsi bahwa Spence membuat belajar dalam situasi di mana
organisme harus memilih satu di antara dua objek
1)
Kekuatan kebiasaan (SHR)
menuju stimulus yang tidak di perkuat akan meningkat sering dengan penguat
2)
Hambatan (IR dan SIR)
ke stimulus yang tidak di perkuat terbentu melalui percobaan non – pengetahuan.
3)
Kekuatan kebiasaan dan
hambatan menghasilkan stimuli yang sama dengan stimuli yang di perkuat dan yang
tak di perkuat.
4)
Besarnya kekuatan
kebiasaan yang di generalisasikan adalah lebih besar ketimbang besarnya
hambatan yang di generalisasikan.
5)
Kekuatan kebiasaan yang
di generalisasikan dan hambatan yang di generalisasikan berkombinasi menurut
deret hitung.
6)
Stimulus mana yang akan
didekati akan tergantung pada penjumlahan deret hitung dari pendekatan
(kekuatan kebiasan) dan tendensi penghindaran (hambatan).
7)
Ketika dua stimuli
dihadirkan, stimulus dengan kekuatan kebiasaan terbesar terbesarlah yang akan
di dekati dan di respon.
Penyangkalan Bahwa
Penguatan adalah Kondisi yang Dibutuhkan untuk Pengkondisian Instrumen.
Hullian kesulitan untuk menjelaskan hasil dari eksperimen Laten Learning (belajar laten), yang tampaknya mengindikasikan
bahwa hewan dapat belajar tanpa di perkuat. Jadi, istilah belajar laten mengacu
pada belajar yang terjadi tanpa penguatan.
Spance
menyimpulkan bahwa pengondisian instrumental terjadi tanpa bergantung pada
penguatan.
Motifasi Insetif. Menurut
Spance, penguatan hanya mempengaruhi lewat Incentive
motivation (motifasi insentif {K}). Spence mempengaruhi Hull untuk
menambahkan konsep motivasi insentif ke dalam teorinya. Diyakini bahwa K di
pilih sebagai simbol kerena ia adalah huruf dari nama pertama Spence. Tetapi,
ternyata Spence memberi peran lebih besar pada K dalam teorinya ketimbang peran
yang diberikan Hull untuk teorinya. Hull tampaknya punya masalah dengan K
karena tidak jelas apa proses psikologis yang terkait dengannya. Kebanyakan
konsep Hull dianggap memiliki basis fisiologis. Misalnya, kekuatan kebiasaan
terkait langsung dengan dorongan atau stimulus dorongan, dan hambatan terkait
langsung dengan keletihan. Akan, tetapi bagi Hull, tidak jelas proses
fisiologis apa yang terkait dengan K dan itu merupakan persoalan baginya.
Spence memecahkan problem ini dengan
menghubungkan K langsung dengan mekanisme rG – sG. Seperti
telah kita lihat di atas, meknisme rG – sG bekerja mundur
dalam suatu jalur teka – teki dan akhirnya membimbing perilaku hewan dari kotak
awal ke kotak tujuan. Spence menambahkan konsep isentif ini k proses pembimbing
otomatis. Menurut Spence, kekuatan dari rG
- sG di tentukan
oleh K, dan semakin kuat rG – sG semakin besar insentitas
untuk melintasi jalur itu. Secara sederhana dapat di katakan mekanisme rG
– sG menimbulkan ekspetasi penguatan dalam diri hewan, yang
memotifasinya untuk lari, dan semakin besar ekspektasinya, semakin kencang
larinya. Dengan mendiskusikan mekanisme rG – sG sebagai alat untuk menimbulkan ekspektasi,
Spence menggerakkan teori behavioristik Hull mendekati teori kognitif Tolman.
Akan tetapi, perludi catat bahwa meskipun Spence mendskusikan ekspektasi, dia
mendiskusikannya secara mekanistik, bukan dalam term mentalistik. Spence
percaya bahwa hukum yang sama yang berlaku untuk asosiasi S – R juga berlaku
untuk mekanisme rG – sG.
Dengan
kata lain, Spence percaya bahwa perilaku instumental adalah di pelajari tanpa
penguatan, namun penguatan memberikan insentif untuk melakukan apa – apa yang
telah di pelajari.
Perubahan dalam persamaan dasar
Hull.
Hull
mengombinasikan komponen-komponen teori utamanya sebagai berikut:
SER
= D x K x
SHR – (IR + SIR)
Seperti
yang telah kita lihat di atas, persamaan ini berarti jika D atau K sama dengan nol,
respons yang telah dipelajari tidak akan muncul betapapun tinggi nilai SHR. Dengan kata lain, menurut
Hull,berapa kalipun hewan diperkuat untuk melakukan suatu respons dalam satu
situasi, ia tidak akan menampilkan respons itu jikahewan itu tidak memiliki
dorongan, bahkan jika hewan itu memiliki dorongan yang tinggi sekalipun, ia
tidak akan melakukan respons yang telah dipelajari. Spence merevisi persamaan
Hull menjadi:
SER
= (D
+ K) x
SHR – IN
Perhatikan
bahwa Spence menambahkan D dan K, bukan mengalikannya seperti yang
dilakukan Hull. Implikasi utama dari implikasi Spence adalah bahwa respons yang
telah dipelajari mungkin akan diberikan dalam situasi tertentu bahkan jika
tidak ada dorongan sekalipun.
Implikasi
lain dari revisi persamaan oleh Spence ini adalah selama D dan SHR nilainya di
atas nol, organism akan memberikan respons yang telah dipelajari walaupun K nilainya nol. Dengan kata lain,
organism akan memberikan respons yang telah dipelajarinya, bahkan ketika tidak
ada penguatatn untuk melakukannya.
Teori Frustasi-Kompetisi
pelenyapan. Menurut Hull, IR dan SIR
merupakanrespons menyebabkan keletihan yang menghambat munculnya respons yang
telah dipelajari. Spence tidak setuju dengan penjelasan Hull dan mengusulkan frustration
competition theory of extinction yang menurut Spence, non-penguatan
menyebabkan frustrasi, yang menimbulkan respons yang tidak cocok dengan respons
yang telah dipelajari. Frustrasi yang terjadi di kotak tujuan ketika hewan
menemukan penguatan disebut primary frustration (RF). Penjelasan Spence
tampaknya lebih baik. Menurut Spence, penghilangan penguat yang lebih besar
akan menimbulkan frustasi lebih besar dari pada penghilangan penguat kecil; dan
karenanya, makin banyak perilaku yang bersaing yang bermunculan. Karena besaran
dari perilaku yang bersaing itu lebih besar, maka ia muncul lebih cepet melalui
rantai perilaku yang sebelumnya telah dipelajari; karenanya, pelenyapan terjadi
lebih cepat.
oleh : illa suryaningsih BK-B 2010 (101014051),
No comments:
Post a Comment